Chicklit

1008 Words
Pagi hari menjelang,alarmku berbunyi pukul 2:30 pagi. Dan aku baru saja tertidur sekitar 2 jam yang lalu. Berat sekali mata ini untuk bangun. Kasur masih berantakan dengan lembaran surat dari Mama serta buku yang di berikan oleh Mama dan Nyonya Chloe. Dan aku tidur diantara tumpukan lembaran surat dan buku. "Ah… masih banyak sekali yang harus di baca," gumamku sambil perlahan membereskan surat dan buku. Kata-kata yang ada dalam surat mama, masih terbayang dengan jelas, terutama pada bagian Biksu Yen. Aku berpikir bahwa Ayah pasti tahu banyak tentang komplotan pembelot dan pemberontak. Kuputuskan untuk membawa lembaran surat mama dan buku-buku masuk ke dalam tas, agar bisa k*****a lagi saat sedang mencari beberapa bukti lainnya. "Kring...Kriinngg…" bunyi ponsel yang terdengar sangat nyaring tapi bukan dari kamarku. Bergegas ku mencari asal deringan telfon yang mengganggu di pagi buta ini. "Kriinngg." suara ponsel itu masih saja berdering dengan kencangnya. Pencarian ponsel berakhir di ruang kerja papa, persis di sebelah papa yang sedang tertidur dengan lelapnya. Terlintas dalam layar ponselnya, sebuah nama Agen Vance. "Pa… papa… paaa Ponselmu berdering. Ayo bangun," ucapku sambil menggoncang kan tubuhnya dengan kencang hingga papa terbangun. "Hmmm apa?" tanya papa "Ponselmu berdering berkali - kali, dan sepertinya tuan Vance mencoba untuk menghubungi mu." "Vance… Vance… Ah ya Tuhan jam berapa ini?" "Jam setengah 3 pagi, ayo cepat jawab telfon nya. Aku mau berlatih." "Ya Baiklah. Hoaammm…." dengan mata masih mengantuk dan pikiran nya Juga masih belum terhubung dengan dunia nyata Papa menjawab telfon dari agen Vance Dan aku mulai beraktivitas, mulai dari memasak nasi hingga lauk nya dan setelah, itu berlatih kung Fu sebelum pergi bekerja. "Blue… pagi ini papa akan pergi dinas ke miami, tak lama kok hanya 2 bulan." "Dua bulan? Dan menurut mu itu hanya sebentar? Bagaimana aku bisa dekat denganmu kalau kau pergi dinas selama itu!" seru ku dengan emosi sangat kesal di pagi hari. "Sayang maafkan papa, tapi ini…." "Kau pasti akan bilang demi kebaikanku. Begini ya Tuan Jethro yang Budiman, kalau kau berpikir dengan memberikan materi pada anakmu sudah cukup, kau salah besar! Karena yang ku butuhkan bukanlah sebuah materi saja, melainkan perhatian, kasih sayang dan cinta. Dan aku tak butuh materi darimu. Owh tunggu sebentar!" Aku mengambil semua ponsel, tablet, jam tangan hingga komputer yang semalam dibelikan oleh papa. Masih terbungkus rapih di atas meja belajar. "Ini ku kembalikan lagi, aku tak butuh semuanya ini!" cakap ku sambil mengembalikan semuanya pada papa. "Blue…."Jethro menghela nafas yang panjang menenangkan amarah dan emosinya. Jethro mengerti bahwa sikap yang ku tunjukkan adalah tak lain karena kerinduan yang sangat besar pada nya. Ia juga tak bisa marah padaku lantaran ia juga tak ingin mengambil tugas ke luar kota. Tapi mau bagaimana lagi, pekerjaan telah memanggilnya. Aku pergi menghindari papa dan masuk ke dalam kamar. Sesungguhnya… aku benar-benar merindukan papa. Aku ingin, sekali memiliki waktu berdua hanya dengan papa. "Egoiskah aku jika meminta papa untuk tidak, pergi dinas… ah rasanya tak mungkin, biar bagaimanapun juga pekerjaannya itu juga bagian dari hidupnya, dan aku bisa sampai seperti ini juga berkat dari kerja kerasnya selama ini." ku seka air mata ini kemudian bersiap untuk berangkat bekerja. "Blue… apa kau sudah siap berangkat?" papa mengetuk pintu kamarku. Ku buka pintu kamar dan langsung memeluk papa dengan erat. "Maafkan atas sikapku tadi, aku hanya rindu dengan papa," cakap ku sambil menangis seperti anak kecil. "Maafkan atas sikapku tadi, aku hanya rindu dengan papa," cakap ku sambil menangis seperti anak kecil. Jethro membalas pelukan ku dengan erat, dan mencium keningku. "Bersabarlah sayang, papa tahu kalau kau rindu padaku. Tapi setidaknya kita masih dalam 1 pekerjaan. Sekarang kita berangkat bekerja. Kalau kau takut tinggal sendiri, kau bisa minta tolong ayah untuk tinggal di sini," cakap Jethro "Benarkah?" tanyaku "Ya… tentu saja," jawab Papa Aku memeluk erat dirinya lagi "Terima kasih papa, i love you pa." "Love you to the moon my daughter," balas papa. Dalam perjalanan menuju kantor, aku sempat bertanya pada papa perihal apa yang tertulis dalam surat Mama. "Papa, bolehkah aku bertanya padamu?"tanyaku sambil melirik reaksi muka papa Papa menjawab pertanyaanku dengan senyuman yang lebar. " Apa yang ingin kau tanyakan?" papa balas bertanya " Dalam surat mama tertulis bahwa mama menanyakan kabar apakah aku betah dengan ayah atau tidak. Itu artinya Mama sudah mengetahui kalau aku akan tinggal dengan ayah bukan? Dan yang ingin aku tanyakan, kenapa mama bisa mengetahuinya apalah sudah ada didalam pembicaraan Sebelumnya?" "Blue… aku tahu ada banyak pertanyaan di kepalamu, terutama kenapa kau bisa berada di China bersama dengan ayah. Tapi lambat laun kau akan mengetahui jawabannya apa. Kalau kau ingin mengetahui jawaban dariku, aku akan menjasab, bahwa saat itu keadaan sangat tidak baik untukmu. Mereka semua mengincarmu, dan saat itu papa bingung apa yang harus papa lakukan. Papa tidak mau kehilangan orang yang papa cintai lagi. Sudah cukup bagi lala untuk kehilangan mama mu. Dan ya… memang sebelumnya sudah ada pembicaraan antara papa dan mama untuk menitipkan pada ayahmu." "Apakah artinya aku memang tidak…." "Blue… tolong mengertilah, papa dan mama bukannya tidak mengharapkanmu. Tapi ini karena mereka benar-benar mengincarmu baik dalam keadaan hidup dan mati. Mungkin, ada baiknya kau tanyakan sendiri pada ayah, Nyonya Chloe dan paman Aaron." "Mereka mengetahui nya?" "Ya Blue… mereka lah yang membantu agar kau selamat. Ku mohon tolong jangan tanyakan mengapa kau sampai berada di sana. Karena itu sangat menyakitkan bagiku, dan mengingatkan ku pada kebodohan dan luka lama," pinta papa. Aku hanya mengangguk dan tak berani lagi bertanya padanya. "Blue… ambil ponsel ku dan hubungi ayahmu," titah papa. "Yen, hari ini aku akan pergi dinas, aku minta padamu untuk menjaga Blue di rumahku. Bawalah beberapa barang-barang mu,"pinta Papa "Ah… ya Baiklah, memangnya kau akan pergi dinas berapa lama?" tanya Biksu Yen. "Paling lama 3 bulan, dan paling cepat 2 bulan, tergantung dari kasus yang ku tangani. Ku percayakan Blue padamu," cakap papa. "Ayah… jangan lupa bawa alat untuk berlatih kung Fu ya," sahutku sambil berteriak. "Hahaha anak ini… ya baik, ayah akan membawanya." "Nanti akan ku pesankan taksi untukmu, tinggal kau katakan saja padaku kapan kau akan siap." "Baiklah aku akan bersiap sekarang," jawab Biksu Yen.
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD