Reno memandang wanita lekat membuat wanita itu jadi salah tingkah dan merasa tak enak hati. Dia berusaha mengalihkan fokusnya dan pandangannya ke sekitar untuk membantu Reno melepaskan pandangan matanya dari dirinya.
“Kenapa kamu memandangku seperti itu?” tanya wanita itu. Reno yang sadar jika dia mungkin sudah membuat wanita itu tak nyaman akhirnya berkedip dan sadar.
“Maaf, sebenarnya aku mau minta tolong sama kamu?” ungkap Reno tanpa basa basi tapi kemudian dia sadar jika Reno tak tahu siapa nama gadis itu.
“Nama kamu siapa?” tanya Reno lembut membuat ada debaran kecil di hati wanita itu. Dia berusaha menetralkn perasaannya dan berdehem sebentar sebelum menjawab pertanyaan dari Reno.
“Namaku Reno dan kamu?” Reno mempertegas pertanyaannya karena dia menunggu sedari tadi tak mendengar wanita itu menyebutkan namanya.
“Namaku Chrysant,” ucap wanita itu membuat Reno mengerutkan dahinya bingung. Chrysant sadar dengan reaksi Reno akhirnya kembali menjelaskan.
“Chrysant memang namaku tapi kini semua orang Chrys,” jelasnya dan Reno jadi paham lalu mengangguk. Chrys ingat jika Reno menginginkan bantuannya jadi dia kembali menanyakan keinginan Reno.
“Jadi apa yang bisa aku bantu untukmu?” tanya Chrys yang membuat Reno mengangguk paham. Lelaki itu hampir saja melupakan tujuannya untuk meminta bantuan dari Chrys.
“Bisakah kamu membagikan jadwal kuliahmu kepadaku? Kamu mahasiswa yang baru masuk kan?” tanya Reno dengan muka memelas yang meyakinkaan.
Chrys merasa janggal dengan apa yang Reno minta, karena umumnya seorang pria akan meminta nomor ponsel atau akun media sosial atau melakukan hal yang lain, ini kenapa jadwal kuliahnya.
“Emang kenapa dengan jadwal kuliahku?” tanya Chrys bingung. Reno langsung nyengir dan dia berusaha meyakinkan Chryss untuk tujuannya.
“Aku juga kuliah jurusan arsittektur di Indonesia, tapi aku mau tahu apa yang bisa dipelajari di sini. Selain itu, aku mau tahu durasinya tiap sks bakal sama atau enggak antara Jerman dengan Indonesia,” jelas Reno.
Jujur saja Chrys tak masalah soal itu taapi entah kenapa dia masih merasa janggal dan ada hal yang lelaki ini sembunyikan. Helaan napas Chrys terdengar membuat Reno sempat tak yakin ddan benar saja wanita itu langsung bisa menebak apa tujuannya.
“Jadi sebenarnya apa yang kamu cari? Kalau cuma itu saja kamu kan bisa mencarinyaa di internet tak perlu minta bantuanku juga,” selidik Chrys.
Reno mengangkat keduaa sudut bibirnya semanis mungkin berharap Chrys akan luluh. Chrys yang melihat tingkah Reno mulai menyadari jikaa Reno memiliki maksud terselubung.
“Sebenarnya aku mau cari seseorang dan aku hanya tahu jika dia kuliah di jurusan desain interior di kota ini. Aku sudah mencari sekitar empat universitas dan nihil,” jeda Reno membuat Chrys mendadak iba.
“Karena itu aku mau minta bantuanmu, sapa tahu dia ada di sana tempat kamu kuliah,” pinta Reno membuat Chrys mengangguk.
“Kasih aku tahu siapa namanya, mungkin dia seangkatan atau beda angkatan denganku, jadi biar lebih kecil lagi peluang yang mungkin jadi hasilnya juga lebih cepat dan cermat,” kata Chrys yang langsung dibalas dengan gelengan oleh Reno.
“No, no itu tidak perlu yang penting aku tahu jadwal kuliahmu jadi aku bisa cek sendiri nanti,” tolak Reno yang membuat ada sedikit rasa kecewa tapi kemudian wanita itu sadar jika yang dicari bisa saja seseorang yang special.
Belum sempat Chrys memberikan jadwal kuliahnya ponselnya berdering menandakan ada panggilan masuk yang membuatnya melupakan kehadiran Reno sejenak.
“Eh, Dis, kamu kemana aja, capek tahu nungguin kamu di sini,” keluh Chrys. Reno yang mendengar nama ‘Dis’ langsung teringat dengan panggilan Gladis dari teman-temannya.
Reno memanang Chrys dalam dan mendengarkan dengan seksama apa yang mereka bicarakan. Entah perasaan apa yang menderanya kali ini, dia yakin jika wanita yang bicara di telepon itu adalah Gladis.
Tak sampai sepuluh menit pembicaraan mereka selesai dan Chrys menoleh, lalu dia teringat dengan bantuan yang dia tawarkan kepada Reno.
“Aduh, maaf ya Ren, aku kalo ngomong sama temenku satu itu suka lupa waktu sampe ga sadar kalo kamu nungguin,” sesal Chrys dan Reno hanya menggeleng pelan.
“Kalau boleh tahu siapa nama temanmu itu?” tanya Reno membuat Chrys ikutan curiga. “Kalau aku ga bilang ga masalah kan?” tanya balik Chrys dan Reno mengangguk mantap.
“Jadi besok ada jadwal kuliah?” tanya Reno mengalihkan topic dan dia melihat Chrys mengeluarkan catatan di tabletnya.
“Besok aku kuliah jam 10 ada kelas Perancangan Desain, di ruang A3.11,” jawab Chrys detail membuat Reno tersenyum bahagia. Tanpa disadari Reno langsung menarik Chrys dan memeluknya erat.
Chrys membulatkan matanya dan tak lama mendorong Reno yang akhirnya menyadarkan Reno jika dia berbuat hal yang berlebihan.
“Ehh, maaf, maaf, saking senengnya aku sampai lupa diri,” ucap Reno dan Chrys langsung berdiri, “Aku harus pergi, bye,” ucap Chrys berlalu.
Reno yang merasa tidak enak dengan Chrys akhirnya mengejarnya dan meminta nomor ponselnya tapi wanita itu tak memberikannya sama sekali. Karena tidak ada hal penting lagi Reno merasa tak perlu merayu sikap keras Chrys.
Keesokan harinya sejak setengah sepuluh Reno sudah standby di salah satu taman kampus yang dekat dengan ruang tempat kuliah Chrys dan mungkin saja Gladis. Ada rasa berdebar dalam dirinya, tapi dia tidak mau mengira hal-hal yang tak terduga sebelum semuanya jelas.
Reno memicingkan matanya dan dia melihat sosok yang dia kenal. “Bukankah itu Liam? Jadi dia kuliah di sini juga, nanti aja lah aku samperin kalo urusanku udah beres,” gumam Reno.
Hampir dua jam Reno menunggu dan kemudian dia mulai merasa apa wanita yang menelpon Chrys bukan Gladis atau memang dia perlu tanya ke Chrys soal nama Gladis. Reno memutuskan untuk mencari Chrys terlebih dulu sebelum melanjutkan kegiatannya.
Sampai di salah satu koridor dia melihat siluet tubuh yang sangat dia kenali dan debaran dalam hatinya mulai berdetak lebih cepat.
“Gotcha,” gumam Reno dan dia melangkah dengan ceria untuk mendekat kepada gadis impiannya tapi baru beberapa langkah dia dikejutkan dengan pemandangan yang menurutnya dia sesali untuk dilihat.
Seorang pria merangkul lehernya dan turun ke pinggangnya. Reno menghentikan langkahnya dan dalam hati dia merasa ingin memotong tangan lelaki itu karena berani menyentuh wanitanya.
Gladis yang tengah bercengkrama dengan teman-temannya haarus dikejutkan dengan tingkah laku Liam yang memang semenak Gladis masuk sudah merepotkannya dengan melancarkan pendekatan terus kepadanya.
Tapi kali ini sepertinya dia harus berterima kasih kepada Liam soal tindakannya kali ini. Tepat saat Liam merangkul lehernya dalam sekali lirikan Gladis tahu ada Reno di sana. Jika biasanya Gladis akan memukul Liam yang merangkulnya sembarangan kini dia diam saja.
Liam yang sempat tak percaya jika Gladis tak melakukan tindakan kekerasan kekerasan kepada dirinya seperti sebelumnya tentu saja tak menyia-nyiakan kesempatan, rangkulannya turun ke pinggang gadis yang sudah merebut hatinya itu.
“Apa kamu sakit?” bisik Liam saat posisi mereka sudah berdekatan. Gladis tersenyum samar dan menggeleng. “Lalu kenapa kamu tidak memukulku jika aku melakukan hal ini kepadamu?” tanya Liam bingung.
“Capek menghindari kamu terus,” jawab Gladis enteng tapi malah dianggap lampu hijau bagi Liam. Tanpa permisi Liam langsung merangkul Gladis dan mencium pipinya.
Gladis cukup terkejut dengan apa yang dilakukan Liam, tapi dia berusaha bersikap seajar mungkin karena dia taahu Reno memandangnya dengan sorot mata tajam dan terluka.
“Jadi kamu benar-benar melupakanku Gladis Batari Sasmita.”
*****
Astaga ya ampun, udah ketemu malah tersakiti,,
Eeeaakkk,,,
Gimana akhirnya Reno menyikapi semua ini?