Gelap. Itulah yang Mayleen lihat pertama kali setelah membuka pintu kamar David. Manager Li bilang kalau dirinya harus bersikap manis pada David dengan cara membawakan pria itu makanan. Mayleen berjalan mengendap-endap masuk ke kamar David. Ia bingung apa yang harus dilakukan setelah ini.
Tiba-tiba ruangan menjadi terang. Mayleen berbalik menatap David berdiri di belakangnya. Ia tersenyum kaku melihat David bertelanjang d**a, lekuk tubuh yang sempurna membuat Mayleen menelan ludahnya dengan susah payah. Perut kotak-kotak itu seolah ingin diraba. Mayleen menggigit bibir bawahnya menghirup hormon jantan yang menguar dari pria itu. Ia mulai terlena jika berhubungan dengan aroma pria.
“Apa yang kau lihat?”
“Ti .. tidak…Aku … aku mau mengantarkan makanan ini untukmu.” Mayleen menyodorkan nampan yang dibawanya ke hadapan David. “Manager Li bilang kau belum makan,” lanjutnya.
David terdiam, ia hanya menatap nampan yang gadis itu bawa padanya tanpa berniat untuk mengambilnya. Apa Mayleen ingin menyogok dengan makanan agar mau memaafkannya?
“Letakkan saja di meja. Pergilah!”
David menghempaskan tubuhnya ke ranjang. Ia malas melihat gadis itu, ya meski pun ia akui Mayleen tidak sepenuhnya salah karena gadis itu belum mengetahui kehidupan manusia. Namun tetap saja ia kesal dengan kelakuan ajaib Mayleen. David menoleh untuk memastikan gadis itu sudah pergi dari kamarnya, tetapi sayang Mayleen masih berdiri anteng dengan nampan di tangan.
“Kenapa masih di sini?” tanya David pria itu menegakkan tubuhnya dengan kaki menjulur ke lantai
“Aku minta maaf,” ujar Mayleen. Kepalanya menunduk.
Manager Li bilang kalau David akan luluh jika ia terlihat sedih dan mengiba, sekarang Mayleen melakukannya. Ia harap David akan memaafkan kesalahannya. Perasaan kasihan membuat David tidak tega pada Mayeen. Gossip miring itu sudah membuat ia kehilangan kesabaran dan gadis yang tidak tahu apa-apa ini menjadi pelampiasannya. Harusnya David memberitahu Mayleen baik-baik, lagi pula gadis itu tidak pernah melawan ketika ia marah.
“Ehm … karena aku sudah memaafkanmu jadi pergilah sekarang.”
Enggan meminta maaf membuat David mengusir Mayleen. Inilah cara David untuk mempertahankan harga diri ketika hatinya melunak.
Mayleen menggeleng. “Aku akan menunggumu sampai selesai makan.”
David memutar bola matanya kesal, gadis ini keras kepala. David mengalah berdebat dengan Mayleen akan membuang tenaga. Akhirnya mengizinkan Mayleen menemaninya makan.
****
Para Wartawan mulai memadati sebuah ruangan koferensi pers. Hot gossip yang tranding belakangan ini menyedot perhatian awak media. Tentu banyak pertanyaan yang ada dalam pikiran mereka yang menuntut jawaban dari lakon utama. Terkait hubungan David dengan seorang wanita misterius. Miss X sebutan wanita beruntung yang mendapat ciuman panas dari David, begitulah yang ada di pikiran wartawan.
Di sebuah ruang rias yang cukup luas terlihat para artis tengah didandani. Jia Li melihat pantulan dirinya bak Dewi Yunani dengan wajah ovalnya. Disampingnya Wang Sean tengah asik membaca sebuah buku saat rambutnya di tata.
“Apa David sudah datang?” Manager Li tiba-tiba masuk mencari aktornya yang belum menampakkan batang hidung. Jia Li mengernyit, bukankah biasanya David datang bersama Manager Li.
“Apa dia belum datang?” tanya gadis itu seraya berdiri menghampiri Li Wenhua.
“Aku tidak bisa menghubunginya. Aku kira dia sudah di sini,” ujar Li Wenhua cemas. Beberapa menit lagi konferensi pers akan dimulai dan David belum menampakkan diri sampai saat ini.
“Aku akan menghubunginya.”
Jia Li mencoba menelepon David, namun ponsel pria itu tidak aktif. Bagaimana bisa sang pemeran utama tidak hadir dalam konferensi filmnya. Pintu ruang rias itu terbuka, seorang wanita berpakaian hitam masuk dan mengintruksikan semua masuk ke ruang konferensi.
Lampu flash menghujani para artis. Jia Li dengan dress tanpa lengannya berjalan penuh percaya diri ke atas panggung kecil. Disusul oleh Wang Sean yang mengenakan jas hitam yang menawan. Sutradara sekaligus produser sudah menunggu di depan. Para wartawan mulai berbisik menanyakan keberadaan aktor utama—David Yang.
Sesi foto pun berlalu tanpa David. Para wartawan mulai melayangkan pertanyaan pada sutradara terkait produksi film ‘kungfu kitchen’ yang tayang perdana hari itu. Semua pertanyaan dijawab dengan lancar, sampailah sesi tanya jawab untuk para lakon. Jia Li tersenyum kaku, David belum hadir dan wartawan pasti menanyakan prihal absennya pria itu.
Tiba-tiba pintu ruang konferensi terbuka lebar menampilkan sosok yang ditunggu-tunggu. David mengenakan kemeja putih dengan lengan yang digulung sebatas siku kini berjalan dengan gagah membelah kerumunan wartawan. Kaca mata hitam yang dikenakan membuatnya terlihat sangat cool.
Semua lensa mengarah pada pria itu. David terlihat seperti bintang yang bersinar terang. Ia melambaikan tangan saat berada di atas panggung, kemudian duduk di kursi kosong di samping Jia Li. Para wartawan pun mulai membanjiri para artis dengan berbagai pertanyaan. Semua pertanyaan dijawab dengan santai bahkan sesekali melemparkan canda gurau. Sampailah pada pertanyaan yang dilayangkan seorang wartawan untuk David.
“Apakah benar Anda memiliki hubungan dengan Nona Jia Li? Dan siapa wanita yang bersama Anda di foto itu?”
David terdiam, ia melirik pada managernya sebelum menjawab.
“Benar dulu saya memiliki hubungan dengan Nona Jia Li.”
Pernyataan David langsung menuai reaksi dari para wartawan. Banyak pertanyaan yang digali dari pernyataan itu, namun keterbatasan waktu akhirnya konferensi pers diakhiri. David bisa bernapas lega.
Manager Li langsung menarik tangan David setelah para wartawan pergi. David tidak tahu bagaimana Li begitu was-was saat ia tidak bisa dihubungi. Ini di luar kebiasaan David.
“Kau ke mana saja? Kenapa bisa terlambat?”
David dicerca banyak pertanyaan yang tidak ingin ia jawab. Ia tidak mau mengingat insiden pahit di pagi hari.
“Jangan hanya diam, aku perlu penjelasan. Jangan digantung!”
David mendengus, Li sudah seperti wanita yang meminta pertanggung jawaban atas kehamilan.
David menghembuskan napas dalam sebelum memuka kaca matanya. Memar merah terlihat jelas di mata kirinya. Manager Li khawatir, apa yang sebenarnya terjadi pada aktornya? David tidak mungkin berkelahi pagi-pagi.
David enggan menjelaskannya, bercerita sama saja menorehkan rasa sakit untuk kedua kalinya. David tidak mau mengingat saat Mayleen membuatnya terpeleset dan jatuh tersungkur. Lebam di mata kirinya adalah salah satu hasil karya yang Mayleen ciptakan pagi ini.
****
Wang Sean berjongkok di samping sebuah makam. Setelah acara selesai pria itu langsung pergi begitu saja. Ditangannya ada seikat bunga cantik yang kemudian diletakkannya di atas makam. Sean memejamkan manik hitamnya.
“Yifei, aku mencintaimu. Jangan tinggalkan aku.”
“Jangan berkata seperti itu, Sean.”
“Kenapa?”
“Karena kau terdengarseperti orang lemah. Aku tidak suka lelaki seperti itu.”
“Jadi kau tidak menyukaiku?” Yifei tersenyum lebar pada Sean, dikalungkannya kedua tangan pada leher pria itu. “Aku juga mencintaimu, Sean, tapi bukan berarti aku tidak akan meninggalkanmu.” Sean menatap wanita yang dicintainya bingung belum sempat ia bertanya kenapa Yifei sudah menciumnya. Memberikan rasa cinta dan nyaman pada Sean, pria itu tidak pernah menolak sentuhan Yifei.
Air mata menetes dari kedua mata Sean. Kepingan masa lalunya kembali muncul. Mata hitam itu terbuka, meski tidak ada isakan yang keluar dari bibirnya namun rasa sakit itu tergambarkan dari mimic wajah dan derai air mata. Wang Sean meraba bongpay-- nisan--di depannya.
“Aku memang lelaki lemah tanpa mu Yifei. Kau adalah kekuatanku, tapi kau sudah pergi.” Wang Sean berdiri dari posisinya. “Aku akan membuatnya merasakan apa yang kurasakan dulu. Aku berjanji padamu Fei.”
Aku tidak akan melepaskannya.
***
Mayleen menghempaskan tubuhnya di sofa, tanpa sengaja ia menekan remot tv yang membuat benda persegi itu menyala. Awalnya Mayleen takut dan kaget, tapi setelah melihat tayangan di depannya membuat Mayleen tertarik. Channel yang ada di tv tengah menayangkan konferensi pers di mana pria yang ia cari berada di samping David. Mayleen memekik senang. Satu petunjuk telah ia temukan, sebentar lagi mutiaranya akan kembali.
Cukup lama acara itu disiarkan, sampai akhirnya tayangan itu berakhir dan dilanjutkan dengan berbagai iklan. Mayleen berdiri mendekat ke arah benda itu dan merah-marah tidak jelas. Mayleen ingin melihat wajah pria itu lagi, tapi sayang iklan di tv membuatnya kesal.
“Yak! Kembalikan pria tampan itu!” makinya di depan televisi.