Anne mendongak menatap ke arah Luke, ia merasa sangat terluka. “Kuharap, ini adalah terakhir kalinya kita bertemu. Diantara kita sudah tidak ada hubungan lagi, kau dan aku mulai sekarang adalah orang asing.”
Luke melihat ke arah Anne, yang menatap dengan tatapan terluka, matanya bergerak melihat tangan Anne yang berdarah terkena pisau yang menancap di tanah. Pisau yang tadi digunakannya untuk mencongkel umbi kentang.
Bagaikan ada magnet yang menariknya, Luke pun berjongkok, ia bermaksud untuk menolong
Anne bangun. Namun, Anne menepis tangannya, menolak bantuannya dan dengan suara lirih ia berkata, “Pergilah, Luke!. Apa artinya luka kecil ini, aku sudah pernah merasakan luka dan kesakitan lebih dari ini.”
Luke melihat ke arah Anne dan dilihatnya ada rasa sakit dan luka. Namun, Luke mengabaikan itu semua. Seolah kesadarannya sudah kembali, Luke pun berdiri dan ia berkata, “Kau benar, diantara kita sudah tidak ada hubungan apa-apa lagi. Kau bukan wanita yang tepat untukku.”
Luke kemudian berjalan meninggalkan Anne yang masih terduduk di tanah. Luke menahan hatinya untuk menoleh ke belakang dan melihat keadaan Anne. Namun, Luke kalah. Ia berbalik juga, ketika didengarnya suara Anne yang meringis kesakitan.
Luke dengan cepat berbalik dan dapat dilihatnya wajah Anne yang pucat juga luka di tangannya yang tadi dengan sengaja di sembunyikannya, ternyata lukanya lebar.
Luke sudah hendak berbalik, tetapi ia menghentikan langkahnya ketika dilihatnya ada seorang pria yang menolong Anne dan membantunya berdiri. Namun, ternyata ia kalah cepat. Ada seorang pria yang menolong Anne dan ia hanya bisa mengepalkan tangan saja.
Luke memperhatikan bagaimana Anne memberikan senyumannya untuk pria itu, senyuman yang dulu pernah menjadi miliknya dan seharusnya masih menjadi miliknya.
Anne berterima kasih kepada Chris, tetangga mereka yang kerap membantunya dan ayahnya, ketika mereka mengalami kesulitan.
Merasa diperhatikan, Anne pun mendongak dan matanya bertabrakan dengan mata Luke. Untuk sesaat, keduanya hanya saling menatap, sebelum pada akhirnya Anne memalingkan wajahnya.
Luke meneruskan langkahnya, ia berbalik menuju rumahnya. Sesampainya ia di rumah lamanya, dilihatnya Billy sudah bangun dan sedang menikmati sarapannya. Luke berjalan menuju wastafel untuk membersihkan wajah dan tangannya yang terkena debu.
Luke kemudian menghampiri Billy yang dan ikut menyantap sarapan bagiannya yang ternyata sudah disiapkan oleh Billy.
Billy menoleh ke arah Luke, “Aku tadi hanya menduga saja, kalau kau belum sarapan. Makanya kupesankan makanan yang sama denganku.”
Luke berterima kasih kepada Billy, karena sudah memesankan makanan untuknya dan ia juga meminta kepada Billy untuk mengawasi tukang yang akan datang dan mulai bekerja merenovasi rumahnya. Ia akan pergi ke kota untuk memindahkan urusan keuangannya.
Luke mengendarai mobil mewah keluaran terbaru miliknya menuju ke kota. Ketika Luke sampai di Bank dan iapun harus mengantri, sebelum pada akhirnya mendapat giliran dengan bagian pelayanan Bank. Ternyata pria yang bertugas, pernah menjadi teman Luke semasa ia sekolah di Senior High School.
Tommy pun menyambut hangat Luke. Keduanya berbincang sebentar, sebelum pada akhirnya Luke menyampaikan maksud kedatangannya. Tommy tampak terkejut, mengetahui perubahan mendadak yang terjadi pada diri Luke, dari seorang pemuda miskin dan kini menjadi seorang pengusaha sukses. Keduanya sepakat akan makan siang bersama di restoran dekat tempat Tommy bekerja.
Beres dengan urusannya, Luke pun ke luar dari bank dan pergi menuju supermarket yang letaknya juga tidak jauh dari bank, sehingga ia memutuskan untuk berjalan kaki saja, sekalian mengenang kembali masa-masa ketika ia masih berada di kota ini.
Tanpa sengaja, ketika Luke berjalan hendak melewati klinik, ia melihat mobil butut milik Anne. Luke berdiri di pinggi jalan menunggu Anne ke luar dari klinik tersebut. Luke bersandar dengan santai pada sebuah pohon palem yang ada di halaman klinik.
Luke sesekali akan memindahkan kakinya, yang mulai merasa pegal menunggu Anne ke luar dari klinik. Luke yang sudah tidak sabar lagi menunggu, menegakkan badannya dan berjalan menuju ke arah pintu klinik.
Tepat ketika tangan Luke menyentuh gagang pintu, ketika itulah pintu klinik dibuka dari dalam dan Anne pun ke luar dari dalam klinik dengan tangan yang dibebat dan Luke bisa melihat gaun yang dikenakan oleh Anne terkena noda darah.
Tanpa kata Anne berjalan melewati Luke, tetapi langkah kaki Anne tertahan ketika Luke menarik lengannya yang tidak terluka.
Anne pun menghentikan langkahnya dan berbalik. Di tatapnya Luke dengan tajam, “Tolong anda lepaskan tangan anda dari lengan saya, Tuan.”
Luke tertawa mengejek Anne yang coba bersikap tidak mengenalnya. Iapun melepaskan pegangannya di tangan Anne, “Aku hanya mau mengatakan, kalau tadi tidak sengaja mendorong dan membuatmu terluka. Aku tahu, sekarang kamu hidup dalam kesusahan. Aku akan mengganti semua biaya yang kau keluarkan untuk berobat.”
Luke kemudian merogoh saku celananya dan mengeluarkan selembar cek, lalu diisinya dengan tandatangan. Luke menyerahkan cek itu kepada Anne. “Isilah cek ini dengan berapapun biaya yang kamu perlukan untuk mengobati lukamu.”
Anne menatap kecewa ke arah Luke. Ia sekarang tidak mengenal Luke sama sekali. Anne merobek cek yang diberikan Luke menjadi potongan kecil dan dilemparkannya ke arah Luke, “Kehidupan kita sekarang memang sudah berbanding terbalik Tuan, tetapi bukan berarti anda berhak menghina saya. Meskipun saya kini sudah menjadi orang miskin, tetapi bukan berarti anda berhak menghina saya.”
Anne berbalik dan dengan setengah berlari ia menuju ke mobil tuanya. Hatinya sakit menerima penghinaan dari Luke. Anne masuk ke dalam mobilnya dan dengan cepat dikuncinya pintu mobil, ia lalu menyandarkan kepalanya pada setir. Air matanya mengalir dengan deras merasakan sakit hati, karena perlakuan Luke barusan.
Setelah merasa tenang, Anne pun mengusap wajahnya dengan tissue. Ia lalu menyalakan mesin mobilnya menuju ke sebuah areal pemakaman, di mana janin anaknya dikuburkan.
Tiba di aral pemakaman, Anne mematikan mesin mobil, lalu ke luar dan berjalan. Anne memetik bunga liar yang ada di depan gerbang makam, kemudian ia meneruskan langkahnya dan berhenti di depan makam anaknya.
Anne meletakkan bunga yang baru dipetiknya dan menaruhnya di dekat nisan anaknya. Anne menyandarkan kepalanya di nisan anaknya dan menangis, “Son!, Mommy tadi bertemu kembali dengan daddymu. Namun, keadaan sudah berubah, ia tidak lagi mencintai Mom, ia membenci Mommy. Maafkan Mommy yang tidak akan menceritakan tentangmu kepadanya. Kamu hanyalah milik Mommy seorang, maafkan Mommy yang gagal melahirkanmu ke dunia ini. Mommy menyayangimu, suatu hari nanti kita akan berkumpul, kamu dan Mommy berdua saja. Love you Son!”