When you visit our website, if you give your consent, we will use cookies to allow us to collect data for aggregated statistics to improve our service and remember your choice for future visits. Cookie Policy & Privacy Policy
Dear Reader, we use the permissions associated with cookies to keep our website running smoothly and to provide you with personalized content that better meets your needs and ensure the best reading experience. At any time, you can change your permissions for the cookie settings below.
If you would like to learn more about our Cookie, you can click on Privacy Policy.
Larisa sudah berdiri berhadapan dengan Nita yang masih duduk di sebelah Kayla. “Berdiri kamu,” kata Larisa penuh penekanan kepada Nita yang belum memahami situasi yang ada. Karena itu Nita masih duduk diam. Dengan kasar ditariknya tubuh penjahit tersebut supaya berdiri sejajar berhadapan dengan dirinya. Larisa memandang Nita dengan penuh intimidasi. Barulah perempuan itu paham kemarahan yang terpancar dari gadis mungil berambut keriting itu. “Yang kamu bilang penjilat itu siapa?” suara Larisa penuh dengan ancaman, Nita pun menelan ludahnya. “It-itu, aku nggak ngomongin ka-kamu,” Nita terbata-bata menjawab pertanyaan Larisa. Serasa nafasnya hampir habis saat berbicara. “Oh ya? Lalu ke siapa?” sarkas Larisa. Dia masih tidak melepas pandangan kepada Nita. Sedangkan lawan bicaranya itu