Chapter 12

1060 Words
Jenar berjalan sendiri ditengah jalan yang tidak ia ketahui sebelum nya, tadi dirinya mendengar suara burung hantu dan itulah alasan kenapa Jenar berada ditempat itu sekarang. Jenar adalah gadis yang sangat menyukai burung hantu. Beberapa tahun yang lalu pun dia sempat memelihara seekor burung hantu, dari saat masih anakan hingga burung itu sudah lumayan tumbuh besar, Jenar lah yang merawat, bahkan gadis itu tidak takut untuk memberi makan langsung dari tangan nya. Akan tetapi, ketika ia sedang fokus dengan ujian sekolah nya, burung hantu yang ia beri nama Owel itu tidak lagi terurus dengan baik. Makan nya pun menjadi tidak lagi teratur. Dan karena hal itu, akhirnya Jenar memutuskan untuk memberikan Owel kepada teman kakak nya. yang berharap, Owel akan hidup lebih baik selama dirinya fokus pada ujian nya. Namun ternyata harapan nya runtuh, beberapa minggu setelah Owel pindah rumah, Jenar mendapatkan kabar bahwa Owel sudah mati, tanpa alasan yang jelas. Oleh karena itu, ketika ia mendengar suara burung hantu, hati nya merasa senang dan Jenar memutuskan untuk mengikuti suara tersebut. Dan berakhir di jalan yang sama sekali tidak pernah ia lewati sebelum nya. "Gue dimana?? Burung hantu nya mana sih?? dari tadi cuma suara nya aja" ujar Jenar yang merasa kebingungan. Jenar menatap sekeliling nya, dan sekarang dirinya tidak dapat melihat arah jalan untuk ia kembali pada rumah singgah itu. Hanya satu yang ia lihat di depan nya, sebuah rumah yang terlihat sederhana dan tidak terawat. Jenar menelan saliva nya. Lalu dengan ragu Jenar melangkahkan kaki nya mendekat pada rumah itu. angin berhembus kencang seolah meminta Jenar untuk tidak melanjutkan langkah nya. Akan tetapi, gadis itu tetap melangkahkan kaki nya dan masuk kedalam rumah itu. Kosong dan gelap, kata itu lah yang cocok untuk rumah yang Jenar masuki. Sayup-sayup telinga nya mendengar suara gamelan itu lagi, dan hal itu sontak saja membuat Jenar merasakan hawa yang mencekam. Rasa takut itu kembali menyerang diri nya, napas gadis itu pun mulai tersengal sengal dengan tatapan mata yang was was memperhatikan sekitar nya. Dan tanpa sadar keringat dingin mulai memenuhi wajah hingga tubuh nya. Di belakang nya, Jenar merasakan ada sesuatu yang mendekat. Rambut rambut halus di tubuh nya pun mulai merangkak naik menandakan bahwa gadis itu merinding ketakutan. Dengan rasa takut yang melingkupi diri nya, dan sisa keberanian di dalam nya. Jenar memberanikan diri nya untuk menoleh kebelakang. Melihat sosok yang sedari tadi bergerak mendekat pada nya. Di depan nya, seorang wanita dengan pakaian khas penari dan selendang merah di pundak nya, sedang menundukkan pandangan nya. Jenar menahan napas nya, merasa terkejut dengan apa yang sedang dilihat saat ini. Lalu kemudian ia mencoba untuk menenangkan detak jantung nya yang mulai tidak terkontrol itu. Dan setelah dirasa lebih tenang, Jenar mencoba terlihat biasa saja. "Mbak.. Hmm, ma-maaf saya mau tanya" ujar Jenar dengan sedikit terbata. Namun wanita penari itu tidak menjawab apapun, dan tatapan nya masih menunduk. "hmm.. Mbak, sa-saya-" kali ini ucapan Jenar terhenti, dengan seketika mata Jenar melotot terkejut ketika sosok wanita penari itu mulai mengangkat pandangan nya, dan menatap diri nya. Sosok yang Jenar kira memiliki wajah cantik itu ternyata tidak. Sosok penari itu memiliki wajah yang rusak separuh dan kulit yang mendadak pucat. Jenar berteriak histeris, "Aaahhhhgg.. Jauh!!! Jauh!!! Jangan ganggu gue!!" ujar nya dengan teriakan yang bercampur dengan tangisan gadis itu. Jenar berlari kemana saja kaki nya membawa diri nya. Sosok yang awal nya, Jenar lihat menapakkan kaki nya pada lantai, saat ini juga Jenar dapat melihat sosok itu terbang dengan memanggil nama nya. Jenar masuk kedalam ruangan yang Jenar lihat sebagai kamar dari rumah kosong ini, dan dirinya terjatuh karena kaki nya terkena sesuatu di bawah sana. "Jenar... Tolongg" suara itu menggema di ruangan itu. Terdengar sangat menakutkan untuk Jenar yang tidak mengerti akan semua hal ini. Jenar menutup telinga nya kuat kuat menggunakan kedua telapak tangan nya. Dan menggelengkan kepala nya, mengusir suara suara itu. Namun kini, dihadapan nya, telah berdiri sosok yang sedari tadi ia hindari. "Tolonggg..." "Enggak!! Pergiii.." teriak Jenar mencoba menjauhi sosok yang sedang mendekat pada nya. "Jenar.. Tolong" "Enggak!! Pergiii.. Jangan ganggu aku!!" "KAMU HARUS MENOLONG KU!! ATAU KAMU AKAN MENJADI TEMAN KU UNTUK SELAMA NYA!!!" **** Ayana terbangun dari tidur nya karena mendengar teriakan Jenar yang tidur disamping nya. Ditatap nya Jenar yang masih memejamkan mata nya itu dengan peluh yang memenuhi wajah, serta mulut yang meracau. "Enggak.. Jauhi gue, pergii!!!" Begitulah kira nya yang Ayana dengar, tidur sahabat nya itu pun makin terlihat gelisah dan gusar. Ayana yang melihat hal itu pun mengetahui bahwa Jenar sedang bermimpi buruk, lalu kemudian dengan segera Ayana membangunkan Jenar dari tidur buruk nya. "Ra, bangun.." ujar nya dengan pelan sembari menggoyangkan tubuh Jenar. Namun seperti nya hal itu tidak berhasil dan Jenar semakin gelisah dalam tidurnya. Hal itu tentu saja membuat Ayana ketakutan. Dengan cepat, Ayana kembali membangunkan Jenar dengan suara serta menggoyangkan tubuh Jenar dengan keras. "Ara bangunnn!!" Berhasil, Jenar terbangun dengan napas yang ter-engah engah, sorot mata nya terlihat sangat ketakutan. Jenar memperhatikan sekeliling nya dengan rasa takut yang besar. "Dimana?? Apa penari itu sudah pergi?" tanya nya dengan tergesa kepada Ayana yang sedang menatap nya bingung. "Siapa, Ra?" "Hantu penari, dia.. Dia memaksa ku untuk membantu nya" jelas Jenar dengan tangisan nya. Ayana yang tidak tega melihat sahabat nya itu pun segera membawa Jenar masuk kedalam pelukan nya. Memberikan ketenangan dan rasa aman untuk sahabat nya. "Tidak ada siapa-siapa, Ra. Kamu aman" Jenar menggelengkan kepala nya, masih dengan tangis serta wajah yang ketakutan, ia melepaskan pelukan itu dan menatap wajah sahabatnya. "Na.. ada apa sama gue?!!! kenapa gue bisa melihat maklum yang menyeramkan seperti penari itu!" ungkapnya dengan tangis yang memilukan. Ayana yang melihat sekaligus mendengar ucapan Jenar pun, seketika ikut meneteskan air mata nya. Ayana baru kali ini melihat Jenar menangis dengan sangat memilukan. Bukan hanya itu, rasa ketakutan yang sangat besar pun terpancar jelas dari dalam diri Jenar. Ayana menatap Jenar dengan tangis yang makin menjadi, dirinya teringat tentang harapan nya pada hari ulang tahun Jenar. Kalian ingat apa harapan Ayana? gadis itu dengan bercanda menginginkan kalau Jenar dalam melihat hantu atau makhluk tidak kasat mata, karena ketidakpercayaan gadis itu terhadap yang tidak terlihat. Dan Ayana sama sekali tidak menyangka kalau harapan nya itu terkabulkan dengan cepat. "Maafin gue, Ra" ujar Ayana dengan segera membawa kembali Jenar kedalam pelukan nya. Mereka menangis bersama dengan pikiran mereka masing masing. "Gue janji akan ngejaga diri lu dari hantu penari itu"
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD