Hanna baru saja pulang dari kebun teh, wanita pulang enam tahun lalu tengah menggerai rambut panjangnya lalu di ikat asal. Hanna tidak langsung masuk ke rumah karena halaman rumah kotor jadi ia ingin menyapu sementara menunggu jagoan kecilnya pulang utama. Hanna mengambil sapu lidi yang sudah mulai patah dan rusak di sebelah lagi mengambil serok plastik dengan gagang bewarna putih serta seroknya bewarna hijau lumut yang sudah rusak. Dengan cekatan Hanna mulai menyapu halaman berukur dua meter dengan pagar kayu sepinggang. Umur Hanna cukup terbilang muda namun sikap keibuannya sangat ketahuan
'' mamah .. '' pekik bocah menang lima tahun, tampan versi junior dengan rambut bergelombang dan bewarna coklat pipinya sangat tembem dan bulat kulit yang putih serta pintar. Hanna Lelaki itu nampak tersenyum sambil memeluk bola plastik dengan cepat ia masuk ke dalam halaman rumah dan langsung memeluk Hanna.
'' anak ummah dari mana ...? '' tanya Hanna sambil mengusap rambut kambing.
'' Dari habis main sama temen-temen mah di lapangan dekat rumah Dodi ... '' jawab Rendy meminta ia dongakan agar bisa melihat wajah cantik ummahnya. Hanna tersenyum
'' Mandi gih biar gak bau acem, kamar mandi di samping rumah airnya penuh karena semalam ... '' kata Hanna lembut. Rendy melepaskan pelukannya sambil mengangguk dan masuk ke dalam rumah. Di samping rumah terdapat sebuah pintu juga dan di sampingnya ada drum biru yang biasa digunakan untuk udara. Hanna bergelengkan setelah demi pergi. Hanna menyelesaikan pekerjaan sapu menyapu hingga selesai. Setelah selesai Hanna meletakan sapu bersama serok di sudut rumah dan ingin masuk ke dalam, tapi baru saja ia ingin membuka pintu suara berat khas pria menegurnya.
'' Hanna ... '' panggil lelaki itu sambil memegang pintu pagar kayu. Tubuh Hanna menegang nafasnya langsung tercekat dengan cepat ia berbalik. Hanna menyipitkan mata tidak suka.
Dia ...