2. Cerita Saidon

1047 Words
( Sebelum Saidon Terjebak Di Negeri Muria) Semua orang merasa tegang menunggu keputusan siapakah yang akan menjadi penerus ketua mafia selanjutnya, sebab Shadow sebentar lagi sudah lanjut usia. Dan harus ada penggantinya. Di samping Shadow ada dua wanita yang juga tampak cemas, mereka merupakan istri Shadow. Yang kanan Glasia, istri pertama dan yang kiri Victoria istri kedua. Mereka berdua sama-sama memiliki satu putra, jika terpilih maka kehidupan mereka kedepannya bisa aman sebab sudah memiliki kekuasaan. "Apa ada yang mau mengusulkan?" tanya Shadow. Kemudian langsung berdiri seorang lelaki setengah baya, dia merupakan orang kepercayaan Victoria. "Bos, untuk menjadi pemimpin harus memiliki fisik yang kuat. Selama ini kita semua tahu jika Tuan Muda Frons sangat berbakat di bidang ilmu bela diri dan prestasinya juga banyak. Dan maaf, terlebih lagi Tuan Muda Saidon sering sakit-sakitan," ucap Ronald merasa bangga. Shadow hanya menganggukkan kepalanya. "Ada yang mau usul lagi?" Berdirilah seorang lelaki setengah baya yang merupakan adik dari Glasia. "Memang benar jika menjadi pemimpin mafia harus memiliki fisik yang kuat, akan tetapi itu bukan menjadi hal yang utama. Melainkan kecerdasan otak. Maaf, seperti pemimpin sebelum Bos Shadow, yaitu kakekku sendiri. Kakek kakinya lumpuh tapi dengan otaknya bisa membuat kelompok kita berjaya. Meskipun Tuan Muda Saidon lemah, tapi soal kecerdasan tidak diragukan lagi. Dan yang paling penting adalah cucu kandung dari kakek yang sudah membangun kelompok kita adalah Tuan Muda Saidon. Seharusnya jika akal sehat kalian masih normal kalian semua pasti tahu jawabannya tanpa pikir panjang!" timpal Markus dengan nada tegas. Shadow merasa hatinya panas, sebab dia bisa menjadi ketua mafia karena menikahi Glasia. Dan apa yang barusan di ucapkan oleh Markus membuat semua orang tercengang. Memang benar, jika keturunan ketua mafia yang asli adalah Saidon. Sedangkan Frons tidak ada darah dari orang yang sudah membangun kelompok mafia tersebut. Shadow juga merasa menyesal, sebab dulu saat Saidon lahir, dia dijebak oleh Victoria sampai wanita itu hamil dan meminta pertanggung jawaban. Akhirnya Shadow terpaksa menjadikan Victoria sebagai istri kedua dan melukai hati Glasia. "Setelah dipikir-pikir memang benar, yang lebih berhak menjadi penerus adalah Saidon karena dia cucu kandung pendiri kelompok ini. Jadi aku harap kalian semua bisa membantu Saidon dan setia padanya. Walaupun dia sering sakit tapi soal kecerdasan dan kecerdikan dia tidak terkalahkan!" Semua orang bertepuk tangan dengan keputusan Shadow yang dianggap tepat, terlebih lagi Frons memiliki watak arogan sedangkan Saidon meskipun cuek tapi tidak suka semena-mena. Saidon mendapat tato naga dibagian lengan kirinya sebagai simbol pemimpin baru. Tatapan matanya terasa kosong, dia sama sekali tidak merasa bangga ataupun senang. Karena Saidon memang tidak pernah minat dengan posisi itu, dia menyukai kebebasan dan juga ketenangan. Glasia sebagai ibunya merasa lega, karena apa yang seharusnya di dapatkan oleh putranya berhasil di rebut kembali. Selama ini Wanita cantik dan anggun itu tahu semuanya, jika Frons sampai menjadi ketua mafia maka kehidupan Saidon tidak akan lama lagi. Berbeda dengan Frons, lelaki yang setahun lebih muda dari Saidon itu terbakar api cemburu. Sejak kecil Frons sudah bekerja sangat keras untuk mendapat prestasi agar bisa membuat Shadow bangga. Meskipun sudah belajar mati-matian tetap saja usahanya sia-sia. Victoria juga murka, wanita licik itu demi ambisinya dulu sampai memberikan racun pada Saidon sehingga sejak kecil Saidon lemah dan sering sakit-sakitan hanya karena kelelahan atau perubahan cuaca. "Bos, selamat ya. Akhirnya kamu menjadi Ketua kita," ucap Dev, sahabat setia Saidon. "Aku sama sekali tidak tertarik," balas Saidon cuek. "Bos kan sudah menjadi pemimpin, kalau ada apa-apa hanya tinggal memberi perintah saja. Kan sudah beres," bujuk Dev. Saidon terdiam, dia lebih memilih fokus pada lukisannya dibanding dengan membahas soal itu. Tak lama kemudian Frons datang, membawakan beberapa botol minuman anggur. "Kak, selamat ya. Kakak memang pantas mendapatkannya. Mari kita bersulang untuk merayakan kakak menjadi ketua kita," ucap Frons. Saidon menyeringai, walaupun dia tahu isi hati Frons yang sesungguhnya tapi dia tidak ingin melukai harga diri adik tirinya. "Terima kasih," jawab Saidon menerima gelas kecil yang sudah diisi. "Bagaimana kalau besok kita pergi naik kuda sambil berburu bersama? Kemudian kita mengadakan pesta untuk merayakan ini?" Saran Frons. "Boleh," jawab Saidon tenang. "Baiklah, kalau begitu sekarang aku akan bersiap-siap. Besok aku tunggu kakak di hutan ya," balas Frons berpamitan pergi. "Sip," timpal Saidon. Selepas kepergian Frons, Dave langsung mendekati Saidon. "Bos, aku curiga kalau dia berencana jahat. Kita semua tahu jika diam-diam dia sangat menginginkan posisi ketua mafia," bisik Dev. "Justru aku ingin lihat, apa yang akan diperbuat olehnya," jawab Saidon sengaja ingin membongkar kedok Frons. "Kalau begitu aku harus ikut," sela Dev. "Apa kamu tidak takut dalam bahaya?" ejek Saidon. "Tentu saja tidak!" jawab Dev mantap. Pagi harinya Saidon dan Dev sudah bersiap-siap ke hutan. Akan tetapi Sesampainya di hutan mereka tidak menemukan Frons. Padahal sesuai perjanjian Frons hanya mengajak satu temannya juga. Saidon yang memiliki pendengaran tajam bisa merasakan adanya kedatangan sekelompok orang yang juga mengendarai kuda. Saidon langsung mendekatkan kupingnya ke tanah, hanya dengan begitu dia bisa memperkirakan ada berapa banyak orang. "Semua sudah direncanakan secara matang, tetapi rupanya pihak lawan sudah bisa memprediksi segala kemungkinan. Dev, di depan kita ada sekitar dua puluh kuda yang datang. Aku yakin jika mereka adalah suruhan Frons untuk memburuku, kita tidak boleh meremehkan. Pasti Frons akan mengirimkan pembunuh bayaran yang terbaik," ujar Saidon. Dev sudah tidak terkejut lagi dengan Saidon yang sangat peka. Walaupun secara fisik terlihat lemah akan tetapi soal indera dan otak melebihi manusia pada umumnya. "Bos, lalu kita harus bagaimana?" tanya Dev panik. "Jika bertarung tentu saja kita kalah, apalagi aku yakin mereka pasti membawa senjata. Sebaiknya kita pulang saja melewati jalan lain," ajak Saidon masih bersikap santai. "Iya," jawab Dev patuh. Mereka berdua menerobos ke jalan lain yang agak terjal, akan tetapi Saidon meminta Dev untuk segera berhenti. "Kenapa lagi, Bos?" tanya Dev. "Burung-burung pada berterbangan dari arah sana, aku yakin di sana juga ada sekelompok orang yang sedang menunggu kita. Sepertinya Frons sudah mengepung daerah ini," ucap Saidon. Dev langsung meraih ponselnya, tapi sama sekali tidak ada sinyal. "Lalu bagaimana ini?" tanya Dev mulai panik. "Tenang, kita tetap menunggu di sini saja. Jika terpaksa bertarung lebih menguntungkan malam, sebab aku tidak mungkin bisa melawan mereka secara langsung. Melainkan aku bisa menembak mereka dari kejauhan," ujar Saidon. Dev merasa lega,sebab meskipun Saidon kurang bisa berkelahi tapi soal menembak jarak jauh selalu tepat. Untung saja Dev tadi sudah menyiapkan berbagai barang yang sekiranya dibutuhkan, dari tenda,makanan, lampu senter,pistol dan lain-lain.
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD