SL. 05

1476 Words
Sinar mentari menerobos begitu saja melalu celah hordeng yang terbuka sedikit, sosok gadis yang mempunyai kamar tersebut sudah beranjak sebelum ia terusik dalam tidur nyenyakmya. Anastasia melangka menuju kamar mandinta untuk menyegarkan diri dari rasa kantuk yang masih menghantuinya. "Kalau saja bukan pelajaran Pak Gery, gue malas buat masuk," gumam Anastasia. Gadis tersebut mulai mandi di bawah guyuran air dari shower yang menghujaninya. 10 menit berselang Anastasia keluar dann melangkah ke arag lemari besarnya, ia mengambil seragam yang akan dikenakan pada hari itu. Gadis tersebut melihat dirinya di pantulan cermin besar yang ada di kamarnya, ia tersenyum tipis sebelum mengambil tas dan melangkah keluar kamar. "Astaga Na, kamu bikin Mamah kaget saja," ucap Meta ketika ingin mengetuk pintu kamar sang anak. "Loh Mamah ngapain di depan kamar aku," kata Anastasia yang bingung sambil ia menutup pintu kamarnya perlahan. Meta tersenyum lalu merangkul tangan sang anak. "Mamah kira kamu belum rapih," balas Meta yang membuat gadis tersebut memegang kembali tangan yang sudah mulai terlihat garis-garis keriput. "Sudah kok Mah," ucap Anastasia. "Yasudah sekarang kita sarapan, Mamah sudah buatin nasi gorenf buatan kamu," kata Meta yang membuat Anastasia tersenyum dengan anggukan kecil. Mereka berdua kini melangkahkan kakinya menuruni anak tangga dengan senyuman tipis di bibir mereka. "Mah, hari minggu kita ke makam Papah yuk. Ana kangen," ucap Anastasia, wanita paruh baya terdiam sejenak tidak menjawab membuat Anastasia mengerutkan keningnya. "Mah." Meta tersadar dari diamnya membuat ia tersenyum mengarah ke anak gadisnya tersebut. "Yasudah iya, minggu kita ke makam Papah," ujar Meta yang membuat gadis tersebut menarik kedua sudut bibirnya. Kini mereka berdua telah berada di ruang makan yang sepi dan hening, namun mereka sudah melewati kesepian tersebut beberapa tahun sejak kepala keluarga mereka meninggal. "Sehabis lulus Ana akan cari kerja dan bantuin Mamah," kata Anastasia sambil melahap nasi goreng yang sudah terletak di atas piringnya. "Kamu enggak mau lanjut kuliah?" tanya Meta. Gadis tersebut terdiam sejenak sebelum akhirnya senyuman manis merekah di bibirnya. "Enggak Mah, Ana mau bantuin Mamah biar Mamah enggak perlu kerja lagi," ucap Anastasia yang membuat Meta jelas tertegun sejenak, ia menatap lekat anak gadisnya hingga kini ia mengelus pelan rambut sang anak. "Mamah emang sengaua kerja karena enggak betah diam sayang, kamu lanjut saja kuliah kalau kamu mau. Mamah masih mampu," jelas Meta dengan sangat tulus, Anastasia terdiam membisu matanya berkaca-kaca dan tanpa pikir panjang ia memeluk wanita paruh baya tersebut dengan sangat erat. Anastasia berkata, "Mah kalau ada apa-apa jangan pendam sendiri ya, Mamah punya Ana." Sambil menggenggam erat tangan wanita paruh baya yang kini tersenyum tulus, ia mengelus pelan pucuk rambut anak gadisnya. "Iya sayang, kamu kalau ada apa-apa juga harus cerita ya," ujar Meta yang membuat gadis tersebut mengangguk. "Yasudah kita lanjut sarapannya, nanti kamu terlambat," kata Meta, mereka berdua kini melanjutkan makannya dengan lahap sesekali wanita paruh baya tersebut melihat ke arah Anastasia dengan sangat lekat, ia tersenyum bahagia. "Mah, kenapa lihatin aku terus? Ada nasi ya?" tanya Anastasia sambil mengelap pelan sudut bibirnya. Meta menjawab, "Enggak sayang, Mamah cuman lihat saja anak Mamah ternyata cantik banget." Anastasia yang mendengar jelas tersipu malu lalu berkata, "Ish Mamah ini apaan si, kan aku jadi malu." Sambil terkekeh membuat Meta tertawa pelan melihat tingkah sang anak. 10 menit berlalu, Anastasia telah selesai dengan aktifitas makannya. Ia beranjak berdiri lalu menghampiri sang Mamah lalu memeluknya. "Mah, aku berangkat sekolah ya," kata Anastasia dengan sangat amat lembut. "Iya sayang, hati-hati di jalan ya. Jangan ngebut," balas Meta yang kini mengelus pelan pucuk rambut sang anak gadisnya. "Mamah juga hati-hati nyetir mobilnya ya, jangan ngelamun," ucap Anastasia yang membuat wanita paruh baya tersebut tersenyum manis. Gadis tersebut melepas pelukannya lalu mengecup singkat pipi mamahnya tersebut, baru saja ingin melangkah Meta memanggil, "Na." Anastasia jelas menoleh ke arah sang Mamah lalu menyahut, "Iya Mah, ada apa?" Wanita paruh baya tersebut terdiam menunduk, ia perlahan membalikkan badannya membuat Anastasia mengerutkan keningnya. "Boleh enggak Mamah nitip ini buat Rekal?" tanya Meta, Anatasia jelas langsung mengarahkan matanya ke kotak makan berwarna hitam tersebut. "Boleh Mah," jawab Anastasia dengan senyuman tipis, wanita paruh baya yang awalnya sendu kini tersenyum sangat manis dan berharap kepada anak gadisnya tersebut. Meta berkata, "Terimakasih ya Na, sekalian sampaikan maaf Mamah ke dia." Gadis tersebut terdiam sejenak, ia menatap sendu ke kotak makan tersebut sebelum akhirnya ia menghela nafasnya dan mendongak dengan senyuman tipis. "Enggak usah minta maaf Mah, apapun yang Mamah mau sebisa mungkin aku lakuin," ucap Anastasia dengan begitu tulus. Wanita paruh baya tersebut menatap menatap dengan sorot mata yang terharu, tanpa pikir panjang ia memeluk kembali sang anak gadisnya. "Mamah bangga dan sayang sama kamu Na," ucap Meta dari hati yang paling dalam, Anastasia menatap mamahnya lalu tersenyum manis. "Ana juga sayang dan bangga sama Mamah," balas Anastasia. Setelah mengambil kotak makan tersebut, Anastasia kembali berpamitan dan melangkah keluar kamarnya menuju motor sport yang terparkir di halaman rumahnya. Gadis tersebut menghela nafasnya ketika melihat kotak makan tersebut sebelum ia masukan ke dalam tas. "Mamah emang salah di masalalu, tapi dia merasa bersalah dan bahkan masih peduli sama lu Kal," gumam Anastasia sebelum akhirnya menggelengkan kepalanya pelan lalu memasukaln kotak makan tersebut. Gadis tersebut menaiki motornya lalu melajukan menjauh dari perkarangan rumahnya, ia sedikit menambah kecepatan ketika jalanan terlihat sepi, hingga dimana lampu merah membuat ia menghentikan laju motornya. Anastasia melepas helm fullface-nya lalu memasang airpods yang memang sudah tersambung untuk ia mendengarkan lagi, setelah itu ia kembali memakai helm fullface-nya namun tidak dipungkiri gadis tersebut menjadi pusat perhatian ketika melepas helm fullface-nya. "Kerena juga si Ana," gumam Ari dibalik helm fullface-nya yang tanpa sengaja melihat Anastasia, hinga lampu sudah berubah menjadi hijau dan semua kendaraaan kembali melajukan kendaraannya begitu juga dengan Ari yang menyusul Anastasia yang melaju kencang. Klakson dai motor sport sebelah membuat Anastasia melirik melalu ekor matanya sambil fokus ke jalanan. "Ana, ini gue Ari," teriak Ari sambil membuka kaca helm fullface-nya yang kini gadis tersebut kenali. Beberapa menit kemudian kedua motor sport memasuki gerbamg sekolahan yang membuat para penghuni sekolah yang sudah datang jelas melongo tidak percaya, bahkan bertanya-tanya dan saling berbisik. "Lu bisa bawa motor sport juga ternyata," kata Ari ketioa sudah memarkirkan motor tepat di samping motor Anastasia, ia juga telah melepas helm fullfaca-nya. Anastasia melepas helm fullface-nya lalu menoleh ke arah laki-laki yang kini berdiri disampingnya. "Basa-basi lu kebasian," cetus Anastasia, ia lalu turun dari motor sportnya tersebut lalu melangkahkan kaki meninggalian Ari yang terdiam sambil tersenyum miring sebelum akhirnya menyusul. "Na, tungguin dong," kata Ari. Sedangkan di sisi lain Riki dan Bimo melihat kejadian tersebut, mereka berdua sontak langsumg melihat ke arah Rekal yang kini melanjutkan melepas helm fullface-nya. "Kal, lu serius bakal ngebiarin Ari deketin Ana?" tanya Riki. Rekal turun dari motor lalu melangkah menjauh dari kedua sahabatnya tanpa menjawab pertanyaan yang dilontarkan sahabatnya. "Lu si nanya mulu," cetus Bimo yang membuat Riki sontak mengerutkan keningnya lalu menyela, "Lah gue mah nanya benar si, masalahnya gue tahu tuh cowokk kek apa." Bimo terdiam sejenak mendengarnya. "Udah biarin saja, lu kaya enggak tahu Rekal saja," cetus Bimo yang membuat Riki hanya menghela nafasnya gusar, mereka berdua kini melangkahkan kakinya menyusul Rekal yang sudah jauh dari diamnya mereka. "REKAL! TUNGGUIN!" teriak Riki yang membuat Bimo menoleh sambil menutup kupingnya, belum sempat ia menakol Riki berlari kecil menghampiri sahabatnya. "Astaga tuh bocah, untung gendang telinga gue kuat," ucap Bimo sambil mengusap telinganya perlahan. Riki menoleh ke arah belakang lalu berkata, "Bim! Gece, kenapa malah ngusap-ngusap telinga si, congee lu." Siswa-siswi yang berada di lorong sekolah jelas mendengar dan tertawa pelan membuat Bimo menatap tidak percaya, lalu melangkah cepat dan menjitak kepala sahabatnya. "Awksh sakit Bim! Salah apasi gue, ini bisa masuk dalam KDS," cetus Riki yang membuat kedua sahabatnya jelas mengerutkan keningnya. Rekal bertanya, "KDS apaan?" "Kekerasann dalam sahabat," jawab Riki yang membuat Bimo yang mendengar jelas menoleh dengan tidak percaya lalu setelahnya tertawa, sedangkan Rekal hanya terkekeh saja. "Lu yang buat pasal sendiri itu mah," cetus Bimo. Bell masuk berbunyi membuat mereka yang masih berada diluaran ruang kelas jelas berlari berhamburan untuk bergegas masuk ke kelas mereka masing-masing. Pelajaran berlangsung dengan sangat hikmat dan serius, semua siswa-siswi memperhatikan guru yang menerangkan di depan ruang kelas. Hingga waktu sangat cepat berlalu, para siswa-siswi mulai berbisik kapan bell istirahat akan berbunyi. "Lama banget si istirahatnya," keluh Heni membuat Mila yang duduk di sampingnya berbisik, "Lu kaya enggak tahu aja kalau pelajaran ini kan berasa lama." Heni mengangguk setuju atas perkataan sang sahabat. Anastasia yang berada di belakang kedua sahabatnya jelas melihat hanya bisa menggelengkan kepalanya pelan. Hingga bell istirahat berbunyi membuat mereka bersorak gembira hingga tanpa sadar guru yang mengajar masih berada di ruang kelas tersebut. "Teriakin apa kalian?" tanya Pak Gery, guru yang terkenal tegas dan sorot mata tajam. Keadaan kelas Anastasia seketika diam membisu, membuat para siswa-siswi membungkam mulutnya dan menunduk bersalah. "Kalian ini sudah kelas 3, perkara belajar 2 jam saja tidak semangat sekali," ketus Pak Gery dengan tegas sambil membereskan buku yang ia bawa.
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD