P.30 Move On

1160 Words
Dua bulan setelah kematian Nima, semuanya kembali seperti sediakala kecuali satu orang yaitu Rasyid. Semenjak kematian Nima dan hujatan Gladis kepadanya Rasyid menjadi sosok yang dingin dan tidak mudah untuk diajak bicara. Tepat sebulan setelah kematian Nima, lelaki itu kembali ke Dubai dan sibuk dengan urusan bisnisnya di sana. Reno sendiri yang sedari awal meninggalkan semua teman-temannya juga menyibukkan diri dengan pekerjaan dan kehidupan malam. Seakan dia menemukan dunia barunya, jika tidak ada meeting kerjaan sampai malam dia akan pergi ke klub malam dengan Loka dan akan menikmati gadis-gadis cantik yang meliuk-liuk di lantai dansa. “Besok ada pertemuan sama investor Singapure kan?” tanya Reno dan Loka yang ada di sana langsung mengangguk. “Berapa lama sih, kok aku lupa ya,” balas Reno enteng yang kemudian membuka tabletnya untuk menccari jadwalnya ke Singapore. “Empat hari Bos,” jawab Loka setengah malas karena dia sedang menyiapkan proposal untuk pertemuan itu. Reno yang mendengarnya manggut-manggut lalu melakukan panggilan. “Kelly my Brother,” sapa Reno riang tapi bagi Kelly suara Reno terdengar sumbang. “Ada apa? Ga pake basa basi langsung aja,” ketus Kelly. Reno langsung terbahak mendengar ucapan temannya itu. “Astaga galak bener, kehabisan stok cowok lu,” sindir Reno dan Kelly langsung ngomel tak jelas yang membuat Reno sadar jika Kelly sedang kesal. “Tenang Bro, besok aku mau ke Singapore, kita hunting bareng okay, jangan sedih gitu, aku denger ka nada club baru itu, patut lah kita coba,” sahut Reno. “Bosen aku ddi club itu, ceweknya peres semua, gimana kalau di pinggiran kota,” usul Kelly membuat Reno bingung. “Ehh, tumben cari yang sepi-sepi, biasanya cari yang hingar bingar penuh kedahsyatan dan cetar membahana,” ledek Reno tapi Kelly malah tertawa. “Rasa baru biar mantap Bro,” gelak Kelly yang akhirnya membuat Reno terbahak. “Deal,” jawab Reno langsung. “Berapa lama di Singapore?” tanya Kelly akhirnya, Reno langsung menjawab,” Empat hari, mantep kan tuh aku nemenin lu hunting, kapan lagi coba,” sombong Reno. Loka yang mendengar pembicaraan keduanya hanya bisa menggeleng. Semenjak perpisahan bosnya yang nyata dengan Gladis, bosnya seperti anak ayam kehilangan induknya yang kerjaannya tiap hari hanya keluar masuk klub malam. Meskipun tidak mabuk, drugs atau one night stand tapi mendengarkan musik keras dan meminum satu atau dua gelas alkohol seakan membuatnya tenang dan lupa atas masalah yang menimpanya. Tring.. tring.. Bunyi ponsel Reno pertanda ada pesan atau notifikasi yang masuk. Tapi seakan Reno tak mendengarnya dia malah sibuk membaca dokumen dan tak peduli dengan pesan yang memang sudah dia atur dengan nada khusus. Loka yang memang berdiri di depannya hanya bisa melirik ponsel bosnya dan dia akhirnya paham siapa yang mengirim pesan. “Ada pesan masuk Bos,” pancing Loka membuat Reno hanya menjawab dengan deheman. Tak mau menyerah Loka mencoba lagi. “Mungkin penting Bos, karena tertulis pesannya banyak itu,” usaha Loka. Reno menghentikan coretan penanya yang ada dalam genggamannya sekaligus mengeratkan genggamannya itu. Pria itu mendongak dan menatap Loka tajam. “Apa pekerjaanmu sekarang kurang banyak sampai kamu harus mengurusi urusan pribadiku dan hanya masalah pesan yang tak penting?” geram Reno. Loka hanya diam mendengar ucapan Reno, tidak ada bersalah dalam dirinya. Reno berdiri dan kini mereka berdua saling menatap. “Apa yang sebenarnya mau kamu katakan?” bentak Reno tapi Loka masih diam dan menegakkan kepalanya. “Bukan gitu caranya move on,” langsung saja ucapan Loka meluncur begitu saja membuat Reno yang semula emosi langsung diam. “Aku memang tak tahu rasanya dan perasaan yang kamu alami tak sama, tapi aku lebih senang melihatmu bekerja dengan menggila dan menggoda wanita daripada keluar masuk klub malam yang kamu anggap seperti minimarket,” tegas Loka. Reno melangkah menjauh dari mejanya dan berdiri di tepi jendela. Dia memandang ke arah keramaian kota dengan helaan napas yang berat dia kembali berkata. “Kenapa kamu mengatakan itu, sedangkan kamu tahu aku tidak bisa berniat mengobati lukaa hatiku tapi aku hanya ingin menutupinya,” kata Reno masih memandang lurus ke luar jendela. “Alkohol dan klub malam bukan solusinya Ren, kamu harus buktikan kepada semua orang dan mungkin Gladis yang masih mengharapkanmu kalau kamu menjaga dirimu sendiri dan hatimu.” Reno seakan dihantam palu tepat di kepalanya. Dia seakan lupa selama ini siapa itu Gladis dan apa saja yang bisa dilakukan wanita itu untuk tetap mengetahui apa yang dia lakukan. “Jadi sekarang kamu mau bilang kalau kamu melaporkan semua kegiatan yang aku lakukan kepada Gladis gitu?” cela Reno dan membuat Loka menarik napas. “Gladis tak pernah menghubungiku meskipun hanya sekali, tapi aku tahu kamu punya seseorang di sana yang kamu pekerjakan untuk menjaga Gladis dan mengawasinya,” skak Loka. Reno menoleh dan memicingkan matanya. “Sejauh apa kamu mennyelidiki semua tentang diriku?” pertanyaan konyol Reno yang membuat Loka tertawa. “Kamu ini bertanya apa menghinaku?” ledek Reno di sela tawanya. Reno hanya mengangkat bahunya santai dan kemudian dia berjalan ke sofa lalu bersandar di sana. “Aku ini asisten pribadimu Ren, meskipun aku lebih muda darimu, tapi Tuan Rendra memperkerjakanku untuk memastikan semua yang kamu lakukan aku ketahui dan jika terjadi sesuatu hal di masa depan aku yang akan membantu menyelesaikan semuanya,” jelas Loka. “Bahasa sederhananya, aku tahu semua yang kamu alami dan kamu rasakan, kecuali satu hal,” jeda Loka malah membuat Reno penasaran. “Katanya asisten tapi kok masih ada yang ga tahu,” ledek Reno dan membuat Loka menggeram. “Menurut L, kenapa aku mesti tahu urusan ranjangmu dengan berapa banyak wanita, apa iya aku perlu pasang kamera pas kamu lagi olahraga di ranjang,” ketus Loka yang membuat Reno jadi terbahak. “Maybe we can do together,” ledek Reno sambil menepuk bahu Loka dan kembali ke kursi kerjanya. “Sinting,” hanya itu yang keluar dari mulut Loka. Loka mengambil minum dan langsung menegaknya dalam satu tegukan. Dan dia tak menyangka jika Reno akan berkata hal yang membuatnya mati kutu. “Ini bukan soal alkohol atau klub malam, tapi ini soal belajar Ka, jika kamu memang asistenku seharusnya kamu tahu apa yang akan aku lakukan bukan apa yang sedang aku lakukan,” kalimat pembukaan dari Reno. Diam. “Aku melakukannya untuk mengetahui apa aku masih bisa tertarik dengan wanita setelah aku memutuskan untuk melepaskan cinta yang sebenarnya sudah ada di depanku,” ucap Reno sambil menopang dagunya. “Empat tahun aku tak melihat berlian yang berkilau di depan mataku tapi aku melihat emas yang bersinar di penghujung mataku. Dan di saat berlian itu jatuh ke dalam jurang dan mungkin dicuri oleh yang lain, aku baru sadar jika ada berlian dalam genggamanku,” analogi Reno. “Kini aku ingin mencari berlian baru, menjaga yang lama, atau mungkin menunggu berlianku sendiri datang kepadaku,” ucap Reno yang mulai terasa matanya memanas. “Dan perasaanmu adalah?” Loka menggantung ucapannya. “Dingin dan mati rasa.” ***** Yess, aku juga mati rasa ngetiknya,hehehe.. Aku mau bikin surprise di bab depan, hihi Stay Tune
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD