Setelah kejadian kemarin. Sekarang dirinya berada dalam perangkap Deigo. Dia Tidak melepaskannya. Membaut Bianca harus memberikan manajernya kesempatan berdua. Dia bilang pada manajernya agar tidak ada media yang lihat jika mereka pergi berdua.
"Kamu di rumah sendiri?" tanya Diego. Melirik sekelilingnya. Dia Tidak berhenti terus menggoda Bianca. Apalagi saat Bianca sudah terlihat mulai ada rasa dengannya dari sifatnya. Dia bahkan terlihat begitu posesif dengannya. Membaut Dia tidak bisa apa-apa lagi. Bianca juga merasa dirinya tidak bisa terus seperi ini. Dia ingin menemukan laki-laki yang tepat bersama dengan siapa nantinya.
Diego berhasil masuk ke dalam apartemen Bianca. Sementara Angel sedang keluar dengan Giandra. Entah kemana!
Diego menarik tubuh Bianca masuk ke dalam palukannya. Baru datang dia melayangkan sebuah bibir mendarat tepat di bibirnya. Kedua jata Bianca seketika terbuka dengan sangat sempurna.
"Lepaskan, apa yang kamu lakukan,"Ucap Bianca terus meronta, memukul d**a bidang Deigo berkali-kali dengan kedua tangannya.
Deigo melepaskan ciumannya. "Kenapa kamu memukulku syang? Bukannya kamu menikmati? Lagian ciumanku sangat lembut, aku tidak melakukan kasar dengan bibir mungilmu ini" ucap Deigo , menyantuh bibir mungil Bianca, menatap matanya, dengan tatapan menggoda.
"Lepaskan tangamu dari bibirku" Bianca menepis tangan Deigo dari bibirnya. "Dasar otak kotor."
"Tapi bukannya aku masuk kamu menikmatinya kan?" goda Deigo menarik alisnya dengan pandangan menggoda.
Bianca berdengus kesal, membuka pintu mobil, mencoba keluar tak menghiraukan ucapan Deigo lagi. Namun langkahnya terhenti. Deigo memegang pergelangan tangan Bianca, mencegahnya pergi.
"Bentar!" ucap Deigo. Ia mendekatkan tubuhnya, mengangkat pelan tangannya, mencoba mengambil sesuatu di poni rambut Bianca.
Bianca hanya diam, menatap wajah tampan Deigo dari dekat. Matanya tak berhenti menatap, dan jantungnya sudah tidak bisa di kontrol lagi. Rasa sesak mulia terasa, gugup, takut, ragu jadi satu dalam tumpukan rasa khawatir yang mengganggunya, saat menatap mata bulatnya. Bianca mengira jila Deigo akan memciumnya lagi.
"Ada yang menyelip di rambut kamu"ucap Deigo, Bianca seketika menarik napasnya lega, bibirnya tak harus berhadapan lagi dengan bibir Deogl.
"Oo.." ucap Bianca jutek, memegang dadanya yang terus berdebar dari tadi.
"Kenapa kamu diam? Jadi gimana jadi mau makan gak?" tanya Deigo, menarik alisnya ke atas.
"Iya"gumam Bianca, menundukkan kepalanya malu.
Bianca bergumam dalam hatinya. "Bianca kenapa lo b**o banget sih, kenapa lo mikirin hal bodoh, lagian kenapa itak ku jadi pberpikir kotor gini, gara-gara dia cium aku tadi. Otakku ikut gak beres sama seperti dia. Jangan sampai kamu jatuh cinta dengannya, lelaki otak m***m, nyebelin dan selalu bikin ulah."
Deigo segera turun lebih dulu, dan membuka pintu mobilnya. Mengulurka tangannya ke arah Bianca, dengan tangan kiri ke belang pinggungnya, mempersilahkan Bianca untuk keluar seperti sorang putri yang keluar dari kereta kencannya.
"Silahkan tuan putri Bianca" gumam Deigo dengan senyum lepas dari bibirnya, tak seperti Deigo yang biasanya. "Tumben banget kamu baik, pasti ada maunya ya?" tanya Bianca, menatap aneh pada Deigo
"Gak ada kok" ucap Deigo. "Aku hanya mau kamu temani aku makan"gumam Diego, mengulurkan tangan ke arah Bianca.
"Kamu yakin hanya makan. Bukanya kemarin sudah,"
"Itu kemarin! Sekarang berbeda." ucap Diego.
"Apa yang berbeda?" tanya Diego.
"Sudah, ayo ikut pergi!" ucap Diego.
"Tapi kerjaanku?"
"Bukanya sudah aku minta tidak boleh bekerja."
"Tapi,"
"Sudah, ayo!"
"Pegang tanganku"ucap Deigo.
"Buat apa aku bisa jalan sendiri"ucap Bianca, merasa kesal dengan jawaban Bianca Deigo memegang tangan Bianca, memasukan jarinya ke dalam sela-sela jari Bianca, dan menggenggamnya erat. Berjalan ringan masuk ke dalam restauran mewah dengan pemandangan pantai secara langsung. Menjulang luas di depannya. "Sekarang kamu tidak bisa lepas dariku"ucap Deigo, menarik alisnya ke atas dengan kedipan menggoda.
"Ikuti setiap langkah kakiku, aku akan menuntunmu masuk ke dalam dunia baru, dunia kita berdua. Di balik pemandangan indah pantai"ucap Deigo, melirik dengan senyum samar menatap ke arah Bianca yang hanya diam di sampingnya.
Mata Bianca menatap ke depan, ia tidak menyangka apa yang ada di depannya. Sebuah pemandangan pantai yang indah dan tak lupa yang di persiapkan Deigo sebelumnya, sebuah meja dengan hiasan kecil dan alunan musik biola di sampingnya.
"Ini semua kamu yang siapkan?" tanya Bianca, menutup mulutnya terkejut dengan apa yang Bianca lakukan.
"Iya, aku hanya ingin ajak istri aku sekali-sekali makan di tempat seperti ini, meski hanya istri pura-puraku." gumam Deigo, menarik salah satu kursi ke belakang, mempersilahkan Bianca untuk duduk lebih dulu.
"Kamu duduk dulu, aku akan panggilkan seseorang untuk bawa semua makanan yang sudah aku pesan" ucap Deigo, memegang pundak Bianca dari belakang.
"Baiklah,"gumam Bianca, meski ia tidak tahu apa rencanaya. Setidaknya sekarang bisa makan lebih dulu, apalagi makan gratis, rejeki gak boleh di tolak.
Plokk... Plookk... Ploookk..
Sebuah tepuk tangan 3x tanda Deigo memanggil beberapa pelayan untuk datang membawa semua makanan yang ia pesan. Hingga semua datang dengan berbagai makanan yang Deigo pesankan sebelumnya.
"Kamu suka gak dengan suasana seperti ini?" tanya Diego, menatap dekat ke samping, dengan ke dua tangan memegang bahu Bianca.
"Maksud kamu?" tanya Bianca yang masih terlihat syok, ia tidak menyangka jika Deigo seromantis ini. lelaki yang ia nyebelin, otak kotornya, bisa berbuat seperti ini. Dan ini hal yang tidak terduga bagi Bianca dapat perlakuan seperti ini dari seorang lelaki. Bahkan ia belum pernah merasakan rasa bangga dan senang yang membuat hatinya berbunga-bunga.
Para pelayan restauran yang di panggil Devid, meletakkan 2 piring makanan Dan makanan penutup serta minuman ke meja mereka.
"Silahkan tuan"ucap pelayan itu.
"Iya, makasih kalian boleh pergi, jika aku butuh kalian lagi aku akan panggil"gumam Deogo, melangkahkan kakinya duduk di depan Bianca.
"Baik tuan"ucap para pelayan itu dan segera pergi dari hadapan Diego.
"Lihat pemandangan laut di sana" ucap Deigo.
"Emangnya kenapa?" tanya Bianca. Menatap ke arah laut dari lantai atas restaurant tersebut, bahkan terlihat sangat jelas luasnya laut di depannya.
"Sangat luas, seperti luasnya rasa penasaranku denganmu, sebuah cinta yang entah sekarang bersembunyi di mana"gumam Devid, membuat Salsa seketika menoleh ke arahnya, menatap bingung ke arahnya.
"Apa kamu sadar?" tanya Salsa ragu-ragu.
"Sadar-lah emangnya aku kenapa gak sadar?" tanya Devid. hanya diam, ia mencoba cek suhu dahi, leher dan pipi Deigk. Tidak apa-apa, tidak demam juga, tapi kenapa hari ini dia Neh banget denganku, dia sepertinya mau memanfaatkan aku, atau ada rencana lain darinya, dalam hati Bianca terus bergumam.
Deigo memegang tangan Salsa yang menyantuh pipinya, mendekatkan wajahnya ke wjaha Binaca.
"Kamu berani menyentuhku ternyata" ucap Bianca dengan kedipan menggoda.
"Siapa, aku hanya cek suku tubuh kamu"cap Bianca mencoba mengelak.
"Bilang saja kalau kamu mau menggodaku kan?" tanya Diego, menarik alisnya.
"Enggak banget aku goda kamu, kayak gak ada lelaki lain saja di dunia ini,
" ucap Bianca. "Hari ini kamu aneh, aku kira kamu sakit"ucap Salsa, ia kembali menatap makanan yang sudah berbicara ingin di habiskan habis olehnya.
"Aku ingin memperbaiki hubungan kita, chemistri kita, agar nanti di depan ornag tua ku kamu bisa berakting lebih baik lagi. Ia menginginkan jika keluarganya tidak curiga dengan apa yang mereka janjikan sebelumnya.
Bianca menatap ke arah Deigo, ia mengira jika Deigo sangat tulus, ternyata salah, Bianca berdengus kesal. "Jadi kamu hanya memanfaatkan aku begitu saja"gumam Bianca menatap ke arah Deigo.
"Gak siapa yang manfaatkan kamu, bukannya hubungan kita saling menguntungkan. Kamu bisa dapat uang dariku, untuk membawa semua hutang ibu kamu, dan kamu tinggal ikuti apa permainanku"gumam Deigo.