Tidak Akan Rindu

1147 Words

Senyum tak luntur dari wajahku, aku semakin bersemangat. Tadi setelah memperingatiku, Aa menarik tanganku. “Kita sama-sama akan bekerja ‘kan?” Saat aku menatapnya bingung, dia meraih tanganku memaksaku untuk mengecup punggung tangannya dan dia mengelus lembut puncak kepalaku, lalu pergi begitu saja. “Kenapa kamu senyum-senyum?” tanya Bara, dia bahkan memajukan tubuhnya untuk memastikan aku benar-benar tersenyum. “Bara, ayo ceritakan detail tatapan—” Bara menyumpal mulutku dengan roti hingga aku tak dapat melanjutkan kalimatku. Padahal aku ingin mendengar penilaian Bara tentang sikap Aa’ padaku. Ini bak angin segar bagiku, sangat bertolak belakang dengan penilaian Mas Seno hari itu. Mungkinkah hati yang membeku perlahan mencair? Lagi-lagi aku tersenyum sambil melahap habis roti yang B

Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD