Kupikir dengan sikap diamku akan membuat orang-orang di sekeliling rumah mbok ikut diam dan tak peduli. Nyatanya aku salah, mereka yang tidak ada urusannya sama sekali dengan pertikaianku dan Siska seolah-olah hal tersebut menjadi urusan mereka. Mereka pun mulai ikut campur dengan urusanku dan pernikahanku. Mbok dan Pakde pulang sore itu naik mobil perusahaan tempatnya bekerja. Sejak awal, aku menyuruh Pakde membeli mobil agar dia lebih mudah wara-wiri jika ingin kontrol ke rumah sakit. Tapi pakde lebih memilih untuk naik kendaraan umum, dibanding ia harus repot membawa mobil dan mengeluarkan biaya lebih untuk perawatannya. “Ada apa di luar Rum...?” Tanya mbok heran melihat orang-orang berkerumun di depan pekarangan. “Tidak apa-apa, mbok.” Sergahku enggan membuat mbok khawatir. Bia