When you visit our website, if you give your consent, we will use cookies to allow us to collect data for aggregated statistics to improve our service and remember your choice for future visits. Cookie Policy & Privacy Policy
Dear Reader, we use the permissions associated with cookies to keep our website running smoothly and to provide you with personalized content that better meets your needs and ensure the best reading experience. At any time, you can change your permissions for the cookie settings below.
If you would like to learn more about our Cookie, you can click on Privacy Policy.
Larisa membeku untuk sesaat. Dia masih terpaku melihat atasannya yang berdiri di dekat Reina. Kemudian menyelinap menjauh sebelum Dewa menyadari kehadirannya. Dilangkahkan kakinya ke luar kantor. Sedang Reina menghembuskan nafasnya pelan. Lega melihat gerak cepat Larisa. Sebenarnya dia heran dengan perubahan juniornya yang sangat kontra dibandingkan dengan saat Resty belum sakit. Sekarang gadis itu seperti berusaha sekuat tenaga untuk bersembunyi dari Dewa. Awalnya Reina pikir karena takut Dewa selalu mengungkit-ungkit masalah sakit kekasihnya. Tetapi seharusnya dengan peringatan Arya, gadis itu tidak perlu takut kan? “Hai Lex, aku boleh gabung makan siang sana kalian ya?” sapa Dewa kepada Alex. Laki-laki keturunan Arab itu pun terdiam lama, kemudian menatap Reina. Mencoba mencari penj