Marah Awet

1400 Words

“Tante.” Bu Widia tersenyum. “Boleh Tante duduk?” “Silahkan!” Naomi mempersilahkan Bu Widia menempati tempat duduk di sebelahnya. “Maaf, Tante harus tau sisi rapuh aku.” “Don’t worry. Semua orang memiliki sisi rapuh, karena itu butuh tempat untuk bersujud. Jangan di sini! Banyak orang akan melihatmu.” Bu Widia terkekeh pelan. Bukan untuk mengejek, melainkan untuk mengembalikan senyuman yang pudar di bibir Naomi. “Iya … aku sudah terlalu nyaman di sini.” “Tante sudah ada di sini, apa kamu tidak ingin curhat sama Tante?” Naomi tersentak, menatap lekat wajah perempuan paruh baya di depannya. “Kita ini sudah seperti keluarga. Kamu sudah Tante anggap seperti anak Tante sendiri. Sini cerita semua sama Tante!” imbuhnya lagi mengepakkan tangan membuat Naomi tersenyum haru dan memeluknya den

Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD