“Apakah kamu sudah mengirim surat balasan untuk Lisa?” tanya Rados pada putranya ketika ia memasuki kamar Danius. Ia sudah lama tidak menjejakkan kaki pada kamar yang sering sekali ia kunjungi saat Danius masih kecil untuk membangunkan. Akan tetapi, memang sejak putranya tumbuh dewasa, ia jarang menengok kamar yang ia dekorasi sendiri untuk putra semata wayangnya. Ia menatap Danius yang menunjukkan surat yang mungkin baru saja dibuat sehingga ia menghela napas. “Kamu harus mengirimkannya segera. Apa kamu ingin membuat calon istrimu khawatir?” ujarnya dengan tidak sabar karena Rados tidak ingin ada salah sangka di antara pihaknya dengan keluarga Lisa. Takutnya, mereka berpikir kalau ia menahan Danius untuk membaca surat. “Aku akan memberikan pada San dan menyuruhnya untuk mengantar. Aku me