Bab 8

1937 Words
"Kita panggil untuk maju ke depan kedua mempelai yaitu. Mas Jojo dan mbak Ummi." Pinta MC. para undangan pun bertepuk tangan.... Diiringi instrumen klasik yang mengalun. "Terimakasih untuk kesempatan yang diberikan. hem. Ummi harus mengawali dari mana ya?" Sejenak dia berhenti. melihat undangan dari ujung kiri hingga ujung kanan. Memandang deretan depan sampai belakang. Lalu dia melanjutkan. "Terima Kasih, kepada bapak, ibu, sahabat, teman yang telah sudi meluangkan waktu untuk hadir dalam acara resepsi pernikahan kami." si Jo dan Ummi saling pandang dengan senyuman mesra. "Sebenarnya, kalau Ummi disuruh bercerita tentang perjalanan cinta Ummi dan mas Jo, itu menyakitkan dan tidak menarik. tapi Ummi bersyukur, jika hadirin, undangan yang kami kasihi semua rela mendengarnya. "Pelangi sehabis Hujan." Adalah pas untuk memaknai perjalanan Cinta Ummi. hingga saat ini Ummi bisa berdiri di tempat ini." Hening tanpa suara, saat Ummi mengawali kisahnya. Diceritakan awal dia bekerja. ketika lamaran kerjanya diterima. Langsung mendapatkan posisi yang cukup menjanjikan. Kedua orang tuanya juga yang mengantar mencari kontrakan, hingga dapat dan dengan kedua orang tuanya pula mencari perabotan. tempat tidur, serta peralatan dapur. Kedua orang tuanya juga menginap di tempat kontrakan Ummi beberapa hari, sampai mereka yakin bahwa anaknya bisa melakukan segala sesuatu sendiri dan kerasan di tempat kerja. Bagaimana kedua orang tua Ummi memperlakukannya seperti layaknya anak SD yang baru pertama kali masuk sekolah. Dibangunkannya, disiapkan kan pakaian yang akan dipakai kerja,. disiapkannya sepatu dan disisirin rambutnya. disuapin saat sarapan. dan diantar sampai tempat kerja. Demikian ketika pulangnya. Minuman hangat sudah siap. Makan malam sudah siap di meja makan. Seperti kebiasaan tiap hari sejak kecil, jam 9 sudah harus mapan di tempat tidur. ditungguin hingga terlelap, baru ditinggal. "Hari pertama Ummi menerima gaji, seakan tak percaya, bahwa Ummi bisa menghasilkan uang. Sejak dulu Ummi berkeinginan untuk memberikan yang terbaik. Mungkin hasil pertama Ummi bekerja khusus buat orang tua tercinta adalah awal yang baik untuk Merealisasikan keinginan itu. Tapi Tuhan berkehendak lain." Sejenak ia terdiam berharap air matanya tak sampai meleleh dipipi. kemudian melanjutkan kisahnya. "Rasanya seperti disambar petir, ketika mendengar kedua orang tua Ummi telah dipanggil Tuhan, dengan cara yang sangat menyedihkan. Dan lebih menyakitkan lagi, sepuluh hari setelah Mama ,dan Papa pergi untuk selamanya, baru Ummi mendengar kabar itu." Saat si Jo tau bahwa air mata Ummi meleleh dipipi. ia merangkul dan mengusapnya. Dia menceritakan betapa pedihnya, hancurnya, berapa putus asanya. Kala pada akhirnya seperti. Kadang dia bertanya, kenapa sejak kecil tak dibiarkan mandiri seperti teman-teman yang lain, sehingga hanya mencabut singkong saja harus mengalami lecet di tangan karena memang tak pernah tau caranya. Kalau akhirnya seperti ini. Kenapa mereka tak pernah meninggalkan Ummi bermain sendiri, walau sesaat. Sehingga ketika ditinggal mungkin masih bisa berbuat sesuatu dan gak seputus asa seperti ini. "Rasanya saat itu Ummi ingin menyusul mereka berdua. Untuk apa hidup jika harus sendiri, tak punya saudara, tak punya keluarga dan hidup hanya sebatang kara, dan tak bisa apa-apa. Ummi menjerit.... berteriak, menangis. Hingga tangis dan teriak Ummi tak mengeluarkan suara. Tujuh malam tanpa setetes air pun yang singgah di mulut Ummi, membuat Ummi pingsan. Entah berapa kali. Yang Ummi tau,. saat itu Ummi sendiri." Sesaat ia menghentikan ceritanya dan berusaha untuk menahan tangisnya. "Disaat Ummi merasa tak punya harapan lagi. Hati Ummi berkata, Tuhan takkan membiarkan umatnya mengalami pencobaan melebihi kemampuan yg ada pada Ummi, dan DIA akan memberi jalan keluar." Ungkapannya. "Lalu, apa artinya "Jalan keluar" jika orang yang Ummi sayangi pergi untuk selamanya. Hati ummi semakin terasa sakit, tapi Ummi sudah gak mampu lagi menjerit, ummi tak mampu lagi berteriak." Isaknya, tak lagi mampu ditahan. Seakan para undangan merasakan kepedihan yang Ummi rasakan, sehingga tak satupun dari mereka yang tak meneteskan air mata. Suasana siang itu mengharu biru. "Ummi tak berani protes sama Tuhan. Karena hidup dan mati itu ada dalam kuasanya,. Ummi hanya ingin bertanya. Mengapa, mengapa dan mengapa. Namun tak ada jawabnya. Yang Ummi tau, orang yg Ummi kasihi, meninggalkan tanpa pesan, tanpa mimpi, tanpa firasat. Ummi tak mendapatkan jawabnya." "Kalau saja Tuhan tak mengirimkan Malaikat-Nya, mungkin hari ini Ummi tak akan berdiri disini, saat ini." Lanjutnya. Kesedihan Ummi sirnah, saat menceritakan belahan jiwa yang dikirim Tuhan untuk menolong memulihkan hatinya yang hancur berkeping-keping. "Sentuhan lembut yang Ummi rasakan saat itu, terasa memberikan kedamaian. Namun Ummi tak sanggup berkata apa-apa. bahkan untuk membuka mata pun Ummi tak sanggup." Senyum Ummi mulai nampak, walau masih ada bekas kesedihan. "Ummi merasakan, pemuda itu menggendong Ummi, meninggalkan tempat dimana Ummi meratap. Cukup lama dia menggendong Ummi. Sebenarnya Ummi ingin turun dari gendongannya, namun lagi -lagi tak sedikitpun ada tenaga untuk itu." Lanjutnya. "Satu yang tersirat dlm hati Ummi saat itu, bahwa pemuda ganteng yang menggendong Ummi saat itu, tulus dan gak punya niat jahat." Sesampainya di rumah. "Entah sudah berapa hari Ummi berbaring di ruangan itu. Yang Ummi tau, setiap kali Ummi membuka mata, tangan ini Berada dalam genggamannya, dan sesekali ditempelkan di pipinya. Tak sepatah katapun terucap dari bibirnya, hanya saat kami berpandangan, dia memberikan senyuman yang membuat hati Ummi damai." Senyum manis Ummi kembali tersungging menggemaskan saat menceritakan kenangan indah itu. "Keajaiban demi keajaiban terjadi. Tuhan benar-benar memberikan jalan keluar untuk masalah yang Ummi hadapi. Tuhan memulihkan Hati Ummi yang hancur." Tambahnya penuh semangat. "Selama Ummi masih lemah dan berbaring tak berdaya. Mama Rinanti Endah Sayekti. Yang biasa dipanggil dengan "mak Ijah" lah yang menyuapi, merawat dengan penuh kasih sayang hingga Ummi sembuh. Bahkan sampai hari ini masih sering dilakukan. kata Mama, sebagai pengganti orang tua Ummi." "Setelah kondisi Ummi sehat, Mama Endah dan mas Jo sang Malaikat penolong, punya cara memulihkan hati Ummi dan mengembalikan keceriaan yang selama ini sirnah. Mereka mengajak Ummi, Mencari ikan di sungai, bertiga menerbangkan layang-layang. Memancing dan banyak hal yang terlalu panjang jika Ummi ceritakan semua disini." Sejenak dia berhenti. diraihnya tangan si Jo dan digenggamnya. Kemudian dia kembali bercerita. "Mereka berdualah yang memulihkan semangat Ummi merekalah yang memberikan cinta. mereka juga memberikan harapan, cinta yang tulus, perhatian yang tanpa pamrih. menyuapi membuat senyum ceria itu kembali, bahkan lebih dari yang Ummi miliki sebelumnya." Ummi berhenti sesaat. kemudian berjalan menghampiri mak Ijah. Dan menuntunnya ke depan. Kemudian melanjutkan ceritanya. "Mama Rinanti Endah Sayekti, yang dikenal orang dengan panggilan "mak Ijah'' inilah yang mengembalikan semangat hidup Ummi, yang telah dengan sepenuh hati menyayangi Ummi, melebihi apa yang pernah Ummi dapatkan sebelumnya." Sejenak Ummi diam. Kemudian dia melangkah menghampiri pak Tjandra dan Mama Silvie dan menggendongnya ke depan dan berkata : "Tak cukup sampai disitu. Tuhan Memberi kepada Ummi Papa dan Mama, yang luar biasa merelakan hatinya, waktunya, kasihnya, ketulusannya. Mereka adalah Papa Tjandra dan Mama Silvie." Kali ini Ummi tak dapat lagi membendung air matanya. Bahkan dia menangis haru, hingga tak mampu melanjutkan ceritanya. Semua Undangan dibuatnya mencucurkan air mata haru mendengar kisah perjalanan hidup Ummi. Setelah Ummi mampu meredakan tangisnya. Dia kembali buka suara : "Oleh Kasih Tuhan juga, Ummi dianugerahi dgn Enam kakak yang Juga telah nyata Ummi rasakan perhatian tulusnya. Kak Rama, Kak Aldi, Kak Alfin, Kak Shintia, kak Juna dan kak Clara...Mohon maju kedepan." Sepanjang hari itu mendung terhampar sebatas mata memandang. Angin sedikit kencang. Menyambar semua yang dilewatinya. Tamu undangan seperti tak terbendung. Slentingan dari, mulut ke mulut mengenai seorang gadis kembang desa anak seorang petani kaya raya. Kedua orang tua gadis itu meninggal diracuni oleh pamannya sendiri, dan hartanya itu dikuasai oleh paman dan bibinya. Kembang desa itu hampir mati. ditemukan tergeletak di makam kedua orang tuanya, oleh seorang pemuda. Dan menikah dengan pemuda desa yang bodoh itu. Cerita itu menyebar luas di hampir seluruh desa sekitarnya. Membuat penduduk desa ingin melihat seperti apa kembang desa bernasib malang itu. Kabar miring gak jelas dan gak akurat, yang dibumbui entah pake bumbu apa. yang pasti membuat para pendengar kabar itu jadi penasaran. Semakin membuat mereka penasaran adalah, yang datang diacara pernikahan itu pejabat tinggi, bupati dan gubernur, serta keluarga presiden dan wakilnya orang-orang kaya, konglomerat. Puluhan bus, ratusan mobil mewah yang dikawal oleh polisi. (Gak jelas siapa yang menyebar berita ini). ***** Sementara itu, acara masih berlangsung meriah. Mempelai wanita baru saja selesai menceritakan perjalanan cinta mereka hingga menuju pelaminan. Tepuk tangan itu membawa suasana menjadi tambah meriah. "Baiklah, kita lanjut acara berikutnya. Hadirin saya undang untuk berduri." Pinta Bang Acil. "Selanjutnya saya minta untuk mengangkat kedua tangan keatas." Lanjutnya. "Sebentar ya, Bang Acil lupa, apa acara selanjutnya. Jangan diturunkan dulu tangannya. saya tinggal pulang sebentar mengambil susunan acara...Hahahahaha." Para undangan pun tertawa sambil menurunkan tangannya, karena mereka sadar, bahwa MC telah ngerjain mereka. "Okeey, yang ini Bang Acil serius. Dalam hitungan ketiga. Tolong lihat di bawah kursi masing masing. Tapi jangan dibuka sebelum ada aba-aba dari saya." Bang Acil berhenti sejenak. "Satu, dua, tigaaaa.... Lihat dan ambil yang ada dibawah kursi." Lanjutnya. Mak Gruduuuuuk.. para undangan bergegas mengambil sesuatu yang nempel di bawah kursi. TERNYATA......... Di bawah tempat duduk berisi amplop. "Dalam hitungan ketiga, silahkan membuka amplopnya..... satu.... duaaaaaaaaa.... ti....... ti.... ti.... tiga." kata Tia Anggita. "Yang, ada Tulisan Mobil Toyota AVANZA. Maju kedepan. Para Undangan makin penasaran. Kira-kira siapa yang mendapatkan Hadiah kejutan itu. Semua pada tengak-tengok, penasaran. "Khusus hadiah Mobil, nanti beli sendiri!!!" Para undangan pun tertawa... ternyata semua undangan dikerjain oleh MC. "Baik hadiah selanjutnya. Bang Acil minta untuk maju kedepan, siapa yang mendapatkan hadiah berupa Wisata ke Bali selama 4 hari 3 malam + menginap di Hotel berbintang untuk dua orang. + uang saku masing-masing 2jt. Hadiah ini disponsori oleh, Seseorang yang berada diantara kita dan tidak mau disebutkan namanya." Dua puluh undangan yang mendapat hadiah itu pun maju dengan penuh kegembiraan. Undangan dimanjakan dengan berbagai kejutan menarik. 5. tv led lcd 32inch dan banyak hadiah menarik lainnya. Acara itu sebenarnya dijadwalkan selesai jam 14.00. Tapi hingga jam 17.00 baru selesai. Mengingat perjalanan pulang masih harus ditempuh tiga jam. Maka, Panitia Menyodorkan secarik kertas kepada pembawa acara untuk diumumkan. "Mohon perhatiannya, sebelum pulang. Diminta hadirin untuk bersabar sebentar. Ada Hidangan di ruang sebelah yang bisa kita nikmati bersama. SELAMAT MENIKMATI." **** Seminggu selesai acara: "Pa" Sapa Ummi. "Ya,... Ada apa," Jawab Pak Tjandra, setelah meneguk kopi. "Papa masih inget, ketika pakde menemui Ummi beberapa waktu yang lalu?" "He'em, kenapa?" "Dia menanyakan sesuatu pada Ummi." "Soal sertifikat?!" "Kok papa tau?" "Sudah Papa prediksi bakal seperti itu." "Terus, apa yang harus Ummi lakukan Pa?" "Terus, menurut Ummi gimana?!" "Ummi serahkan sama Papa aza, apa yang terbaik menurut Papa, pasti itu buat kebaikan Ummi." Pasrah. "Untuk sementara, gak usah mengambil keputusan dulu. Nanti kita bicarakan sama kakakmu Rama dan Alfin, biar mereka yang menyelesaikan masalah ini. Menurut Papa, kalau Ummi gak kesana, dalam waktu dekat pakdemu pasti akan menemuimu." "Terus Ummi harus bilang apa sama pakde, kalau dia maksa minta sertifikatnya?" Pembicaraan itu terhenti. Mama Endah membawakan gorengan Bentul. Kopi panas dan bubur kacang hijau. Semenjak kehadiran Ummi dirumah itu, dia gak lagi mau memanggil nama dengan Mak Ijah. dia lebih suka memanggilnya Mama Endah/mama Indah Pak Tjandra sendiri setelah pernikahan Ummi selesai, ia lebih memilih untuk sering berada dekat dengan Ummi. Ada banyak yang harus dibenahi. Ada rencana besar yang ingin dikerjakannya. Dan itu membutuhkan waktu rencana serta penanganan serius. "Sawah, ladang milik suamimu cukup luas, ditambah dengan peninggalan ayahmu. itu kalau dikelola dengan benar. Maka akan menciptakan lapangan pekerjaan dan menyerap banyak tenaga kerja. Itu baru pemikiran Papa dan kakak- kakakmu." "Tapi, Pa." "Gak perlu kuatir. Semua sertifikat itu atas namamu. Jadi gak perlu kuatir dengan pakdemu, lagi pula, kau sudah menikah. Jadi Hakmu sepenuhnya dan gak ada yang bisa mengganggu gugat. Termasuk pakdemu." "Terus rencana Papa itu apa." "Papa akan beli, alat selep beras, dan pengikatnya". Jawab pak Tjandra santai, sambil menikmati bentul goreng. "heem, yang ini Papa memang suka, tapi sekarang gak berani makan terlalu banyak. Yang dikukus, sepiring bisa nambah. hehehehe." Katanya, sambil mengambil bentul kukus lalu menggigitnya.
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD