When you visit our website, if you give your consent, we will use cookies to allow us to collect data for aggregated statistics to improve our service and remember your choice for future visits. Cookie Policy & Privacy Policy
Dear Reader, we use the permissions associated with cookies to keep our website running smoothly and to provide you with personalized content that better meets your needs and ensure the best reading experience. At any time, you can change your permissions for the cookie settings below.
If you would like to learn more about our Cookie, you can click on Privacy Policy.
Yang berteriak adalah Liana. Dia memaksa masuk ruang kerja Dewa dengan membawa beberapa berkas yang harus dikoreksi olehnya sebelum nanti naik ke meja CEO. Daritadi dia penasaran dengan kehadiran Larisa dan Reina di ruang kerja Dewa. Dan Liana tidak bisa mencuri dengar karena pintunya ditutup rapat oleh atasannya tersebut. Makanya dia nekad masuk tanpa permisi. Dengan wajah kesal, sahabat Resty itu menghampiri gadis berambut keriting itu kemudian menjambak surainya dengan kasar tanpa sempat dicegah oleh Reina dan Dewa. “Sakit,” lirih Larisa sambil berusaha melepaskan rambutnya dari cengkraman Liana. Reina dengan sigap merekam kejadian itu. Kemudian mengirim video itu kepada Alex. Baru bergegas dia membantu staffnya untuk lepas dari jambakan tangan Liana. “Liana, lepasin!” seru Dewa, m