"Ternyata kalian disini?" tanya Diego. Dia berjalan menghampiri Giandra dan Angel.
"Diego, kenapa kamu disini?" tanya Giandra.
"Harusnya aku yang tanya pada kalian berdua. Kalian kenapa berduaan disini. Kalian berdua pacaran?" tanya Diego, dia mulai menggoda Angel dan Giandra. Menatap ke arah mereka bergantian.
"Tapi, tidak maslahat jika kalian pacaran. Aku mendukung kalian." lanjut Diego.
"Tapi, sayang sekali. Aku belum mendapatkan wanita yang tulus denganku. Aku ingin pacaran seperti kakian terlihat romantis." humam Diego. Laki-laki itu tidak berhenti terus berbicara. Dia membawa makanannya di atas meja, meletakkan di sana.
"Kamu sama siapa disini?" tanya Giandra.
"Kamu gak suka aku gabung disini?" tanya Diego.
"Tidak masalah!" saut Angel. Dia melirik ke arah Giandra.
"Tapi, perlu di penjelas lagi. Jangan mengira jika aku dan dia pacaran. Aku sama sekali tidak tertarik dengannya. Kita juga baru beberapa kali bertemu. Tidak mungkin aku bisa dengan mudahnya jatuh cinta dengannya. Aku juga tidak tertarik dengan cinta. Hatiku masih terasa mati." ucap Giandra.
"Mati kenapa?" tanya Giandra.
"Apa aku boleh mengobatinya," seketika ucapan Giandra membuat Angel terdiam. Dia menoleh menatap lekat kedua mata Giandra. Dan, ucapan Giandra terdengar sampai ke telinga Bianca. Dia mendengar semuanya. Bianca terdiam, dia menatap ke arah mereka semua. Bianca menarik napasnya dalam-dalam. Dia mencoba untuk tetap tenang.
"Kamu gak papa, kan?" tanya Giandra lagi.
"Apa yang kamu katakan, sudah aku bilang aku tidak tertarik dengan jamu. Dan, Maaf saja aku menolaknya." tegas Angel. Dia memutar matanya malas. Kedua mata itu tertuju pada Bianca yang berdiri tak jauh dari mereka.
"Bianca!" teriak Angel.
Bianca tersenyum tipis. Dia mulai melanjutkan langkahnya. Tanpa pedulikan rasa sakit hatinya lagi.
"Aku sudah pesan makanan, nanti pelayan akan datang. Kita tunggu saja." ucap Bianca. Dia menarik salah satu kursi yang kosong di samping Angel. Dan, segera beranjak duduk. Keningnya berkerut seketika Saat dia merasa tidak asing pada orang yang sekarang berada di sampingnya.
Bianca menoleh cepat. Kedua mata itu mulai melotot tajam untuk kesekian kalinya. Dan, Diego hanya tersenyum tipis padanya.
"Diego? Ish.. Kenapa kamu lagi dan lagi. Astaga, nanti aku juga pemotretan denganmu. Apa kamu mau seharian denganku." kesal Bianca.
"Aku maunya begitu." jawab Diego tanpa bersalah sama sekali.
"Ogah!" kesal Bianca.
"Sudahlah! Bianca, jangan bertengkar terus. Lagian kita bisa makan bersama disini. Aku tidak mau banyak orang yang mengira jika aku dan Giandra pacaran. Jika seperti ini. Kita juga jauh dari gosip pacaran. Pasti mereka mengira jika kita hanya berteman." jelas Angel. Bianca melirik ke arah Angel. Dia menghela napasnya, perasaannya perlahan mulai tenang.
"Baiklah, ini semua juga karena kamu. Jika kamu tidak meminta aku untuk membiarkan dia makan disini. Aku sudah mengusirnya dari tadi." kesal Bianca. Dia menguntupkan bibirnya. Melipat kedua tangannya, dia menarik kursinya duduk lebih dekat dengan Angel. Dia membelakangi Diego yang berada di sampingnya.
"Jangan dekat-dekat denganku. Aku tidak mau ada gosip lagi tentang aku dan kamu."
"Gosip yang beredar tadi pagi?" tanya Giandra.
"Aku sudah melihat beritanya. Tapi kalian benar-benar cocok." ucap Giandra.
"Cocok? Aku sama dia? Oh, tidak, tidak!" kata Angel.
**
Setelah lama bertengkar satu sama lain di restoran. Dan, bahkan mereka juga sudah makan bersama. Tepat hari menjelang sore. Mereka melakukan perjalan menuju ke pemotretan selanjutnya. Bianca satu mobil dengan Diego dan berbagai crew lainya. Dia harus duduk tepat di sampingnya. Mereka segera melakukan pemotretan selanjutnya. Di sebuah taman yang terkenal di kota. Pemotretan kali ini memang sengaja mengatur dengan masyarakat.
Bianca yang kelelahan dia memejamkan matanya. Tanpa memperdulikan siapa yang ada di sampingnya. Bianca yang semula tidak mau menyandarkan kepalanya. Perlahan kepala itu mencari sandarannya. Kepala Bianca menyandar di pundak Diego.
Laki-laki itu terdiam, melirik ke samping. Melihat Bianca begitu nyenyaknya saat tertidur. "Sepertinya dia kecapean." kata Giandra. Dia memberi lembut rambut Bianca. Dengan penuh keraguan. Diego memberikan kecupan lembut di ujung kepala Bianca.
Pemotretan kedua. Angel tidak ikut dengan Bianca. Dia sudah janji untuk pergi bersama Giandra. Dan, Bianca menginginkannya untuk pulang lebih dulu. Lagian pemotretan nanti pasti sampai tengah malam. Dia merasa kasihan dengan Angel, temannya itu.
Meski tidak rela membiarkan Angel berduaan terus dengan Giandra. Tapi, dia masih punya pekerjaan yang harus diselesaikan segera. Kenapa aku harus berdua dengan laki-laki nyebelin yang sekarang bersama dengannya seharian.
Hingga sampai di tempat tujuan. Sebuah taman yang sudah disusun setali mungkin untuk pemotretan. Dan, orang sewaan sudah berada di sana. Hari ini mereka melakukan pemotretan dan mereka vidio pendek untuk iklan tersebut.
Semua crew sudah beranjak turun. Hanya ada Diego dan Bianca yang ada di dalam mobil itu. Diego berusaha menepuk lengan tangan Bianca pelan. Tetap saja wanita itu Belum juga membuka matanya.
"Bianca, sudah sampai." ucap Diego.
"Em.. Iya.." Bianca mengerutkan wajahnya. Kedua mata itu masih terpejam. Kedua matanya.
"Oo.. Sudah sampai." ucap Bianca dengan nada napasnya.
"Ayo, cepat turun." ucap Diego.
"Bentar!" Bianca duduk, menarik kedua tangannya ke atas. Merenggangkan otot tubuhnya yang terasa kaku.
"Aku mau semakin ganti baju. Kami kekuar saja dulu." ucap Bianca. Entah sejak kapan mereka jadi lebih dekat tidak seperti tikus dan kucing yang sama sekali tidak pernah akur.
"Baiklah, aku tunggu kamu di luar." ucap Diego.
"Iya, buruan keluar!" ucap Bianca.
Diego segera beranjak keluar dari mobil itu. Sementara Bianca dia mencari kopernya. Mengambil baju ganti untuk pemotretan hari ini. Kali ini dirinya harus menyiapkan semuanya sendiri. Apalagi Angel sekarang sibuk dengan Giandra. Dia memang sengaja membiarkan Angel pulang lebih dulu. Setidaknya Angel bisa dekat dengan laki-laki meski harus laki-laki yang membuat dirinya juga tertarik.
Setelah melihat tidak ada orang di depan mobil. Bianca segera ganti baju di dalam mobil.
"Bianca.." panggil Diego. Alice yang berada di dalam mendengar dalam suara Diego.
"Bianca.. " Diego hang panik Bianca tidak juga muncul. Dia membuka mobilnya uang ternyata tidak di kunci. "Kenapa tidak di kunci. Apa dia sudah keluar?" Diego mulai curiga. Tanpa tahu Alice berada di belakang. Sedang sibuk mencari ju yang cocok untuknya.
"Bianca, di luar ada wartawan. Kamu ke luar atau tidak. Bianca!" ucap Diego tidak hentinya dia terus memanggil Bianca.
"Ada apa?" tanya Bianca.
Diego melangkah kakinya ke belakang mobil. Mobil itu terlihat mewah dan besar sedikit panjang. Bisa muat untuk beberapa orang. Bianca berada di paling belakang.
"Kamu dimana?" tanya Diego.
"Kau masih ganti baju, kenapa kamu masuk. Di luar ada wartawan. Dia menunggu kamu."
"Apa?" Bianca seketika terdiam.
"Bianca, Tuan Diego. Kalian ada di dalam." Diego segera melompat dari kok belakang. Dia bersembunyi di belakang. Smenetara Bianca masih diam menutupi tubuhnya. Kedua mata Diego melebar seketika saat dia melihat tanpa belaian di tubuh Bianca.
"Apa yang kamu lihat. Tutup mata. Ja.." ucapan Bianca terhenti. Saat telapak tangan Diego menutup bibirnya. Dia mendorong tubuh Bianca, hingga berbaring di belakang. Bianca berusaha melepaskan tangan Diego. Tetap saja tidak bisa.
"Sstt.. Ada wartawan. Dia mereka pasti mengintip dari balik kaca. Jadi Diamlah! Jangan bergerak." ucap Diego. Alice terdiam seketika. Saat dia merasa ada yang aneh dengan dirinya. Kedua mata mereka saling bertemu. Kata Diego perlahan turun ke bawah. Dia melihat jelas apa yang ada di depannya. Sementara Bianca hanya diam, menatap kedua mata Diego sangat lekat. Napas mereka saling beradu satu sama lain. Diego mendekatkan wajahnya.
"Kemana Bianca dan tuan muda. Bukanya dia ada di sekitar sini."
"Iya, tapi sepertinya mereka sudah pergi."
"Di belakang juga tidak ada."
"Kemana mereka?"
"Aku juga tidak tahu."
"Kita harus dapatkan berita tentang mereka. Kita pastikan jika mereka kencang.
"Diego duduk di atas kedua paha Bianca. Perlahan dia mulai mendekatinya lagi. Napas mereka saling beradu. Bianca seolah melupakan jika dirinya belum juga memakai bajunya. Diego memegang dagu Bianca. Menariknya sedikit ke atas.
Diego memberikan kecupan di bibir. Dia hanya diam, memaksa kecupan yang entah sejak kapan dia bisa membalas kecupan itu. Tubuhnya bahkan tidak menolaknya.
"Kalian di dalam?" suara itu seketika mengejutkan diego. Dia melepaskan kecupannya. "Kamu disini saja dulu."
Diego, mengambilkan satu baju untuk Bianca. "Pakailah ini, cocok untuk kamu."
"Iya, aku disini. Aku masih cari sesuatu. Tadi pelindung kesini. Tapi entah kenapa jadi hilang. Belum ketemu juga." ucap Diego.
"Apa perlu aku bantu cari?"
"Udah! Udah, gak perlu. Ini Aku udah ketemu." ucap Diego. Dia segera beranjak dari belakang. Dan, berjalan menuju ke depan.
"Oh, ya! Kamu sudah tahu dimana Bianca."
"Sepertinya dia beli cemilan di depan. Katanya dia lapar." Diego mencoba mencari alasan.
"Oh, tolong segera hubungi dia. Pemotretan akan segera dimulai Wartawan juga sudah aku minta pergi. Jadi jangan sampai dia terlambat."
"Oke, tenang saja dia tidak akan terlambat."
"Aku pergi dulu!"
Setelah melihat salah satu Crew itu pergi. Diego kembali masuk ke dalam. Di melihat Bianca yang sudah mau keluar dari sana.
"Eh.. Kamu mau kemana?" tanya Diego. menarik tangan Bianca. Hingga tubuhnya terjatuh dan duduk di pengakuannya.
"Jangan pergi dulu, bukannya tadi belum selesai." ucap Diego menggoda.
"Apa yang belum selesai?"
"Tadi.."
"Bukanya kamu sudah dengar tadi. Pemotretan akan segera di mulai. Dan, jika kamu terus menggodaku. Aku tidak akan tinggal. Diam bisa aku patahkan sekalian kedua tanganmu." ancam Bianca, dia menginjak sangat keras kaki Diego.
"Aw--" Diego berteriak sangat keras.
"Eh.. Tapi, aku sudah melihatnya." ucap Diego.
"Anggap saja itu bonus. Asal tidak ada wartawan tidak akan pernah ada muncul gosip." jawab Bianca. Dia melangkahkan kakinya keluar dari sana. "Eh.. Tunggu!" teriak Diego.
"Kamu mau kemana?" tanya Diego. Dia berjalan di belakang Bianca. Terus saja laki-laki itu mengikuti setiap langkahnya.
"Tapi, tubuhmu seksi juga ya. Dan, bagian itu. Hem.. Membuat pikiranku jadi kotor." ucap Diego tidak berhentinya terus berbicara. Seketika Bianca menghentikan langkahnya. Menatap tajam ke arah Diego.
"Bisa diam tidak?" kesal Bianca.
"Emm.. Beri aku satu kecupan lagi serta tadi. Aku akan diam!" ucap Diego. Sembari menarik turunkan alisnya. Tersenyum menggoda.
"Hilangkan pikiran kotornya itu. Kamu kain masuk gitu aja. Dan, wartawan sialan tadi yang membuat kita terjebak di dalam." kesal Bianca
"Tapi bukannya kamu senang. Lagian kamu juga menikmati itu. Tidak ada salahnya jika kita melanjutkan lagi hal tadi. Nanti, aku akan datang ke apartemen kamu, aku bisa temani kamu tidur atau mandi " Diego tidak berhentinya terus menggoda. Setelah berbicara, dia segera berjalan cepat meninggalkan Bianca.
"Dasar viktor. Awas saja dia bernai macam-macam lagi."
"Kamu mau, kan? Aku tunggu kamu di apartemenku atau aku ke apartemen kamu." teriak Diego semakin membuat Bianca emosi.