Reno tiba di bandara setelah menempuh hampir satu jam perjalanan. Reno merangkul Yaseer dan dia tersenyum, “Kabari aku kalo kamu udah kembali ke Indonesia,” kata Reno dan sahabatnya mengangguk, “Pastilah, kan mau party kita,” kekeh Yaseer.
Reno masuk ke ruang tunggu untuk check in dan dia masih punya dua jam lagi untuk boarding karena dia mengganti tujuannya jadi ada beberapa jam yang dia miliki.
Sambil menunggu sekali lagi dia mencoba untuk menghubungi Rasyid tapi tetap tak bisa. Meski mereka berdua terlihat tidak akur tapi sebenarnya mereka saling peduli dengan caranya masing-masing.
“Ini anak bener-bener ngeselin banget sampe ga bisa dihubungi, ikutan mati apa dia,” keluh Reno masih mengotak atik ponselnya untuk melakukan panggilan kepada temannya itu.
“Breaking news hari ini, beberapa jam lalu dikabarkan ada kecelakaan lalu lintas yang terjadi di kota Paris yang melibatkan city car warna merah di jalanan padat kota Paris.”
Suara berita yang muncul di layar televise bandara membuat Reno mengalihkan pandangannya ke layar LCD itu. Reno memperhatikan dengan seksama apa yang disampaikan oleh pembaca berita itu.
“Diduga korban adalah seorang wanita muda yang berumur sekitar 24 tahun warga negara Jepang. Yang mengejutkan dari adanya kecelakaan ini adalah kabarnya wanita ini adalah tunangan dari seorang pebisnis muda dari kalangan pengusaha property.”
Reno memijat keningnya mendengar hal ini, dia bisa pastikan berita ini pasti akan membuat para kuli tinta itu heboh dan haus akan berita yang membuat Ar Madin hectic seketika.
“Kejadian ini sempat membuat macet jalanan Paris hingga dua jam lamanya. Dan polisi sedang menyelidiki kasus ini, keluarga korban belum bisa dikonfirmasi mengenai hal ini. Demikian breaking news kali ini, sampai jumpa di breaking news selanjutnya,” tutup pembaca berita itu.
Reno kemudian terpikirkan untuk menghubungi genknya dan meminta bantuan mereka untuk membereskan hal ini. Semuanya setuju dan kompak membantu.
“Man, kamu tahu kenapa Rasyid ga bisa dihubungi?” tanya Reno ketika dia menghubungi Oman setelah meminta semuanya untuk membantu.
“Dari pelacakan terakhir yang aku lakukan, dia ada di lokasi kecelakaan dua jam lalu, tapi setelah itu sinyal yang dia miliki hilang,” kata Oman membuat Reno berpikir kemungkinan apa yang terjadi.
“Ada cara lain ga untuk melacak dia selain dari ponselnya?” tanya Reno. Oman mendesah pelan, “Ada alatnya, tapi aku masih order untuk alat itu dan maaf dalam kondisi aku belum bisa membantu,” jelas Oman.
“Gimana dengan CCTV?” usul Reno membuat Oman langsung mendapatkan ide. “Thanks Bro, aku coba cek, aku bakal kabari kamu lagi oke,” seru Oman.
“Kirim teks aja kalo aku ga bisa dihubungi, aku mau pergi ke Paris soalnya,” pesan Reno dan Oman menyanggupi.
Akhirnya waktu boarding Reno tiba dan dia lekas berjalan ke pesawat yang akan membawanya ke Paris. Perjalanan kali ini tidak memakan waktu lama sekitar dua jam perjalanan dengan pesawat.
Setelah pesawat mendarat, Reno berjalan keluar untuk mencari taksi dan menunggu kabar dari Oman siapa tahu dia sudah menemukan dimana Rasyid berada. Saat berjalan keluar dia tak memiliki firasat apapun sampai tiba di luar pintu kedatangan dia terkejut melihat keadaan yang ada.
“Astaga kenapa bandara jadi lautan manusia gini,” gumam Reno dan dia langsung merogoh ponselnya dan mengaktifkannya. Dan tak lama dia melihat banyak pesan yang masuk salah satunya dari Oman.
Oman [Rasyid terakhir dibawa oleh polisi di dekat lokasi kejadian. Tapi aku ga bisa mengakses cctv dekat sana, sepertinya ada kerusakan di sana.]
Reno menghela napas dan dia melihat Loka mengirim pesan.
Loka [Hati-hati Bos, Paris jadi hectic dan heboh sekarang terutama di bandara. Dika juga menyusul ke Paris buat angkut jenazah Nona Nima dengan jet pribadi Ar Madin.]
“Astaga, telat lu ngasih tau,” keluh Reno tapi kemudian dia ingat pesan Loka jika Dika akan kemari. Dia mencoba menghubungi Dika tapi nomornya tidak aktif. Reno yakin jika Dika dalam perjalanan kemari.
Akhirnya Reno memutuskan untuk pergi mencari Rasyid seorang diri berbekal informasi dari Oman. Ketika Reno sedang antri taksi, ada seorang wartawan yang berseru.
“Itu Tuan Abrisam, sahabat dari Tuan Ar Madin, dia pasti kemari untuk bertemu dengan Tuan Ar Madin,” ucap seorang wartawan yang menarik perhatian wartawan lainnya.
Reno yang mendengarnya mulai panik dan berharap taksi yang dia tumpangi segera datang. Dan benar saja mereka langsung mengerumuni Reno membuat Reno berusaha sekali untuk keluar dari sana. Sampai taksi yang dia tunggu datang juga dan sopir taksi itu membantunya untuk lepas dari kejaran wartawan.
“Makasih ya pak,” ucap Reno setelah berada di dalam taksi. Sopir taksi itu hanya mengangguk. Reno menyebutkan nama tempat kecelakaan itu dan kantor polisi yang terdekat di sana.
Hampir satu jam mereka tiba di tempat kejadian, Reno meminta pak sopir untuk menunggu sebentar. Karena area kecelakaan sudah diberi garis polisi, tapi bangkai mobil dan semua yang terlibat di sana sudah tidak ada.
Reno mencari celah untuk bisa masuk ke dalamnya dan menyelidiki apa yang terjadi. Dia merogoh tasnya dan mencari sarung tangan karet yang sebelumnya sudah dia siapkan untuk kondisi seperti ini.
Jiwa kepo Reno mulai meronta, melihat bagaimana rusaknya tkp di sini, sepertinya dia memang menduga ada sabotase di sini. Di kalangan pebisnis apa yang Nima alami sangat mungkin, tapi dia hanya tidak menyangka jika kejadian ini harus terjadi pada Rasyid, sahabatnya.
Kreek.. Kreek..
Reno menghentikan langkahnya karena seakan dia menginjak sesuatu. Dia melihat benda itu dan seperti potongan perhiasan atau rantai, dia merasa aneh akhirnya Reno memasukkannya dalam plastik.
Dan mencari hal lain yang bisa dia temukan sebagai bukti. Setelah beberapa menit berkeliling, akhirnya dia memutuskan untuk kembali dan meminta pak supir mengantarkannya ke kantor polisi.
Selesai membayar semua tagihan, Reno berjalan ke dalam halaman kantor polisi. Sepertinya wartawan itu tidak tahu kalau Rasyid ada di sini, karena di kantor polisi ini tidak melihat satu wartawan pun.
Begitu memasuki kantor polisi, dia sudah mendengar keributan dan suara teriakan orang yang jelas sekali dia hafal. Reno menghela napas dan mendekati keributan itu. Ada polisi yang sempat menghalangi tapi kemudian dia menjelaskan tujuannya kemari akhirnya mereka mengijinkan.
“Rasyid,” panggil Reno pelan sambil memegang pundak sahabatnya itu. Rasyid yang mendengar panggilan itu akhirnya menoleh.
“Reno,” lirih Rasyid.
Yang tak diduga oleh Reno, begitu melihatnya datang dia langsung meluruh membuat Reno dan yang lainnya langsung sigap menopang tubuhnya.
“Apa yang harus aku lakukan, dia meninggalkanku tanpa mengucapkan apapun dan selamat tinggal,” ucap Rasyid sendu.
Suasana kantor polisi yang awalnya tegang mendadak jadi haru dan iba melihat kondisi Rasyid yang demikian. Reno langsung memeluk sahabatnya erat.
“Tumpahkan semuanya dulu, tumpahkan Rasyid dan setelah itu ayo kita bangun lagi,” kata Reno memberi semangat.
Rasyid mengeratkan pelukannya dan bukan tangisan yang keluar tapi erangan marah, kesal dan pilu dalam satu waktu. Semuanya diam dan menunggu Rasyid kembali tenang.
Reno merasa sahabatnya mulai tenang, dia melepaskan pelukannya. Rasyid masih menunduk sambil memegang rambutnya. Kemudian dia langsung bangun dan menatap polisi itu tajam.
“Aku minta kalian semua menyelidiki kasus ini dan aku tak mau tahu apapun yang terjadi kasus ini harus bisa terselesaikan,” perintah Rasyid.
Polisi di sana mengangguk dan berjanji akan menyelesaikan semuanya dengan baik. Tak lupa mereka juga mengucapkan bela sungkawa atas apa yang terjadi. Melihat suasana hati Rasyid sudah mulai membaik Reno pun mengajak Rasyid pulang.
“Ayo kita pulang, kita antarkan Nima di tempat peristirahatan terakhirnya yang indah.”
*****