“Hacih.” Pagi-pagi Naomi sudah meriang dan bersih terus menerus membuat Bu Widia segera mendekat. “Kamu sakit?” tanyanya cemas. “I—hacih.” Baru hendak menjawab, tiba-tiba bersin mendominasi. Tak jauh dari mereka berdiri, Samudra yang baru keluar dari kamarnya juga mengalami hal yang serupa sehingga membuat Bu Widia, Lukas dan Dava mengerutkan alis. “Loh, Samudra juga sakit?” “Terserang flu, Ma. Tapi saya bawa obat. Jadi aman.” “Kalau begitu, bagi obat untuk Naomi, dia juga flu sepertimu.” “Kamu flu juga?” tanya Samudra menatap wajah Naomi—hidung merah dan sedikit meler. “Itu meler.” Naomi tersentak, segera berlari masuk ke dalam kamarnya untuk mengambil tisu dan mengelap hidungnya. Lantas di depan, Samudra sudah diomeli oleh sang ibu tercinta. “Bisa tidak, kasih kode saja! Jangan