P.28 Heart to Heart

1087 Words
Reno kini sedang duduk di taman belakang, dia tahu jika Gladis masih bercengkrama denaan teman-temannya yang lain. Tapi dia memilih untuk menghindari semuanya dan menunggu Gladis di sini. Entah kenapa dia merasa tersentil dengan pa yang dikatakan oleh Gladis barusan. Dia merasa jika dirinya harus menyadari juga sampai dimana keinginan dirinya untuk memahami arti perpisahan ini bagi mereka berdua. “Setidaknya aku mesti usaha dulu, apapun hasilnya itu dipikir belakangan,” gumam Reno dengan hembusan napas yang entah keberapa kalinya dia lakukan. “Perlu banget jadi baper cuma buat urusan perempuan?” sindir Oman membuat Reno mengeluh dan berdecak mendengarnya. “Jadi gentleman dunk, samperin sana dan ajak ngobrol, kalian berdua bukan dukun yang kerjaannya diem-dieman dan banyak asumsi terus masalah jadi kelar,” cela Oman telak. Reno langsung menjitak sahabatnya itu dan berlalu dari sana. Dalam hati dia merasa ada perasaan berdebar yang mengarah ke gelisah sekaligus khawatir Gladis tidak akan mau diajak bicara. “Glad,” panggil Reno dan mendadak dia langsung menutup mulutnya menyadari panggilan sayang itu masih nempel di pikirannya. “Maaf, maksudku Gladis,” revisi Reno cepat. “Bisa kita bicara bentar?” pinta Reno langsung sebelum Gladis mengeluarkan kata-kata yang tak ingin dia dengar. Gladis melirik ke Laila dan temannya itu mengangguk tak masalah. “Oke,” jawab Gladis singkat dan langsung berdiri tanpa memandang Reno. Kini mereka ada di salah satu pojok ruangan yang ada di sana. Gladis memandang ke arah lain sedangkan Reno memandang wanita yang masih seratus persen dia yakini jika dia masih mencintainya dengan segenap hatinya. “Apa kamu memang sudah melupakanku?” tanya Reno yang entah kenapa pertanyaan itu dulu yang keluar. Gladis hanya menghela napas dan memandang Reno sekilas. “Yah, begitulah, meskipun belum seratus persen tapi aku mulai bisa melupakanmu,” kata Gladis datar. “Maafkan aku jika selama ini aku tak menempatkanmu dalam posisi dan prioritas yang benar dalam hidupku,” jeda Reno dan suaranya mulai lirih terdengar. Deg. Gladis merasa ada getar aneh yang memang ingin dia lupakan. Tapi entah kenapa getaran itu muncul kembali. ‘Ya Tuhan, jangan seperti ini, aku lebih suka dia membenciku daripada mengatakan hal buruk tentang dirinya, yang justru membuatku iba,’ batin Gladis meronta. “Dan aku memang tak menurutimu untuk tidak mencarimu ke Jerman. Selama hampir dua minggu aku mencarimu ke Jerman dengan petunjuk yang salah dan minim, tapi aku tak menyesalinya,” kekeh Reno pelan. Gladis menelan ludahnya pahit. Reno memandang Gladis lekat hingga wanita itu tak bisa mengalihkan lagi pandangannya. “Tapi penyesalanku adalah aku melihatmu bersama dengan lelaki lain dan dia berani memeluk serta menciummu di depan mataku,” geram Reno. “Aku merasakan Glad, apa yang kamu rasakan selama ini dan aku juga merasakan apa yang seharusnya tak kamu rasakan. Penyesalanku adalah aku tak seharusnya melakukan hal itu kepadamu dan seharusnya aku menjaga perasaan tulus yang kamu miliki untukku,” serak Reno. “Dulu aku melakukannya karena aku ingin membuatmu cemburu dan marah kepadaku, dan berharap kamu akan menjambak wanita itu dan aku akan membelamu di hadapan wanita itu dan kamu mengatakan banyak hal yang protektif kepadaku,” tawa hina keluar dari mulut Reno. “Sayangnya aku tak pernah mendapatkannya dan justru aku mendapatkan amarahmu karena aku lupa jika aku berjanji kepadamu termasuk tidak datang ke wisudamu waktu itu,” bibir Reno bergetar mengatakannya. “Aku tidak akan memintamu untuk mengulang waktu karena kamu memberiku empat tahun yang luar biasa. Aku tidak akan memintamu untuk memberiku kesempatan kedua karena aku tahu kamu memberiku empat tahun yang berharga,” akhirnya isak Reno keluar. Reno langsung menghapus air matanya dan Gladis ikut menitikkan air matanya. Wanita itu tak menyangka jika Reno bisa menangis di hadapannya. “Reno,” lirih Gladis. Reno menangkat kedua tangannya dan menggeleng. “Tolong dengarkan saja aku, biarkan kamu tahu apa yang sebenarnya aku rasakan dan ini bukan drama atau untuk meminta belas kasihanmu,” kata Reno mantap. “Setidaknya biarkan aku mengatakan kalau aku yang bodoh ini masih mencintaimu dan ingin menebus semuanya dengan melihatmu bahagia dan memilih jalan hidupmu sendiri, meskipun itu bukan denganku,” ucap Reno dalam satu tarikan napas. “Aku merelakanmu dengannya bukan karena aku ingin berpisah denganmu, tapi memberimu ruang untuk memastikan perpisahan yang kita jalani ini adalah perpisahan sementara atau perpisahan selamanya,” kata Reno tegas. Skakmat. Gladis langsung membulatkan matanya dan menutup mulutnya. Dia terisak tertahan mendengar apa yang dikatakan Reno. Dia mengatakan itu untuk Rasyid agar bisa bangkit tapi bukan untuk Reno yang kini menerima semua perpisahan mereka. “Aku sudah menyadarinya jika kehilanganmu adalah luka dan ujian terberat dalam hidupku. Tapi apa yang kamu katakan memang benar, perpisahan bukan berarti tidak bisa bersama lagi, tapi itu hanya sebuah fase yang perlu kita sadari bersama,” Reno mengatakannya dengan lembut. Reno mendekat dan memeluk Gladis erat. “Kamu masih mendengar detak jantung itu yang terus berirama saat bersamamu, perasaan yang aku miliki untukmu tidak berubah Glad meskipun kamu menjauh dariku dan membenciku, termasuk melihatmu bersama dengan yang lain,” Reno membelai Gladis yang kini malah terisak dalam pelukan Reno. “Cukup ingatlah selalu ada aku yang masih ada dalam hidupmu. Lupakan aku jika memang itu yang kamu perlukan. Tapi kamu tahu bagaimana caranya kembali kepadaku jika memang kamu ingin kembali.” “Aku masih berada dalam lingkaran yang sama, masih ada dalam kehidupan yang sama. Aku akan tetap di Indonesia dengan pekerjaanku, kehidupanku, kesengangnku. Aku menjaga semua itu hanya untuk berjaga-jaga jika kamu mencariku meskipun bukan untuk kembali padaku.” Air mata di ujung mata Reno kembali menetes dan Gladis bisa merasakan tetesan itu di pundaknya. Keduanya masih saling berpelukan enggan saling melepaskan. “Aku juga akan belajar mencintai orang lain yang mungkin bisa membantuku untuk sadar ini perasaan sementara atau selamanya. Tapi aku tidak melupakanmu dan masih hadir dalam hidupmu,” jeda Reno yang mulai melepaskan pelukan mereka. Reno mengangkat dagu Gladis. “Jangan menangis lagi, itu melukaiku,” pinta Reno dan Gladis hanya bisa menggeleng. “Berjanjilah kamu akan hidup bahagia dengan caramu sendiri. Tersenyumlah dengan semua kemampuanmu, dan tetap jadilah dirimu sendiri yang selalu jutek dan keras kepada pria yang ingin dekat denganmu,” goda Reno membuat Gladis mulai meredakan tangisnya dan memukul Reno pelan. “Karena perasaanku padamu belum berubah sampai hari ini dan dia akan tetap di sini,” ucap Reno sambil mengambil tangan Gladis dan meletakkannya di dadanya. “Jika nanti kita bertemu lagi dan ingin kembali kepadaku, cukup pastikan detak ini masih ada untukmu maka itu artinya perasaanku padamu dan hati ini masih sama, tidak berubah untukmu.” ***** Aku mewek bacanya, sedih...  
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD