Pagi-pagi sekali Bunga terbangun oleh suara alarm dari ponselnya sendiri yang berada di entah di mana. Bunyi nyaring itu membuat Bunga yang masih begitu sulit membuka mata terpaksa harus bangkit karena suaranya berisik sekali.
“Astaga kenapa berisik sekaliiiii....”Keluhnya bangkit dari sofa lalu mencari keberadaan ponselnya.
Kemudian betapa terkejutnya gadis itu saat melihat ponselnya ada di samping seseorang yang tidur di sofa lain itu, tergeletak nyaris jatuh mungkin karena getaran yang di timbulkan dari benda pipih itu sendiri.
“YA TUHAN!”
Bunga membuka matanya lebar saat menyadari ada Andreas di sana.
Bunga langsung cepat meraih ponsel itu dan cepat mematikannya, entah bagaimana benda itu ada di sana lalu semua barang di sana berantakan sekali, entah apa yang terjadi.
Bunga ingat dia pulang ke apartemen tapi dia tidak ingat apa yang terjadi kemudian seingat Bunga dia mengantuk sekali.
“Aww!” Teriak Bunga pelan merasakan kakinya perih. Apa lagi ini? Dimana kepalanya masih sakit, rasanya masih mual karena dia yang tidak pernah minum alkohol berlagak bisa minum. “Luka apa ini?” Angkat Bunga kakinya lalu dia lihat ada plaster yang melekat di kakinya yang terasa sakit itu. Sungguh Bunga sama sekali tidak Inga tentang ini.
Bunga menerka-nerka apa yang terjadi antara ada kakinya. “Aku kesandung sesuatu? Atau aku menginjak sesuatu? Oh Tuhan tidak terjadi apapun kan semalam?” Bunga memijati pangkal hidungnya, dia sama sekali tidak mengingat apapun selain hampir jatuh di depan lift karena sempoyongan dan ngantuk berat.
Saat memijat pangkal hidungnya itu Bunga kembali di kejutkan lagi akan sesuatu hal, salah satu jemari manisnya terikat sebuah tali dari plastik yang di bentuk pita. Lagi-lagi Bunga tidak mengingat apa itu bagaimana bisa pita ini ada di jemarinya siapa yang membuatnya apakah Dewi dan Luna yang melakukan ini karena dia tidak sadar.
“Tuhan ada apa ini? Apa yang terjadi saat aku tidak sadarkan diri.”
Kepala Bunga benar-benar ingin meledak rasanya namun tidak terus bertanya-tanya sendiri dia hanya akan memperlambat waktu. Aktivitasnya yang panjang menanti di depan sana, Bunga lantas meninggalkan kebingungannya untuk bergegas mandi dan bersiap berangkat kerja.
Namun di sepanjang aktivitasnya dia terus menerka-nerka apa yang terjadi dan kapan Andreas ada di tempat yang sama dengannya. Bunga meraba dirinya, dia berpaka lengkap sepertinya tidak terjadi apapun semalam, dia harap itu benar adanya dan mabukanya tidak di manfaatnya Andreas.
Bunga sedang begitu sibuk saat ini seperti yang Andreas katakan Bunga si pekerja kerasa dan multitasking, selain dia menyiapkan dirinya sendiri Bunga juga menyiapkan semua keperluan Andreas, mulai dari menyetrika pakaikan, menyiapkan sarapan laki-laki itu dan segala perlengkapannya yang lain. Bunga mondar-mandir dari kamar ke dapur untuk berdandan dan memasak sarapan untuk Andreas. Tidak hanya itu dia juga sempat membersihkan unit mereka dan akhirnya tahu penyebab kakinya sakit sepertinya karena pecahan Vas Bunga di sana.
Bunga sejenak berhenti kembali melihat pada kakinya saat menggerakan vacum membersihkan kaca-kaca itu di sana, “Andreas?” Tebak Bunga seseorang yang menempelkan plaster luka di kakinya.
Ini bukan pertama kali sebenarnya Andreas memang seorang yang perhatian walaupun begitu terlihat acuh dan dingin, Andreas beberapakali membelikan Bunga obat saat gadis itu sakit, walaupun dia hanya meletakkannya di atas meja tidak memberikan langsung.
Andreas juga sering memesankan Bunga makanan atau minuman saat Bunga sedang sibuk di kantor walaupun, Andreas juga sering menawarkan Bunga hadiah saat laki-laki itu menghadiahi ibunya. Bunga beberapa kali di minta memilihnya sendiri saat menemani Andreas membeli hadiah untuk mamanya. Masih banyak lagi kepedulian pria itu walaupun dia lakukan tidak secara langsung dan sikapnya selalu acuh dan dingin.
Tepat pukul enam, Bunga sudah selesai dengan semua aktivitasnya, dia akan bergegas pergi sebelum Andreas bangun. Pria itu tidak suka di bangunkan kecuali oleh alarmnya sendiri, seperti itulah Andreas jangan ada yang mengusik waktu istirahat atau tidurnya moodnya cepat sekaligus berubah.
Bunga memaklumi itu sebab Andreas begitu sibuk saat bekerja jadi saat beristirahat dia ingin benar-benar waktu istirahat di manfaatkan secara tepat.
Sebelum berangkat Bunga memeriksa kembali jadwal Andreas hari ini, lalu memeriksa kembali semua hal mengenai Bosnya itu, Andreas wajib minum sejumlah air di jam-jam yang sudah di tentukan, lalu makan makanan berprotein tinggi dan wajib berolah raga walaupun hanya berjalan di atas treadmill selama sepuluh menit.
Semuau harus bersih tidak ada noda bahkan rambut yang jatuh mengotori toiletnya Bunga akan di pertanyaan akan itu.
***
Tepat pukul dua belas siang meeting bulanan yang biasa di selenggarakan di akhir bulan selesai, ruangan meeting sudah kosong tersisa Bunga sendiri mengemasi barang-barang milik Andreas di sana untuk segera kembali ke ruangannya lalu pergi beristirahat. Tidak ada yang berbeda seperti hari-hari biasanya dan yang paling penting kali ini berjalan lancar tanpa ada masalah atau kendala apapun, karena Bunga terlalu tidak ada tenaga untuk di omeli oleh Andreas dia sudah terlalu pusing beberapa hari ini.
Gadis dengan pakaian formalnya stelan blazer abu dan celana panjang warna senada berjalan pergi dari ruangan itu untuk segera naik ke lantai tempat ruangannya berada.
Dia melewati banyak sekali ruangan-ruangan karyawan dari berbagai macam divisi, sebagian orang dia sudah kenal namun tidak terlalu banyak sebab Bunga orang yang suka menutup diri tidak suka menonjolkan diri, yang padahal semua orang hampir mengenali dia, siapa yang tidak kenal Bunga sekretaris dari Andreas seorang CEO di gedung A bahkan pesonanya di kenali hingga di gedung B tempat Dewi sang sahabat bekerja itu.
Sepanjang jalan di koridor menuju lift Bunga merasa setiap orang menatapi dia, lalu mulai berbisik, apa sih yang aneh? Bathin Bunga, Lalu Bunga mendengarkan selentingan nama Andreas di sebut.
Ya, Bukan hal yang aneh lagi dia sering mendapatkan pandangan yang aneh, tapi kali ini sepertinya berbeda mereka terlihat serius sekali dan berkali-kali nama Andreas di sebut namun Bunga tidak mengerti dia terus saja berjalan.
Hingga akhirnya Bunga masuk ke dalam lift, ponsel Bunga berdering itu adalah panggilan dari Dewi, “Hey Dew, sepertinya ngga turun deh, aku mau makan di kantin atas aja.”
“Yah, ngga asik banget sih Bunga! Padahal aku mau ajak pergi massage di dekat mall ngga jauh dari gedung B, sekalian mau ngereview rumor yang lagi panasssss banget! Ini akurat tau ngg.”Ucap Dewi begitu antusiasnya.
Bunga menarik nafasnya lelah. “Pijat di jam kerja? What?”
“SSSSsssstt sesekali, Pak Sandy tadi pamit pulang setelah meeting, kamu juga kalo telat dikit pak Andreas aman-aman aja pasti...”
“Dewi sorry ... “
“Bunga please ayolah!”
“Ah sorry Dewi udah dulu ya aku di panggil pak Andreas!” kata Bunga berbohong segera mengakhiri panggilannya. “Aneh banget sih terus kalo ngga ada bos, kamu bisa suka-suka gitu?”
Prinsip Bunga saat di tempat kerja dia akan berusaha bekerja dengan baik, mencoba mengesampingkan hal-hal yang tidak ada hubungannya dengan pekerjaan, dia selalu berusaha memberikan kinerja terbaiknya saat bekerja. Walaupun kadang manusiawi dia pernah berada di titik jenuh, namun dia tetap tidak akan memilih bermain-main di sana, dia lebih baik melakukan cuti atau libur saja.
Bunga merapikan pakaikan saat aku masuk ke ruangan yang dia tempati bersama Andreas itu, seperti biasa jika sudah di tempat kerja dia dan Andreas akan kembali formal layaknya bos dan karyawan biasa. Tidak pernah ada pembahasan apapun di sana mengenai apa saja yang terjadi di apartemen mereka.
Bunga menempelkan kartunya yang bergantung di leher lalu segera masuk, sesaat Bunga membeku saat melihat di dalam ada orang yang berdebat nyaris seperti percekcokan yang sengit.
Itu adalah Sandy dan Andreas, keduanya tampak sama-sama memanas, Sandy adalah pimpinan di gedung B dan merupakan om-nya Andreas ternyata sang Bos yang Dewi katakan izin pulang tidak benar pulang melainkan menemui Andreas keponakannya.
Bersamaan dengan Bunga yang masuk Sandy sepertinya baru saja menghantam wajah Andreas lalu pria itu mengudarakan teriakan 'Kamu bikin malu keluarga! saya sebagai pengganti ayah kamu malu!'
keduanya pria itu terdiam saat melihat Bunga yang datang lalu di sana Andreas mengusap pipinya pergi meninggalkan Sandy.
"Andreas berhenti!"
Andreas menarik tubuh Bunga yang masih mematung itu lalu membawanya pergi dari sana. Bunga ikut saja di bawa pergi sungguh dia tidak mengerti apa yang terjadi saat ini.