Butterfly in my stomach

1042 Words
Tiba di restaurant Timur Tengah, begitu banyak pengunjung yang memadati restoran ini. Dengan cepat dan entah mendapat keberanian darimana, Spencer langsung menggandeng tanganku. Terkejut saat Spencer menggandeng tanganku. Bagai sebuah mimpi yang menurutku menjadi sebuah kenyataan. Spencer seperti memberikan sebuah harapan dan impian dalam hati ini. Takut untuk bangun dari mimpi di tidur siang. Ku coba untuk menikmati setiap detik dari perasaan yang hanya ku miliki ini. Ku coba untuk menepis genggaman tangan Spencer, tapi ia menolak untuk menjauhkan tangannya dari tanganku. "Apa ini? Mengapa ia menolak untuk melepaskan tangannya dariku," batinku. Kami cukup lama menunggu antrian agar mendapatkan meja. Saat sedang mengantri, secara tak sengaja aku melihat sosok wanita yang seperti nya tak asing bagiku. Langsung saja ku buka sebuah kertas yang ku simpan Dengan baik di dalam binder ku. Sebuah gambar yang kemarin di cetak oleh Timothy. Ku cocokkan gambar dengan apa yang kulihat serta ku tegaskan pandangan mata ini, untuk meyakinkan bahwa apa yang ku lihat adalah benar adanya. "Lubna," bisikku dalam hati. "Ada apa?" tanya Spencer "Hmm tidak apa-apa… aku hanya sudah sangat lapar." "Oh begitu, apa kita makan di mobil, atau di taman saja? Bagaimana?" usul Spencer "Boleh… tak masalah." "Kamu mau pesan makanan apa?" tanya Spencer "Mmm nasi kebuli daging sapi boleh, atau kalau sudah habis aku ingin makan kebab daging sapi saja." "Oke, aku yang pesan, kamu tunggu di sini aja ya," pinta Spencer. Sementara menunggu Spencer memesan makanan aku pergi mengikuti sosok wanita yang ku incar tanpa di ketahui olehnya. Seorang wanita bertubuh kurus, dan memakai penutup kepala serta menggunakan pakaian serba tertutup dari ujung rambut hingga ujung kuku kaki. Bahkan untuk wajahnya pun juga sengaja ia tutupi. Wanita itu tampak sendirian dan berjalan menghampiri sebuah mobil berwarna putih dan semuanya serba tertutup. Sebelum mobil itu pergi menghilang, sengaja ku ambil, gambar nomor kendaraan dan warna mobilnya dengan sejelas mungkin dari tempat ku bersembunyi. Perasaan bimbang menyeruak di benakku, antara mengikuti perginya mobil itu atau berdiam diri saja di sini. "Aku rasa ini adalah kesempatan emasku, jika aku hanya berdiam diri seperti ini, aku, tidak akan pernah tahu dimana keberadaan Lubna," pikirku. Segera ku panggil taksi yang melintas dan meminta untuk segera mengikuti mobil berwarna putih. Sesuai dengan arahanku taksi itu melaju dengan kencang, dan mereka berhenti di sebuah lahan area kosong dengan luas sekitar 2000m2. "Kau ingin masuk?" tanya supir taksi Aku masih fokus dan tertuju pada beberapa penjaga yang membawa senjata laras panjang. Mereka semua menggunakan jubah berwarna merah maroon, dan menggunakan topeng. "Tidak pak… kalau bisa jangan sampai ketahuan… mmm di sini saja," ucapku sambil mengarahkan supir taksi untuk tetap berada di seberang jalan yang tertutup dengan pohon rindang yang besar. Supir taksi itu terus memperhatikan ku yang sedang mengambil gambar gedung dan penjaga. Beberapa menit kemudian, aku meminta supir taksi untuk kembali ke restoran Timur Tengah Ababa,dengan kecepatan tinggi. "Hey anak kecil, untuk apa kau mengambil gambar lahan kosong tadi?" tanya supir taksi "Hmmm tidak… aku hanya mengerjakan tugas oleh guru fotografi ku untuk mengambil gambar lahan yang tidak terpakai," jawabku "Lantas mengapa kau memintaku untuk mengejar mobil putih?" "Owh ku kira itu mobil kedua orang tuaku. Ternyata aku… salah melihatnya, hahahahaha." "ooh terus kenapa kau tidak mau masuk ke dalam area gedung?" tanyanya kembali. "Memangnya bapak tadi tidak melihat ada beberapa penjaga yang menakutkan?" balas ku bertanya "Hmmm iya juga sih, tadi ada beberapa penjaga yang menakutkan, pantas saja kau tak ingin masuk ke dalam ya." "Hahahahaha iya… eh sudah sampai, hmmm jadi berapa biayanya?" "Karena tadi bolak balik dan memintaku untuk mengendarai dengan kecepatan tinggi semuanya $10." "Ini… dan ambil saja kembaliannya,"ucapku sambil memberikan uang $20. Setibanya aku di restoran Ababa, bertepatan juga dengan Spencer yang selesai mengantri makanan dan membawanya keluar. "Hey… maaf ya terlalu lama menunggu," tutur Spencer. "Hahaha tidak apa-apa." "Hmmm… kita mau makan dimana?" tanya Spencer "Di taman atau…hmm… eh, di sini sudah ada yang kosong tempat duduknya. Kita duduk di sini saja, atau terserah kamu mau dimana." "Hmm di taman aja deh, di sini terlalu ramai sekali," usul Spencer "Owh okey." "Hmm… kita jalan aja ya, kan deket tuh taman nya, di seberang situ," ajak Spencer Saat menyebrang jalanan, sengaja aku menghindari Spencer. Berjalan di belakang agar menghindari kontak fisik dengannya. "Eh kamu, suka daging kambing nggak?" tanya Spencer dan melirik ke arah samping kanan Aku hanya tertawa melihat dirinya, menahan malu karena ia berpikir bahwa aku berjalan berdampingan. "Eh...maaf...saya pikir pacar saya," ucap Spencer meminta maaf pada seorang pria muda yang juga turut menyebrang. Spencer mencari ku dengan melihat ke segala penjuru arah angin. "Kenapa kamu berjalan di belakang?" tanya Spencer. Aku langsung berlari hingga sampai di taman. "Nah, sudah sampai...eh,tadi kamu nanya apa?" tanyaku. "Kamu, suka sama daging kambing nggak?" "Hmmm… nggak, karena panas,dan bikin aku jadi nggak bisa diem,hahahaha." "Hmmm daging domba? Babi?" tanya Spencer "Nggak! Semua yang kamu sebutin aku nggak suka." "Terus kamu suka nya daging apa?" tanya Spencer penasaran "Sapi, ayam sama ikan." "Oohh… yaudah yang daging domba ya buat aku. Tadi aku pesen ya 4,"ujar Spencer "Ha? Pesen 4? Kok banyak banget?" tanyaku "Iya… 2 daging domba. Terus 1 daging sapi dan 1 lagi daging ayam." "Yaudah aku mau yang daging sapi sama daging ayam aja,"pintaku. "Lha kok kamu banyak makannya?" "Hehehehe aku selalu makan yang banyak, Karena tenaga dan Energi yang ku keluarkan juga banyak. Salah satunya berfikir,kalau perut ku lapar, aku tidak bisa berpikir." "Tapi… kan kalau makan yang banyak, mana bisa kamu berpikir. Nanti yang ada kamu malah mengantuk dan tertidur." "Kriinngg… Kriinngg." dering ponsel Spencer dari dalam saku celana nya. "Ya Gracia, ada apa?" sapa Spencer "Kau lagi dimana?" tanya Gracia "Sedang makan siang, ada apa?" "Baiklah… nanti setelah makan siang pukul 2, kumpul di ruang rapat. Ada kasus baru." "Baiklah… terima kasih informasinya," ucap Spencer Beberapa detik kemudian Gracia menghubungi. "Ya Gracia? Ada kasus baru kah?" tanyaku. "Bagaimana kau tahu kalau ada kasus baru?" Gracia balik bertanya "Hanya menebak saja, hehehe." "Owh begitu, ya sudah… nanti datang ya pukul 2 siang ke ruang rapat," pinta Gracia. "Baik kak, terima kasih atas informasinya." "Kenapa kamu panggil dia kakak?" tanya Spencer "Hmm… aku menghormati kalian semua Karena kalian seniorku. Oh iya memangnya kalau ada kasus yang belum terselesaikan, seperti kasus pemberontakan ini, apakah tidak apa-apa kalau kita menyelesaikan kasus yang baru?" tanyaku penasaran
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD