When you visit our website, if you give your consent, we will use cookies to allow us to collect data for aggregated statistics to improve our service and remember your choice for future visits. Cookie Policy & Privacy Policy
Dear Reader, we use the permissions associated with cookies to keep our website running smoothly and to provide you with personalized content that better meets your needs and ensure the best reading experience. At any time, you can change your permissions for the cookie settings below.
If you would like to learn more about our Cookie, you can click on Privacy Policy.
Tampak Dewa berjalan ke arahnya. Ekspresi wajahnya susah untuk ditebak, tetapi bisa membuat ketiga orang yang berdiri di hadapannya membeku. “Jadi ini alasanmu nggak ikut acara makan malam di timmu?” tanya Dewa dengan suara yang mampu membuat hati gadis itu ketar-ketir. “Ma-af, Pak,” cicit Larisa ketakutan. Dewa menghela nafasnya pelan. Sementara Fira dan Farid bingung bagaimana harus bersikap. “Ikut aku,” ujar Dewa seraya menarik Larisa untuk mengikuti langkahnya menjauh dari ICU. Gadis itu tersaruk-saruk mengikuti langkah lebar atasannya tersebut. Tetapi dia tidak berani protes. Sesampainya di pojok taman yang sepi, barulah Dewa menghentikan langkahnya. Kini mereka berdiri, saling berhadapan. “Kenapa nggak bilang kalau mau nengok Resty?” tanya Dewa, dan yang bikin Larisa bingung ad