“Zahwa, jawabannya di rumah, ya! Sekarang masuk ke kelas! Belajar yang rajin.” “Iya, Daddy.” Akhirnya Naomi dapat menghela napas panjang seiring dengan bahunya yang merosot lega. Hampir saja dia pingsan karena panik, untung saja Samudra siap siaga dalam memberi jawaban. Tapi, tunggu! Bukan tadi sebuah jawaban bersifat penangguhan? Naomi memiringkan wajahnya, menatap nanar wajah Samudra yang terlihat sangat santai. Tidak ada keresahan sedikitpun. “Dok, apa gak kasih jawaban tadi?” “Kamu ingin saya jawab apa? Iya?” Samudra balik bertanya sampai membuat Naomi terbata-bata. “I—iya bukan gitu juga. Tapi setidaknya kasih jawaban yang jelas, jangan sampai membuat Zahwa terbuai dengan harapan.” “Zahwa biar jadi tanggung jawab saya. Sekarang fokus dulu pada sidangmu!” “Ah iya, aku lupa. Si