Aku kira bisa hidup tanpamu
Namun aku salah
Sejak aku memanggilmu di tubuhku
Sejak saat itu hidupku bergantung padamu
~Valya Dalton~
Valya duduk sambil memakan sarapan yang dibuat Sean dengan terpaksa karena jujur ia tak lapar dan sedang tak ingin makan namun Sean memaksanya makan dengan alasan bayi yang ada di kandungannya membutuhkan makan kalau ia tak makan maka bayinya pun tak makan.
"Apa kau yang kau pikirkan Valya? sedari tadi kau terus saja melamun dan berdiam diri."
"Arnya."
Sean tak bisa menutupi raut wajah terkejutnya saat mendengar nama yang sudah lama tak ia dengar lagu selama tiga Minggu ini, Arnya memang hilang dan Valya sadar bahwa Arnya tak lagi berusaha memasuki tubuh ini selama tiga Minggu.
"Kau merindukannya? bukankah kau ingin dia menjauh dari hidupmu?"
"Aku tak tahu Sean, tapi saat ia menghilang rasanya ada potongan hidupku yang hilang."
Sean mengangguk mengerti karena Valya selama ini terbiasa dengan kehadiran Arnya dan saat wanita itu pergi wajar saja jika Valya merasa kehilangan. Sean pun memeluk lalu mencium kening Valya dengan lembut.
"Arnya sepertinya tak mau mengganggu hidupmu lagi, dia memberikan tubuh ini sepenuhnya untuk jiwamu."
"Aku sadar aku egois Sean, selama ini aku hanya memikirkan penderitaanku tanpa memikirkan Arnya namun aku berharap agar Arnya mau memaafkanmu dan kita bisa bersama merawat anak ini kelak."
Valya yang memang sensitif selama kehamilan pun tak bisa menahan Isak tangis dan air mata agar tidak keluar, namun Sean berusaha menenangkan Valya sambil mengusap rambut panjang dengan lembut.
Lama-kelamaan Valya tertidur di pelukan Sean, senyum tipis terbit di bibir Sean saat melihat Valya tertidur karena terlalu lelah menangis dan bersedih padahal sarapannya belum habis. Sean langsung menggendong Valya ke kamar dan membaringkannya kemudian ia berangkat ke sekolahnya.
Valya yang sudah tertidur hanyut dalam mimpinya yang sangat aneh di mana ia berada di tempat gelap, dengan cahaya minim, sepi, hanya ada ia seorang dan ada cermin di depannya. Saat Valya bercermin ia melihat pantulan dirinya namun ia tahu itu adalah Arnya.
"Terima kasih Valya, kau sudah mau menerima bayiku, kau wanita yang baik. Aku berdoa semoga dirimu selalu dilindungi oleh yang kuasa, aku akan pergi selamanya Valya dari hidupmu dan Sean."
"Jangan! Jangan pergi Arnya, aku baru sadar bahwa kita adalah satu. Apa yang menjadi milikku adalah milikmu begitu pun sebaliknya, aku selalu mengira kau ingin mengambil segalanya dariku tanpa memikirkan pengorbanan yang kau lakukan saat aku tersiksa. Kau adalah saudaraku Arnya, tetaplah bersamaku dan kita akan merawat anak kita berdua."
Valya berusaha mencegah Arnya yang berjalan mundur, pantulan dirinya pun ikut mundur di cermin. Arnya menggelengkan kepalanya sambil tersenyum seakan menolak ucapan Valya.
Valya berteriak memanggil nama Arnya dengan kencang namun Arnya tetap mundur hingga akhirnya hilang ditelan kegelapan ruangan itu. Perlahan-lahan mata yang tertutup itu terbuka dan ia terbangun dari tidur panjangnya.
"Kau menghidupkan jiwaku Valya, terima kasih aku berjanji tak akan berusaha mengambil kebahagiaanmu, kita adalah saudara."
Arnya menatap penuh bahagia ke arah perutnya yang masih rata karena masih hamil muda, ini pertama kalinya ia kembali ke tubuh ini setelah kabar kehamilan Valya.
Senyum manis terbit di bibirnya saat mengingat sebentar lagi ia akan menjadi seorang ibu, membayangkannya saja rasanya sangat bahagia. Ia pun turun dari tempat tidur dan berjalan ke arah ruang makan untuk menghabiskan makanannya yang tersisa tadi, ia harus menjaga kandungannya dengan baik agar bisa melihat anaknya tumbuh dengan baik.
"Nak, ibu sangat senang karena bisa melihatmu tumbuh nanti. Kau tahu ibu tak pernah mengenal keluarga? namun ibu janji kau akan mengenal kata keluarga, kau akan hidup bahagia dengan kedua ibumu dan ayahmu."
Sepanjang hari di tubuh Valya, Arnya menghabiskannya dengan cara-cara bermanfaat dan menyehatkan kandungan seperti olahraga, makan makanan yang sehat, bahkan ia memeriksakan kandungannya ke dokter, apa pun yang bisa membuatnya dan bayinya bahagia ia lakukan karena Arnya tak mau anaknya tumbuh dengan penderitaan seperti dirinya dan Valya.
Tangerang, 18 Mei 2020