EPISODE 2

2007 Words
Waktu berlalu begitu cepat, tak terasa 2 hari lagi Berry akan memulai pendidikan SMA-nya itu. Ia hendak mempersiapkan segala keperluan sekolahnya itu. Namun, Berry bukanlah anak yang boros, ia mengerti keadaan keluarganya sehingga ia hanya membeli sesuatu yang benar-benar ia perlukan. “buku udah, pena udah, emm kayanya udah semua deh.” ucapnya didepan toko peralatan sekolah itu. “karna bentar lagi aku udah sekolah, pasti bakalan jarang banget bisa keluar. Oke fix, aku harus mampir ke kafe ka Jess dulu.” ucapnya. Di Kafe “pliss kenapa rame banget ya.” ucap Berry kaget melihat suasana ramai di kafe. “mana cewe sebaya aku semua lagi, yaudah deh besok aja.” sambungnya sambil memutarbalikkan arah badannya. Dan secara tidak sengaja pada saat memutar balikkan badannya tersebut, ia menabrak seorang pria yang sedang membawa secangkir kopi yang tampaknya merupakan pelayan baru kafe tersebut. Sontak membuat arah pandangan semua orang disitu mengarah pada dirinya. “yaampun, maaf maaf.” ucap Berry dengan kaget. Dan tanpa berpikir panjang ia langsung berlari meninggalkan area kafe itu. Rasa malu dan bersalah menghantui pikirannya. Selama di perjalanan pulang kerumah tak henti-henti ia menyalahkan dirinya. “ya Tuhan, kenapa aku bodo banget si!” ujarnya dengan kesal. “gimana kalau kak Jessie nyuruh mampir kesana, pasti pelayan itu kenal dengan wajahku. Ah sial banget!” sambungnya dengan nada bicara yang tak beraturan. Di Rumah Sesampai dirumah pun, pikiran Berry tak kunjung tenang. Hal ini mungkin sudah biasa bagi setiap orang yang memiliki jiwa introvert. “udah ber udah, tenang plis.” ucapnya sebelum tertidur pulas. Hari terus berlalu, akhirnya tahun pertama di mulai, ia berusaha untuk menjadi pribadi yang terbuka agar ia dapat memulai kehidupan baru di masa SMA ini. Dan ia berharap melalui SMAS Kasih Mulia ini, ia dapat meraih impiannya untuk berada di universitas ternama. Minggu pertama sekolah adalah saat dimana diadakannya ospek. Salah satu kegiatan untuk mengenal satu sama lain. Berry tampak bersemangat menjalaninya. “ibuuuu..Berry berangkat dulu ya, ntar ketinggalan angkot.” ucap Berry. “iya iya kamu hati-hati ya, peralatan ospek udah pas semua dibawa?” tanya ibu. “oh iya Bu Berry lupa karton yang udah Berry buat semalam.” jawabnya dengan kaget dan segera mengambil karton tersebut. “nah kan kebiasaan kamu ber.” kata ibu. Berry memang memiliki sedikit sifat kurang telaten. Sehingga hal ini tak diherankan ibu. “oke udah, Berry berangkat dulu ya bu, bye.” tutup nya. Di Sekolah Sesampainya di sekolah, tak seorang pun yang ia kenal. Sebaliknya, tak ada yang mengenalnya. Hal ini lah yang ia inginkan, agar memudahkannya untuk memulai hal baru didalam hidupnya. “selamat datang kepada siswa dan siswi baru SMAS Kasih Mulia, diharapkan semua dapat berkumpul di lapangan. Dan kita akan membagikan kelompok ospek untuk satu minggu kedepan.” ujar ketua osis SMAS Kasih Mulia. “kelompok pertama Ayu Denisa, Intan Putri, Vika Alfiany,…” sang ketua osis membacakan setiap anggota-anggota kelompok. Dan tibalah saatnya nama Berry di panggilkan. “Kelompok tujuh Edo Patria, Adam Malik, Beeryl, Erika Santoso, Patricia Wang,…” ucap ketua osis. “di harapkan semua berbaris didepan lapangan ini berdasarkan kelompok yang sudah di bagikan” sambungnya. “haiii.. Nama kamu bagus. Biasanya di panggil apa ya?” tanya seorang wanita yang datang menghampiri Berry. “oh hai nama saya Beeryl, di panggil Berry. Nama kamu?” jawab Berry dengan semangat. “namaku Erika, biasa di panggil Erika juga kok. Oh iya, btw kita manggilnya pake aku kamu aja ya. Biar lebih dekat hehe” ujar Erika sambil tersenyum. “em iya, terimakasih.” jawab Berry dengan senang. “heh tolong jaga ketertiban ya adik-adik. Ini masih hari pertama, jangan buat ulah!” tegur salah seorang anggota osis. Mendengar hal itu, Berry dan Erika tersipu malu. Waktu istirahat tiba, Berry makan siang bersama Erika di kantin sekolah. Dan kedua gadis remaja tersebut saling mengenal satu sama lain. “kita bakalan di hukum ga ya karna kejadian tadi?” tanya Berry. “yaampun ber, tenang aja kali. Dulu waktu SMP mah aku lebih parah kali Ber. Hampir pernah di Drop Out haha” jawab Erika. “ha seriusan?kok bisa?” tanya Berry dengan kaget. “gausah sekaget itu juga kali ber, masa sekolah tanpa kenakalan mah hambar. Jadi, aku tuh hampir di DO karna coret tembok luar ruang kepala sekolah hehe..” jawab Erika sambil tertawa. “parah banget kamu mah hahaha, terus kenapa ga jadi di DO?” ucap Berry. “ini agak memalukan sih, jadi mama aku tuh nyogok tuh kepsek” ucap Erika dengan volume pelan. “demi apasi?kamu ga malu gitu sama anak-anak lain?haha..” ujar Berry dengan kaget. “itu aslinya mah ramean, tapi yang lain pada di DO. Alhasil aku dijadiin bahan gibah seangkatan dong karna sangat dipertanyakan bisa-bisanya cuman aku yang ga di DO hahaha” jawabnya sambil tertawa terbahak-bahak. “nyali kamu mah kuat banget plis haha” ujar Berry. “ngga si Ber, itu tuh waktu masih kelas 7 kan yah. Terus tuh yang nanganin kita awalnya osis gitu, jadi kakak kelas semua. Dan asli aku malu banget sama satu kakak osis, soalnya dia cakep banget gila, mana baik banget woi. Setelah kejadian itu aku jadi kepincut haha, malu banget.” ucap Erika dengan tampak semangat menceritakannya kepada Berry. “setelah itu gimana?” tanya Berry yang tampak penasaran dengan keseruan cerita Erika. “setelah itu kan yah, tuh cowo jadi kenal sama aku. Tiap lewat depan dia dan bareng teman-temannya tuh semua pada liatin. Malu banget tapi salting parah sih.” jawab Erika. “asik banget sih haha” ucap Berry. “tapi itu tahun terakhirnya sebelum lanjut SMA di Kanada. Jadi ya aku cuman bisa jadi secret admirer deh ampe sekarang. Oh iya, btw gimana dengan masa SMP mu?” ucap Erika. “gaada yang menarik sama sekali Er” jawabnya dengan senyum tipis. “really?gimana bisa ber?” tanya Erika. “aku selalu mendapatkan perlakuan yang tidak enak selama disana Er, makanya aku mutusin untuk pindah jauh kesini.” jawab Berry. “oh i see, aku juga kaget banget pas tau kamu tuh dari mana.” ucap Erika. “ya gitu deh Er, aku berharap banget disini bisa memulai segala sesuatu yang baik.” sambungnya. “ yaudah gapapa kok, tenang aja ya, kan ada Erika, aku tau kamu pasti orang baik hehe…” ucap Erika untuk menyemangati Berry. “makasi banget ya, senang bisa kenal kamu sejauh ini di hari pertama” ucap Berry. “sama-sama Beriiiii” jawab Erika. Hari pertama terkesan menyenangkan bagi Berry, semua tampak berjalan dengan baik. Erika yang begitu terbuka terhadapnya, membuat ia ingin mengenali Erika lebih lagi. Pada masa SMP atau sebelumnya, tak pernah ia memiliki teman seperti ini. Hal ini yang membuatnya begitu senang. Hari berlalu begitu cepat, hari terakhir ospek pun tiba. Pada hari terakhir setiap siswa /i baru di beri kesempatan untuk membagikan coklat kepada siapapun. “hei ini untuk kalian ya!” ujar salah seorang pria yang datang menghampiri Berry dan Erika. “terimakasih.” ucap Berry. “wah makasih banget. Nama kamu siapa?” ucap Erika. “sama-sama. Nama gue Kevin, dari kelompok sebelah.” jawab pria itu. “oh i see, nama ku Erika dan dia Berry.” ucap Erika dengan ramah. “oh nama lo Erika. Kalo nama temen lo aku udah tau kok.” jelas Kevin. “loh kok bisa?” tanya Erika yang tampak heran. “yaudah gue cabut dulu ya.” ucap Kevin dan kemudian meninggalkan mereka. “Er kok dia bisa tau nama aku si?” tanya Berry dengan panik. “mungkin dia kenal sama kamu ber.” jawab Erika. “mana mungkin Er, anaknya juga kota banget lagi.” ucap Berry tak setuju. “yaudahlah, yuk bagiin ke yang lain.” ucap Erika. Setelah mereka membagikan habis coklat mereka, datang lagi seorang lelaki menghampiri mereka. “ini untuk kamu.” ujar pria tersebut sambil menyodorkan sebuah coklat kepada Berry. “eeh te-terimakasi kak.” ucap Berry tampak gugup. Ternyata lelaki itu ialah salah seorang anggota osis yang bertugas selama masa ospek. “sama-sama. Kamu mengerjakan tugas kamu dengan baik selama masa orientasi ini. Jadi ini sebagai salah satu bentuk apresiasi saya ke kamu.” ucap lelaki tersebut. “eeh baik terimakasi banyak ka.” jawab Berry. “tingkatkan, saya cabut dulu.” ujar pria itu dan kemudian pergi. “wah gila si Ber, itu mah modus namanya, bukan apresiasi hahaha” jelas Erika. “aku kaget banget Er, kok bisa-bisanya si. Mana rame lagi yang liatin.” ucap Berry. “yaudah kali hahaha, yuk balik” ucap Erika sambil tertawa melihat kepanikan Berry. Selama perjalanan pulang ke rumah, Berry masih tampak kebingungan atas kejadian disekolah itu. Saat berada diangkutan umum itu, ternyata ada beberapa wanita yang bersekolah di Kasih Mulia dan tampak memperbincangkan Berry. Tak bisa mengelak, ia hanya berlaku seolah-olah tidak terjadi apa-apa. Di Rumah Setelah beraktifitas disekolah, Berry tampak kelelahan sehingga ia menghabiskan waktu nya disiang hari untuk berada di atas kasur. “kringgg…kringgg…” terdengar suara telpon rumah, Berry segera beranjak dari atas kasurnya itu dan mengangkat telpon tersebut. “halo Berr?” ucap si penelpon itu. “kak Jess?” jawab Berry. “gimana dengan minggu pertama kamu disekolah?” tanya Jessie. “cuman mau bilang makasi banyak ke kak Jess haha” jawab Berry bahagia. “eh why?tell me!” ucap Jessie yang tampak penasaran. “bakalan jadi salah satu momen tak terlupakan deh pokoknya kak, Berry senang banget.” ucap Berry. “wahhh kaka juga ikut senang kalau gitu mah.” ucap Jessie. Setelah berbincang dalam waktu yang cukup lama, keduanya pun mengakhiri telpon tersebut. Dan hari pun sudah mulai petang, ibu dan Alice akan segera pulang. “Berry, ibu pulang, dibuka pintunya.” ujar ibu yang tampak kesusahan membawa banyak belanjaan. “eh ibu dari mana aja? banyak banget bawaan ibu.” tanya Berry sambil menolong ibu membawa barang-barang tersebut kedalam rumah. “ibu baru selesai belanja dari pasar, karna tadi kata bu Titi harga bahan pokok lagi pada turun.” jawab Ibu. “ooh ibu ketemu bu Titi juga?” kata Berry. “iya, di plastik merah itu ada titipan bu Titi untuk kamu. Katanya kamu udah lama ga ke kebun.” ucap Ibu. “eh iya nih bu, soalnya udah mulai sekolah. Jadi belum sempat kesana. Minggu besok deh.” jawab Berry. “yaudah ibu mau mandi dulu, setelah itu kamu bantu ibu masak ya.” ujar ibu. “siap bos.” ujar Berry dengan semangat dan gaya hormat. Karena sangat jarang hal ini dapat ia lakukan bersama ibu. Saat mereka memasak didapur, Berry senang bisa melakukan hal ini bersama dengan ibu. Namun ada hal yang membuat Berry merasa heran. “gimana dengan sekolah kamu Berry?” tanya ibu. “Berry senang banget bu, Berry bisa dapetin pengalaman-pengalaman baru.” jawab Berry. “syukurlah kalau begitu. Tadi disekolah ngapain aja kamu?” ucap ibu. “tadi hari terakhir orientasi bu, ada kegiatan bebas pembagian coklat ke siapa aja. Dan Berry dapat 5 coklat bu. 3 dari teman perempuan Berry dan 2 lagi dari cowok yang Berry ga kenal.” jelas Berry dengan wajah sedikit bingung. “oh ya?terus respon kamu gimana?” tanya ibu. “Berry hanya bisa senyum dan bilang makasi bu, soalnya kaget.” jawab Berry. “ibu senang kalau kamu udah mulai bisa beradaptasi dengan lingkungan kamu. Ibu harap kamu belajar menjadi pribadi yang lebih terbuka lagi. Karena orang tertutup seperti kamu ini cenderung sulit untuk melangkah ke depan.” ujar ibu. Hal ini membuat Berry sedikit kaget, karna tak seperti biasanya ibu berbicara terus terang seperti ini kepadanya. “i-iya bu. Eeh sayur ini belum di cuci kan bu? Berry cuci dulu ya.” ucap Berry untuk mengalihkan topik pembicaraan tadi. Tak lama setelah selesai memasak, Alice pun pulang kerumah dan mereka makan malam bersama diruang makan. Saat jam menunjukkan pukul 9 malam,mereka menuju ke kamar mereka masing-masing. “hari ini bener-bener terasa aneh. Mulai dari cowo yang ngasih aku coklat dan ibu yang ga seperti biasanya.” ujar Berry pada dirinya sendiri sambil menuliskannya ke dalam buku hariannya itu.
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD