Kejadian tak terduga

1255 Words
"Selamat pagi anak-anak?" Sapa guru setinggi 185 cm dengan bahu lebar dan d**a bidang yang tegap, serta tampak berotot. Zain. Langkah demi langkah pak Zain mengantarkan sang guru tiba di kursi dan mejanya, menaruh buku serta tas yang ia bawa, dan duduk di kursi tersebut, serta memberikan seulas senyuman pada murid-muridnya. Ina yang berada persis di sampingnya sontak menoleh ke arah guru tampan tersebut. Tak lama pak Zain yang menatap para murid murid pun menyadari bahwa dirinya di tatap oleh seseorang. Lalu pak Zain menoleh ke sampingnya untuk segera mengetahui, siapa sosok yang sedang menatapnya itu. "Inara, ya?" Seulas senyuman itu terukir lagi di bibir tebal pak Zain.  Oh, tidak. Sepertinya Zain tidak cocok dipanggil 'pak' ?  Wajahnya itu sangat baby face, dan usianya yang masih muda, tahun ini beliau genap 26 tahun! "I-iya pak," jawab Inara. Dengan wajah yang memandang ke bawah.  "Kenapa menunduk? Hm?," tanya Pak Zain lemah lembut. Seraya berjongkok untuk melihat kondisi wajah Inara. Dirinya dilanda rasa penasaran yang juga merupakan perasaan yang membingungkan. "A-anu ..," gugup Ina. Masih dengan posisi yang sama. Merasa belum bisa melihat wajah Ina dengan jelas, pak Zain mulai menyentuh beberapa helaian rambut Inara, untuk bisa melihat raut wajah muridnya itu. "Ina, kamu kenapa, nak? Ada masalah?," Tanya pak Zain lagi. Tapi kali ini, ia berhasil melihat seluruh wajah Inara.  Betapa kagetnya ia melihat wajah muridnya yang begitu merah merona dengan mata sayu dan badan yang layu, sepertinya sebentar lagi Ina akan benar-benar roboh. "INA?!" Pekik pak Zain yang sontak kaget, beliau begitu cemas dan juga dilanda kepanikan yang luar biasa.  Bagaimana bisa, di hari pertamanya, ia akan mendapat masalah seperti ini?! Melihat tingkah pak Zain dan Ina, semua murid saling pandang memandang.  Ada apa sebenarnya? "Pak, bapak bisa sedikit menjauh dari saya, gak?" Tanya Inara, masih menunduk ketakutan. "Hm? Apa, nak?" Pak Zain keheranan. Mengapa murid yang satu ini begitu ketakutan saat melihatnya? saya ada salah sama Ina, ya? perasaan gak ada deh ... Tok tok tok. Tiba-tiba saja, seorang guru membuyarkan suasana mencekam ini. "Permisi, pak. Apakah bapak melihat buku Terryleyer milik saya?" Tanya seorang guru wanita setinggi 163cm yang tak lain adalah ibu Eric. Pak Eric menoleh, menelan salivanya. "Iya Bu? Oh, maaf. Saya tidak melihatnya." Jawab pak Zain. Mendengar jawaban Pak Zain, lantas Bu Eric segera melanjutkan perjalanannya, mencari buku Terryleyer miliknya. Belum ada yang tahu, sebenarnya buku apa itu. Mengapa guru killer seperti ibu Eric, sampai repot-repot mencarinya? Ina sejak tadi gelisah. Dirinya berpikir keras, apakah ia harus beralasan untuk segera mengakhiri suasana tak menyenangkan ini? "Pak, kayaknya ... Em ... saya demam deh?" Celetuk Inara. Masih menunduk, dan sedari tadi, pak Zain tidak berhenti bertanya kepada Ina. Sebenarnya ada salah apa pak Zain dengan Ina? Mendengar hal itu, pak Zain langsung bertindak. Guru tampan itu menggendong muridnya yang tak lain adalah Inara. Kebiasaan pak Zain, ketika pria itu merasa keadaan sedang butuh pertolongan, ia akan langsung bertindak, tidak berbicara lagi. Jika gurunya itu sangat terlihat cemas, berbeda dengan muridnya. Ina melotot diam membisu.  hah? kok gue digendong sih? "Emm, pak. Saya bisa jal-" celetuk Ina terpotong oleh omongan pak Zain. "Apanya yang bisa jalan? Heh? Kalau misalnya anda kenapa-kenapa. Saya yang Tanggung jawab!" "Udah. Diam saja!" Pak Zain memekik dengan nada cemas sekaligus tersulut emosi yang menggelegar. "Ehem, i-iyaa, pak." Jawab Ina singkat. Di kelasnya Leon, tepatnya kelas 10 IPS 2. Leon berjalan keluar kelas. Dirinya memang sangat bosan jika harus duduk manis berdiam diri di kelas. Ya, dia badboy kelas itu. Sembari celingak-celinguk Leon berkata, "ck, bosen banget sumpah. Ada cewe gasih. Gabut anjing." Karena arah ke UKS lumayan jauh, yaitu melewati kelas Leon. Otomatis Leon akan berpapasan dengan pak Zain juga Ina. Sembari terengah-engah, pak Zain menampilkan mimik wajah yang cemas dan sedikit mengerinyit, juga disertai tatapan mata yang sepertinya sedang memikirkan hal berat. Leon yang masih mencari "mangsa" pun segera menyadari kalau ada seseorang dari lorong sebelah kanannya. "Wih siapa tuh. Eh buset. Itu mah pak Zain anjim. Masuklah," sembari mundur perlahan-lahan untuk memasuki kelasnya. eh tapi tadi pak Zain gendong siapa dah? kayaknya anak cewe? kayak gak asing jirrr coba liat sekali lagi dah nahkan bener ... Eh anjir itu mah, Inara! Mata Leon membelak melihat kemesraan yang ia lihat secara langsung. Tidak, tepatnya sebuah kecemasan yang tertampil disitu.  Tetapi karena Inara terpapar lemas di pundak pak Zain, gadis tersebut menjadi agak terlihat sedikit "mesra" dengan gurunya itu. Terlebih gurunya masih muda dan tampan. Pak Zain setengah berlari, karena ia sangat panik dengan keadaan Ina.  Mengapa Ina mendadak demam? Terlebih-lebih di depan pak Zain.  Apakah kejadian dulu akan terulang lagi?  Sementara Leon yang masih berdiam diri terpaku di ambang pintu kelas hanya bisa melihat pak Zain yang membawa Ina ke arah UKS sekolah. Pak Zain sudah berlalu. Tetapi Leon masih terdiam diri. Terpaku. "Kok sakit si anjing?" "Ah apaan anjing gak lah ... Hahahah."  "Mana mungkin gua yg doyan main cewe ini suka sama cewe kea gitu," sambung Leon. Masih terpaku tidak bergerak sedikitpun. Hanya sedikit mengoceh. tapi kok sakit, si anjenggggg .... "Wah ngapa lu ngab?" Tiba-tiba saja, Diken teman sekelasnya Leon membuyarkan lamunan pria itu. "Ehem. Kagak." Jawab Leon sembari bergegas masuk ke dalam kelasnya. Diken mengernyit, merasa ada yang janggal, "Kok kayak ada yang aneh yah." Sementara itu, isi pikiran Leon sekarang. Ina kenapa ya? Leon berpikir keras. Apakah Inara memang sedang bermesraan?  Tapi pria itu merasa ada yang janggal. Hmm apa yaa ... Hm Hm .... . . . . Oalah jancuk! Ora, ora! Inara lagi sakit anjerrr! Bangsat bisa-bisanya gua cemburu oalahh! Seketika mata Leon membelak. Berlari menuju ruang UKS "E-eh. Udah mau masu-" celetuk asisten keamanan yang tak lain adalah gadis imut berkacamata bak wibu, Queen. "Oalah cuk! Bentar lah brok!" Leon sedikit memekik, masih berlari-lari. Anjer target gua!  Gua harus bisa baperin Ina! Leon masih berlari-lari di lorong sepi itu. Sesekali ia terpergoki oleh guru-gurunya. Tapi, mereka pikir karena Leon adalah salah satu murid terpintar di kelasnya, mereka menganggap hal lumrah dan khusus diberikan pada Leon saja. Sementara itu,  "LEON! NGAPAIN LAGI KAMU?!" Dari suaranya, siapapun tahu kalau itu adalah guru terkiller di sekolah ini, Bu Eric. Dengan tampilan modis hitam-hitam, ia menatap tajam sosok murid nakal didepannya. Plak! Melayang satu pukulan kasar lumayan keras di b****g Leon. "Aduh Bu! Iniii, loh buu-" omongannya terputus oleh Bu Eric yang menarik kerah baju seragam Leon. "Saya tahu loh, kamu pemenang MMA waktu SMP. Jangan macem macem ya, atau kita bertarung di ring!" Tegas dan ketuslah yang cocok menggambarkan mimik wajah serta nada suara guru tersebut. Kemudian Bu Eric melepas kerah Leon dari genggaman tangannya. Lalu pergi berlalu begitu saja, dengan melenggangkan kaki dengan nada ciri khasnya. Tak tok tak tok. Leon menatap punggung guru itu. Lalu mendengus pelan.  "Gila Cok. Emang sangar itu guru. Wadahh. Hahahah seru dimainin sih!" Apa dia Gatau ya, gua kan murid terpintar disini. Guru guru Laen aja udah angkat tangan, haha! "Udah ya Ina. Kamu disini dulu, saya panggilkan petugas UKS. Sebentar." Menarik kursi yang ia tempati, dan beranjak pergi keluar. Wah, gaada gurunya ni.  Bisa-bisa kali ....  Leon melihat Ina yang terbaring di kasur UKS. Lalu bergerak cepat menuju tempat yang ia inginkan. Kursi. Kursi yang tersedia disitu, tampak seperti ingin ia duduki. Kursi Yang sepertinya memang diperuntukan untuknya. Setelah memasuki UKS, ia menatap kursi itu. Wedew udah kek pacarnya aja gua cuk.  Hahahah anjim ngakak Lalu mulai menyentuh kursi tersebut, untuk menarik perlahan. Belum ada beberapa detik ia menyentuh kursi itu, tiba tiba ada beberapa orang yang terdengar berceloteh yang sepertinya akan memasuki ruangan UKS ini. Hadeh sialan anjim.  Siapa si bangsat....! Ck!
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD