Tak di anggap

1079 Words
Aku bergegas keluar dari ruangan Gracia dan memilih untuk pergi ke perpustakaan. Namun sebelum aku pergi ke perpustakaan, aku mengucapkan permintaan maaf dan terima kasih. "Maafkan aku, aku sudah lancang masuk ke area, sini," ucapku pada Pak David Gracia hanya melihatku dengan mata sedih dan melihat pak David juga. "Terima kasih sebelumnya kak Gracia," ucapku sambil membungkukan badan. Aku berjalan menuju perpustakaan tanpa melihat kembali ke belakang. "David...kenapa kau tidak memperbolehkan anak baru itu untuk bergabung dengan tim? Bukankah ia memang masuk dalam tim mu?" tanya Gracia "Belum saatnya, dia masih kecil untuk mengetahui dunia penjahat," jawab David dengan enteng ya. "Lantas kalau bukan sekarang lalu kapan?" "Kapan-kapan," jawab David "Maksudmu? Kau tidak membolehkan anak itu bergabung dengan tim mu?" "Tidak! Lagi pula aku tidak setuju jika Aaron menerimanya,"jawab David ketus " Tapi dia kan berhak untuk bergabung dengan tim mu! Kau jangan seperti itu David, ingatlah bagaimana kau dulu diperlakukan, "sahut Gracia "Jelas aku ingat bagaimana aku diperlakukan, oleh Karena itu aku juga membalas perlakuan yang sama ketika mereka memperlakukan ku!" seru David "David, dia tidak memiliki kesalahan apapun, putus kan saja rantai itu, selain itu juga perlakuan mu dengan yang lain sangat sangat berbeda! Kenapa kau pilih kasih padanya?" "Graciaaaa! Di sini aku yang menentukan siapa saja yang boleh masuk dalam anggotaku, kalau sampai Aaron ikut campur silakan saja, tapi aku tidak akan pernah mengakuinya!" ucap David Tanpa bermaksud debat kusir dengan David, Gracia segera menghindar dari nya dan pergi dengan membawa peralatan teknologi serta ponselnya menuju ruang rapat, disusul oleh David. Semua orang sudah berkumpul di ruang rapat, menunggu kedatangan Gracia. "Hallo...maaf aku terlambat, ada hal yang harus aku siapkan terlebih dahulu," ucap Gracia "Baiklah karena semuanya sudah datang, mari kita mulai saja rapat nya!" usul Morgan. Aaron tampak sedang mencari seseorang, ia menengok ke kanan dan ke kiri. "Tunggu... bukankah kita ada 1 anggota lagi, kenapa kalian melupakan nya?"ujar Aaron Spencer menyadari maksud dari pimpinan nya Aaron. "Apakah maksudmu Blue?" tanya Spencer "Ya, dia...si gadis kecil itu," jawab Aaron "Entahlah kami tidak melihat nya, hanya saja, dia sempat bertanya padaku, bagaimana cara menghubungi pihak pesawat untuk transportasi, setelah itu aku tidak tahu lagi," sahut AJ "Hmmm...kalau begitu kita telfon saja dia ada dimana," usul Morgan "Tidak perlu! Karena aku sudah menyuruhnya untuk tidak masuk dalam bagian tim kita, dan aku juga yang menyuruhnya untuk tetap mengurus transportasi kemana pun kita pergi," ucap David lantang "Apa? Tapi...dia kan anggota tim sini, dan memang aku hanya ingin dia memulai nya dari bagian bawah, sehingga dia tahu akan nilai perjuangan. Tapi bukan berarti kau menyuruhnya untuk keluar dari anggota tim kita begitu, David." Aaron begitu kesal dan marah pada putusan David secara sepihak. " Hmmm...bisakah kita membahas itu nanti lagi, karena ada info yang harus ku sampaikan pada kalian semua," ucap Gracia. Mau tidak mau Aaron terpaksa mengalahkan ego nya untuk tidak marah pada David di depan anak buah nya, dan melanjutkan untuk membahas mengenai kasus mereka. Sementara itu... Aku terus saja berjalan, mencoba untuk menghilangkan rasa kesal dengan mendengarkan beberapa buah lagu yang sudah ku simpan dalam daftar lagu di Ponsel ku. Saat ku berjalan sambil memeriksa lagu lagu dalam ponsel, tanpa ku sadari aku sudah menabrak seseorang lagi. Dan kali ini aku menumpahkan kopi yang sedang ia pegang. "Ouch! Apa kau tidak melihat kalau di depan mu ada orang? Jalan tuh lihat ke depan, dasar anak muda!" ucap seorang lelaki paruh baya dengan perawakan tinggi besar "Ma...Maafkan aku, aku sedang memeriksa ponsel," ucapku sambil membungkukan badan lagi. "Ck...ah, aku harus berganti baju lagi! Sial!" keluhnya Ku coba mengamati wajahnya. Tampak tak begitu asing dengan ku, dia seperti sudah sangat lama aku mengenalnya, tapi entah dimana aku mengenal nya. "Seperti seorang kerabat yang sudah lama tak jumpa, tapi siapa dia?" gumamku Lama-lama lelaki paruh baya itu menyadari kalau aku sudah terang-terangan memperhatikan dirinya. "Eh mana orang tuamu? Kau ke sini sendirian?" tanya lelaki itu "Maaf, anda berbicara dengan saya kah?" balas ku berbalik tanya "Tentu saja denganmu, memangnya siapa lagi? Apakah ada orang lain lagi selain dirimu?" "Tapi saya bukan anak kecil, Tuan, saya sudah berumur 25 tahun," jawab ku. "Benarkah? Kenapa tidak terlihat sama sekali, kalau kau berumur 25 tahun! Bagiku kau terlihat seperti umur 13 tahun," jawabnya "Owh begitu ya? Bukan...saya bukan umur 13,saya sudah 25 tahun," jawab ku dengan sangat sopan. "Hmmm baiklah, kau bekerja di sini?" Tanyanya Kembali "Maaf saya mau ke perpustakaan, permisi," ucapku tanpa mengeluarkan jawaban iya atau tidak pada pertanyaannya. Mendengar pernyataan dari pak David bahwa aku sudah bukan lagi anggota tim,, sedih sekali hati ini dan sangat kecewa. Tapi dari rasa kecewa inilah timbul semangat rasa juangku untuk bisa menunjukkan pada mereka bahwa aku bisa. Ku teruskan langkah kakiku mencari letak keberadaan perpustakaan. "Perpustakaan dimana ya?" tanyaku Terlihat ada seorang wanita yang berpakaian jas laboratorium dan satu lagi seorang pria berpakaian jas rapih berwarna navy. "Hmmm...permisi, apakah anda tahu dimana letak perpustakaan? Tanyaku "Apakah kau tersesat di sini? Dimana kedua orang tua mu?" tanya wanita itu "Maaf, umur saya sudah 25 tahun," jawab ku dengan penuh senyuman "Ha? Hahahahaha...kau pasti bercanda ya?" ledek laki-laki berpakaian jas dengan rambut klimis penuh dengan minyak rambut Aku memasang muka serius saat ia menertawakan kejujuranku. "Grey...sudah jangan meledek lagi, dia berbicara serius," ucap wanita itu yang mengetahui mimik muka seriusku "Ehem...baiklah,aku minta maaf, kau ingin ke perpustakaan? Gedung perpustakaan ada di belakang gedung tempat kami, persis sekali di belakang gedung ini," ucap laki-laki itu "Baiklah, kuucapkan terima kasih sebelumnya,permisi." ucapku sambil berlalu. "Seperti nya dia anak baru di sini, di bagian apa ya?" ucap Grey "Gadis itu sangat pintar, aku berharap dia menjadi asisten ku," ucap Summer Aku terus melangkahkan kaki menuju perpustakaan, sambil mengingat perkataan kedua orang tadi. "perpustakaan ada di belakang gedung itu, semoga saja benar, karena aku sudah tak sabar untuk mengaitkan beberapa petunjuk."batinku Aku sudah mulai tak sabar ketika Ku sudah menemukan perpustakaan. Betapa senangnya hati ini saat menemukan perpustakaan dengan buku yang sangat lengkap. Bagiku tempat ini adalah surga. Surga akan ilmu pengetahuan dan berbagai macam buku. " dreeettt," ponsel ku bergetar dan terlihat foto Gracia yang mengirimkan pesan tertulis padaku. "Gracia? Darimana ia tahu nomer Ponsel ku? Ck...Ah,dia kan pintar dengan teknologi, pasti dia mengutak-atik komputer untuk mencari tahu nomer Ponsel ku, sebab saat Gracia menanyakan nomer ku, aku belum memberinya sama sekali," gumamku. Aku melihat pesan yang dikirim oleh Gracia. Rupanya informasi mengenai korban-korban yang sudah meninggal serta penemuan jenazah korban. "Eh...kenapa di kirimkan ke aku? Bukankah aku tak Dianggap di sana?" ucapku dengan nada sinis
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD