Bab 7

1968 Words
Hanya dalam kurun waktu tiga hari, gudang baru sudah hampir penuh dengan beras, gula dan mie instan. di gudang yang lain, penuh buah pisang dan kelapa. Sumbangan dari penduduk. Mirip kayak pengumpulan dana bantuan bencana alam. Hanya bedanya, mereka yang menyumbang, saat pulang diberi bungkusan nasi + Lauk yang dibungkus dengan daun jati. sedangkan lauk dan berbagai jenis kue itu dibungkus daun lontar muda / pucuk. kemudian diikat janur. Melihat dibagian ini kewalahan dalam menyiapkan. Maka Juna berinisiatif untuk menggantikan dengan yang lebih praktis. "Pak, anter saya sekarang."Kata Juna kepada pak Tarjo. "Kemana den?" "Sudah, sana. Ambil kunci mobil. Nanti Juna kasih tau." "Siip den." Selama diperjalanan, Juna banyak bercerita tentang rasa herannya terhadap adat kebiasaan penduduk Desa. Semua yang dilihatnya adalah hal baru, yang sebelumnya tak pernah dia jumpai. Sementara itu di rumah yang punya Gawe. Tamu berdatangan. Membuat Semua menjadi sibuk. Penyambut tamu, mengumbar senyum manisnya. Pramu saji sibuk mengisi suguhan di meja yang sudah berkurang, maupun yang sudah kosong. Alunan musik dangdut dari sound system yang dipasang di dekat pintu masuk jeblar jeblur, jedag. jedug. Menggetarkan jantung. Mulai dari lagunya Bang Rhoma, Evie tamala, Cici paramida, Ayu ting ting, Trio Macan, sampai lagunya Iwan fals. Berkumandang. Sungguh, kali ini para tamu dimanjakan dgn hidangan lain dari biasa yang mereka nikmati di acara acara seperti ini, terlebih di Desa itu. Masakan disuguhkan hasil dari tangan Chef profesional kelas internasional. Dengan suguhan Gaya internasional namun soal rasa, disesuaikan dengan lidah Indonesia. Sungguh merupakan sajian berbeda. Juna dan pak Tarjo, dah sampai di rumah. Karena barang bawaannya memang tak cukup dibawa serta di mobil. Maka disewanya mobil pick up + supir untuk mengusung barang belanjaannya. Kini tukang penyiap Jajan dan masakan khusus untuk diberikan tamu pulang, jadi sedikit lebih ringan. Besek (kotak yang terbuat dari anyaman bambu) menjadi bungkus pengganti daun jati. Kira-kira jam sembilan, tamu mulai berkurang. Namun tak berhenti sampai disitu. Pemuda dan orang dewasa, khususnya laki-laki, dari Desa terdekat sudah memenuhi kursi, biasanya setiap malam, selama tuan rumah mengijinkan. Dimulai dari tenda terpasang. sampai malam selesai acara pernikahan. Jagongan.... Yah... biasanya terbagi beberapa kelompok, tergantung permainan apa. Ada yang main Remi, empat satu., spirit, gaple, ceki dan kadang ada juga yang main catur. Taruhan atau bisa dibilang main judi kecil-kecilan. Rama, Aldi, Alfin, Juna. Pak Tarjo dan dua temannya gak mau ketinggalan. Walaupun mereka gak ikutan judi, melainkan hanya sekedar Ngancani. Jagong. Mengenai sajian, itu tergantung yang punya Gawe. Kadang cuma disiapin kopi di Ceret ada menyebutnya Ketel. (semacam teko tp ukurannya besar). Di Acara Gawenya si Jo. mak Ijah sudah mewanti-wanti untuk menjamunya dan memberikan yang terbaik. Saat mereka datang, Pramusaji langsung mengajak mereka menyantap hidangan yang sudah disediakan. Kemudian, tengah malam masih sama. Disamping itu, sajian kue terus mengalir gak sampai piringnya kosong. Kopi panas. Itu sudah PASTI Manggung (selalu siap). Sedari pagi, keluarga besar Tjandradinata ikutan sibuk. Namun diraut mereka terlihat bahagia dan puas melihat Para tamu puas dan semua yang terlibat bekerja sama dengan penuh ketulusan. ***** "meja tiga, lima dan sepuluh, suguhan waktunya ngisi." Perintah pengawas sajian. Dengan sigap pramusaji, datang membawa aneka kue. Pengawas saji lain: "Meja tujuh, sembilan, empat, dua belas, satu. Waktunya ngisi.” Pengawas Makanan: "Lauk, Gulai, sate, piring bersih. Waktunya disisi lain.” Dapur satu. Tukang masak nasi sedikit bisa santai. "Besok kalau aku yang nikah, pengennya meriah seperti ini." kata pengantar saji. "ya, cari calon suami kaya seperti Mas Joko." Kata Mila temannya. "Papanya mbak Ummi itu orang kota, kuuuuaya buanget!!. Buat tujuh turunan gak bakal habis. Jadi wajar kalo nikahnya semewah ini. Belum lagi, untuk biaya 40 orang lancong ke Bali, menginap di Hotel yang ada kolam renangnya, masih ngasih kita duit buat belanja. wah, kok gak eman buang uang cuma untuk nyenengin kita wong ndeso gini. Kalau gak kuaaaya, mana bisa?!" Saut mak Romla. "mbak Ummi juga kaya. Buat hidup turun-temurun juga gak bakalan habis kok." Ujar Mila. "Tapi, kan hartanya sudah dirampas sama pamannya yang b******k itu." Jawab mak Romli. "Emang emak tau dari mana, kalau hartanya mbak Ummi dirampas oleh pamannya?" Tanya Mila. "huuuuuuz.... gak boleh menyebar gosip. gak baik!!" Kata bu Yem. "Heeeeeem. Kisah perjalanan hidup mbak Ummi itu, kayak disenetron ya?, akhirnya pasti mbak Ummi dan mas Jo bakalan menang. Semoga." Kata Bu Samsi. "Amiiiiiiin." jawabnya serentak "Sudah, sana.. tuh jangan sampai pramusaji teriak kehabisan nasi." Teriak mak Romla. "Baik nyonya." jawab Mila. Dapur dua. Bagian Penyiap kue. kebanyakan personilnya tiga kali lebih banyak. Jadi gak heran kalo mereka gak kewalahan. Sebagian kue sudah disiapkan beberapa hari sebelumnya seperti, wajik, kue klemben, Jenang gede. Sedang nagasari, pisang goreng dan lemper yang dibuat dadakan pun lancar, gak sampai kekurangan. Aneka ragam kue disuguhkan di meja tamu. Yang baru datang akan duduk dan menikmati aneka kue yang tlah dihidangkan di atas meja. usai tamu makan, kemudian bersalam dengan tuan rumah dan mempelai. pulangnya, diberi kue yang sudah dimasukkan ke kotak isinya sama persis dengan yang dihidangkan. Kebiasaan seperti ini sudah tidak kita jumpai di Kota besar. Sementara itu di tenda lain yang khusus disediakan untuk tamu Undangan dari pihak keluarga pak Tjandra. Sebenarnya tenda ini rencananya akan dipakai untuk pagelaran wayang kulit di hari pertama dan untuk pentas Dangdut di hari kedua. Hari keTiga, Nonton film bareng. Sehari sebelum resepsi dipakai untuk menyambut tamu undangan dari kota. pagi itu tamu undangan dari Kota sudah hampir semua datang. Dari lima ratus kursi yang disiapkan, hampir semua terisi. Si Jo dan Ummi nampak layaknya raja dan ratu. Sesuai tema "Kasih Seputih Salju.” Hiasan dekorasi didominasi bunga berbagai jenis, namun serba warna putih. Ummi memakai gaun putih, dengan leher tertutup renda. Dan berhiaskan bunga putih. tak banyak aksesori yang menghias gaunnya. Lengan putih transparan. Panjang gaun tak sampai menyentuh tanah. Polanya mengikuti bentuk tubuh. Sangat sederhana, tapi Ummi tampak anggun memakainya. make up tak menonjol dan terkesan alami, lipstik merah muda lembut. Rambut disanggul, dan memakai mahkota kecil bertahta berlian. sepatu hak tinggi putih, dan kuku di jari kaki dicatat warna pink transparan. Sang pangeran sehari, memakai serba putih. Takedo putih sedikit berkilau dan dasi kupu - kupu berwarna pink muda. Kembali ke Tenda utama yang menyatu dengan bangunan rumah. "Selamat datang." Sambut ramah, penerima tamu. "Tolong panggilkan, Ummi calon pengantinnya." Perintah pak Darjan sedikit angkuh. "oooo, dia masih menyambut tamu pak. Silahkan duduk." Katanya. "Iya. tapi tolong bilang sama Ummi, pakde satu-satunya, yang menyayangi dan paling peduli datang. Cepetan ya, saya sudah kangen." Tambahnya. Sang penerima tamu pun bergegas lari. Tak lama kemudian Ummipun datang menghampiri pamannya. "O, pakde. Ummi jadi merepotkan pakde." Kata Ummi sambil sungkem. "Aduuuh, keponakan kesayangan pakde. Kok nikah gak bilang sama pakde. Kan pakde bisa Membuat pernikahanmu lebih meriah. tidak seadanya seperti ini." Kata pak Darjan sinis. "Kamu itu, keponakan pakde satu-satunya. almarhum bapakmu sudah menitipkanmu, dan semua peninggalannya pada pakde. Dan dia berpesan supaya pakde menjaganya dengan baik, jangan sampai jatuh ketangan orang lain yang bermaksud jahat." katanya. "Mana calon suamimu, kok pakde gak dikenalkan?, malu ya?, apa takut sama pakde?, apa takut kalau pakde menolaknya?... Jangan kuatir. pakde merestui kok." Katanya panjang lebar tanpa ujung pangkal. "Manten kok koyo ngono tho nduk..nduk. mbok yo dandan sing pantes, sing ayu, koyo manten beneran. opo ora dipayasi karo tukang salon tho. opo bakal bojomu ora duwe duwit nggo nang salon?, durung dadi bojo ae wis perhitungan, opo maneh mengko lek wis dadi." kata bu Soimah budenya. (nikah kok seperti ini. kok gak merias diri, seperti layaknya orang yang mengadakan pesta pernikahan. apa gak dirias di salon?. Belum jadi istrinya saja sudah pelit, apalagi nanti kalau sudah resmi jadi istri.) Ummi gak menjawab sepatah katapun. Dia hanya menundukkan kepalanya. "O, iya. Ini pakde bawakan kompor minyak tanah yang isi sumbunya dua puluh empat, biar kalau kamu masak gak pakai kayu bakar. dan ini pakde juga bawakan beras dua puluh lima kilo, sama ayam dua. siapa tau nanti kurang, kan bisa pake tambah, biar gak sampai memalukan yang diundang." katanya, sambil menyodorkan bawaannya. Mendengar apa yang dikatakan pak Darjan, telinga pak Tarjo sedikit panas. "pakde... pakde... sombong banget. Ayam umur dua bulan aza dipamerkan. Disini sudah disiapin Lima belas sapi dan Lima Belas Kambing, jadi gak butuh anak ayam." Kata pak Tarjo dgn emosi, lalu pergi. "Itu yang ngomong tadi bapak mertuamu tho?" Tanya pak Darjan. Ummi tak menjawab, dia mengalihkan pembicaraan. "pakde tadi naik apa kesini?" tanya Ummi. "Tak suruh nganter tetangga. Kebetulan dia punya angkot, pulang pergi bayar seratus ribu lho." jawabnya, makin sombong. "ya sudah, pakde dan bude nginep saja disini." pinta Ummi. "Gak bisa nginep, sebentar langsung pulang. dirumah repot. tadi juga njemur gabah, tak titipin tetangga. Takut nanti kena hujan." Tolak nya. "o.. iya, mumpung pakde inget. Sertifikat tanah milik bapakmu, kamu simpan dimana, tak cari dimana-mana kok gak ada. pakde takut nanti hilang. Kalau kamu bawa, tolong ambil sekarang, biar pakde simpan di bank saja lebih aman." kata pak Darjan. "Ummi masih repot lho pakde, nanti kalau acaranya selesai, mungkin minggu depan, atau bulan depan Ummi pasti ke rumah pakde." jawab Ummi. "Halaaah, wong ngambil sebentar saja kok. paling gak sampai lima menit." katanya, dengan sedikit maksa. "Maaf pakde, tamu Ummi disebelah, kasihan nunggu." "disebelah mana?, disamping itu siapa yang mantu, kok banyak sekali mobil dan banyak bus parkir disitu. pasti yang kawin itu pejabat ya?. Makanya cari jodoh itu jangan asal dapat. Cari yang kaya, biar acara pernikahannya seperti yang disebelah." Kata pak Darjan sedikit menggurui. "Ooooooooo, yang disebelah itu juga tamu undangan yang hadir diacara pernikahan Ummi. Mereka datang dari kota." kata Ummi. Mendengar jawaban Ummi, pak Darjan kaget, tapi dia berusaha untuk menutupi rasa kagetnya. Berbeda dengan bu Soimah. Mulutnya sampai melongo mendengar apa yang dikatakan Ummi. Tak lama kemudian Pak Tjandra menghampiri Ummi. pak Tjandra sengaja berpura-pura tidak mengenal pak Darjan dan berkata : "Sayang, itu tamunya kok ditinggal?, mereka mencarimu. Suamimu juga nyari kamu tuh." "Maafkan Ummi ya pakde. Terpaksa Ummi gak bisa nemenin pakde ngobrol. Ummi tinggal dulu ya." Setelah Ummi pamit pada pak Darjan, ia meninggalkan pamannya untuk menemui para undangan. Merasa gak ada yang memperhatikan. pak Darjan dan istripun pulang. "Yuk pak kita pulang. Rencana kita hari ini gagal total." Kata bu Soimah dengan rasa yag sangat kecewa. "Sudah, gak usah kecewa. Ummi kan sudah janji mau ke rumah kita untuk menyerahkan semua sertifikat tanahnya. Tapi yang aku heran. Kok tamunya Ummi bisa sampai bawa mobil dan rombongan bawa bus. Apa calon suami Ummi Jendral, atau anggita DPR, atau pengusaha kaya?" "yo gak tau aku pak. kenapa tadi gak tanya?" jawab bu Soimah sedikit monyong. Sesampainya di angkot, pak Darjan dan istri cuma duduk diam kayak patung setengah jadi. Melihat penumpangnya diam membisu. Supir angkot menceritakan pengalaman yang mengesankan. "Ini baru namanya, orang kaya beneran.Tidak sombong, ramah, baik hati, perhatian. Jadi gak heran kalau tamunya sampai membludak. Tujuh hari sebelum acara pernikahan, tamunya sudah datang dan pergi dari beberapa desa, sajian makanannya tinggal pilih dan mengambil sendiri sekuat perutnya." Belum selesai cerita, pak Darjan memotongnya. "aaaaaah, biasa saja. Gak ada yang istimewa. Kamu aza yang Sok tau!!" "lho, beneran kok. Saya tadi ngobrol lama sama kakaknya mbak Ummi. Karena penasaran, saya tadi tanya tentang banyak hal. Bahkan saya diajak makan bareng sama mereka. Ternyata orang yang kaya beneran itu gak semua sombong dan angkuh." Lanjutnya. Kita tinggalkan pak Darjan, bu Soimah beserta supirnya. Acara sudah dimulai. dipandu oleh MC yang memiliki multi talent. Bang Acil sang penyiar radio yang fenomenal dan Presenter Ayu dan berparas lembut. Tia Angginata. Kata sambutan dari tuan rumah sudah. Sambutan ketua Panitia sudah. selesai. "Para undangan yang berbahagia, sesi Door prize, sebentar lagi kita mulai." Kata Bang Acil "Dua puluh, tiket wisata ke Bali+ penginapan. masing-masing untuk dua orang + Uang Bekal buat beli oleh-oleh." Lanjut Tia Angginata. Suasana menjadi semakin hangat, ketika Raja dan Permaisuri diminta untuk Menceritakan Perjalanan Cintanya hingga menuju ke pelaminan. Setelah mengecup keningnya, si Jo memberi kesempatan permaisuri tercinta untuk bercerita kisahnya terlebih dahulu.
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD