6 Pilihan terbaik?

1607 Words
“Pergilah ke toko Diamond yang biasa, pilihkan 2 buah cincin untuk mama saya.” Bisik Andreas di telinga Bunga lalu mendorongnya keluar dari pintu membuat Bunga terkejut, kemudian pria itu masuk ke dalam ruangannya lagi. "What?" Bunga terkejut dia pikir Andreas akan mengajaknya pergi keluar bersama meninggalkan Pak Sandy di dalam sana ternyata bukan seperti itu. Bunga di depan pintu itu masih terpatri kebingungan dengan apa yang terjadi sebenarnyq, sepertinya keadaan di dalam begitu serius pertengkaran tengah terjadi bibir Andreas tampak lebam di hantam pamannya itu. Rasa khawatir menjalari d**a gadis itu dia bertanya sendiri ada apa sebenarnya? Kenapa bisa seperti ini aap yang Andreas lakukan hingga membuat pamannya seperti itu? Apa yang bisa Bunga bantu? “Huh!” Bunga gelisah sekali, seperti ini yang di sebut urusan keluarga? Apa yang telah Andreas perbuat hingga memancing kemurkaan pamannya itu. Soal membeli cincin hadiah untuk mamanya ini Bungat tahu hanya peralihan agar Bunga pergi dari sana, Bunga paham itu tapi untuk apa menutupi dari dia? Ini tidak ada hubungannya dengan dirinya bukan? Masih saja pertanyaan-pertanyaan itu berputar di kepala Bunga sampai akhirnya setelah beberapa menit berdiri dan menerka di depan pintu itu Bunga pun pergi dari sana. Suasana di ruangan Andreas semakin memanas sang paman yang di panggil Andreas Om Sandy itu tidak lagi bisa berbicara dengan nada tentang sepertinya kesabarannya sudah hilang. "Om pergilah!" "Kau pikir aku mau datang jika bukan karena kakek dan keluarga? Apa kau tau dampak yang kau lakukan! Tau! Keluarga Fanaya merasa terhina, mereka merasa tidak di hargai, nama baik mereka merasa di coreng bagaimana bisa seorang laki-laki calon pasangan putri mereka hilang saat acara?” “Fanaya sudah tau ini akan terjadi, saya sudah bilang jangan membuat sebuah acara meriah, apa lagi di hotel berbintang dan menyebarkan undangan. Tidak bisakah hanya kekeluargaan saja? Acara itu di sudah di luar perencanaan, saya pergi bukan tanpa kabar Fanaya tahu itu.” “Gampang sekali kau berbicara? kau pikir kau siapa? Di mana pikiranmu! Kenapa kau sangat angkuh!” “Saya hanya sedang mempertahankan keputusan saya tidak ada apapun, semua orang berhak memutuskan sesuatu jika itu menurutnya terbaik untuk dirinya.” “Keputusan apa? Keputusan bodoh lalu mengacaukan segalanya, harusnya kau merasa lega keluargamu mengurusi semua yang terbaik untukmu! Keputusan apa yang kau sebut baik? Harusnya kau berterimakasih pada keluargamu." “Apa aku tidak boleh memutuskan apa pun untuk diriku sendiri? Om ingin aku seperti Om? yang tidak bisa memilih sendiri jalan hidupnya selama hidup karena semua keputusan di tangan ayahnya? apakah Om bahagia kehilangan semua yang Om inginkan, hanya karena memikirkan keinginan keluarga yang tidak sesuai jalan?” “Jaga bicaramu! Jangan sok tau!” Sandy nyaris menggampar wajah Andreas lagi namun dia menahannya, keponakannya ini memang sangat keras kepala, “Jangan membahasku kau tahu apa! Apa kau tau bagaimana paniknya keluargamu? Apa kau tau apa yang terjadi setelahnya? Lihat semua orang yang datang sedang membahas keluarga kita, apa kau merasa bangga? Apa kau merasa sangat hebat setelah mencoreng nama keluargamu!” “Tidak akan pernah terjadi apapun jika hanya ada acara kekeluargaan.” “Dan tidak akan terjadi jika kau tidak egois! Terus saja membantah! Kau dengar selesaikan masalah ini, minta maaf kepada keluarga Fanaya pikirkan mama mu, pulang dan lihat dia sakit karena ulah kurang ajarmu!” Sandy berjalan melewati Andreas dengan langkah besarnya dia sengaja menyenggol pundak keponakannya itu kesal lalu pergi dari sana membuat bantingan pintu cukup kuat. Pria yang di senggol kuat pundaknya itu tersenyum di ujung bibirnya, dia sudah sudah tahu akan seperti ini. Andreas adalah sosok paling keras di dalam keluarganya. Andreas paling sulit di atur dan sangat pembangkang, setelah ayahnya meninggal tidak ada lagi yang bisa membuat dia takut. Hanya sang mama dan kakeknya saja yang sedikit bisa dia dengar perkataanya itu pun butuh pendekatan khusus dan membuat hatinya luluh. Padahal di keluarga Andreas dia menjadi harapan keluarga sebab Adito Adjie Wiranata 82 tahun kakek Andreas tidak punya cucu laki-laki lain, di mana dia hanya mempunyai dua anak yaitu Sakti dan Sandy. Sakti berusia 55 tahun jika masih hidup dia adalah ayah Andreas dia memiliki dua orang anak yaitu Andreas dan Andinita, lalu Sandy 53 tahun dia memiliki satu orang anak perempuan berusia 8 tahun dan dia baru mendapatkan keturunan di pernikahannya yang ke 15 tahun setelah mengupayakan kehamilan dengan berbagai macam prosedur yang cukup panjang. Sebab itu mereka menaruh harapan besar kepada Andreas agar tidak salah langkah lalu menghancurkan kehidupannya, Sandy begitu menyayangi Andreas meskipun dia adalah anak dari kakaknya, sejak keponakannya itu kecil Sandy sudah dekat dengan Andreas karena dia tidak kunjung memiliki anak. Sandy berharap semua aset keluarga mereka nanti bisa di kelola dengan baik oleh Andreas jika Sandy sebagai pemegangnya saat ini tidak lagi ada di dunia, Sandy tidak ingin semua aset ayahnya jatuh ke tangan adik-adik sang ayah lalu di salahgunakan sebab tanpa ada yang menyadari sebenarnya di dalam lingkaran bisnis keluarga mereka sudah lama terjadi perang dingin, sudah banyak aset-aset ayahnya yang di ambil alih padahal ayahnya bekerja mati-matian saat masih remaja hingga setua ini dia masih bekerja. *** “Terimakasih Pak Lukman!” kata Bunga pada sopir Andreas yang mengantarkan dia ke sebuah pusat perbelanjaan. Dan kini mereka ada di parkiran sebab Bunga meminta di tungguin oleh si sopir. “Sama-sama mba, Mba Bung jadi gimana itu? Rame banget ya beritanya.” “Berita? Berita apa, Pak?” tanya Bunga tidak mengerti. “Ah mba Bunga mentang-mentang Pak Bos-nya pura-pura ngga tahu.” Wajah Bunga langsung berubah dia benar-benar tidak tahu apapun, apa ini ada kaitannya dengan kedatangan Pak Sandy pamannya Andreas ke ruangannya itu, lalu para karyawan yang berpapasan dengan Bunga sepertinya menceritakan tentang Andreas. “Pak Lukman, saya beneran ngga tahu apapun. Emangnya wajah saya kelihatan sedang pura-pura ya?” Bunga berucap santai sekali namun memperlihatkan keseriusannya. “Gimana bisa mba Bunga ngga tahu, secara mba Bunga kan sekretarisnya, mba Bunga juga personal asistennya ngurusin semuanya. Ah mustahil!” “Pak Lukman tolong saya ngga lagi bercanda ya!” Akhirnya Bunga kesal dan beucap tegas. Lukman pun menoleh ke belakang saat dia lihat ekspresi Bunga benar-benar seperti tidak tahu, “Loh beneran tah? Jadi mba Bunga ngga tahu Pak Andreas kabur di acara tunangannya? Di gedung B lagi rame banget karena sebagian staff di sana kan di undang. Saya malah bingung di gedung A ngga ada yang dapat undangan katanya, masa mba Bunga juga ngga tahu sih.” “A-apa?” Bunga terkejut sekali. “Pak Andreas tunangan?” “Lah beneran ngga tahu? Iya beneran, Pak Andreas bertunangan sama Fanaya yang punya Mall apa itu saya lupa lagi namanya, sama yang punya Thefarmasi Klinik Ibu dan Anak itu, Mba Bunga. Nah Pak Andreas di kabarkan pergi setelah cincin baru selesai di pasang padahal acara baru aja di mulai jadi tamu-tamu di sana pada nyariin calon pasangannya.” Tunangan? bertunangan? Bunga merasa lemas mendengar itu, dia membeku sesaat, benarkah? Pikirnya. Bunga meremasi jemarinya memikirkan yang di ucapkan Lukman lalu mengingat Andreas kemarin pulang ke Apartemen dengan pakaian Batik yang sangat rapi. “Oh baiklah! Saya turun dulu Pak, tunggu saya ya!”Bunga mengakhiri percakapan kemudian turun dari Alphard yang dia naiki itu. Mendadak Bunga kehilangan sebagian tenaganya, langkahnya pun mulai terasa tidak benar-benar menjejak. Bunga kembali memikirkan perkataan si sopir lalu mengulang kembali perkataan Dewi kemarin yang mengatakan dia pergi ke acara di sebuah hotel bintang lima. Padahal Dewi sudah menyebutkan clue bahwa keponakan Pak Sandy tunangan kenapa Bunga tidak berpikir itu adalah Andreas, padahal Bunga tabu keluarga kakek Andreas hanya memiliki tiga orang cucu yaitu Andreas, Andinita dan Ashilla. Tentunya yang bertunangan adalah Andreas sebab Andinita Bunga tahu masih sibuk kuliah. Fanaya? Bunga merasa tidak asing dengan nama itu, sepertinya dia sering melihat ponsel Andreas menerima pesan atau panggilan dari nama itu dan pastinya Bunga tidak pernah bertanya-tanya apa lagi ingin tahu jika bukan Andreas sendiri yang sudi menceritakannya. Bunga berjalan sambil memegangi dadanya kenapa dia merasa seperti kehilangan sesuatu, kepala Bunga yang pusing semakin bertambah pusing rasanya dia ingin duduk sesaat kehilangan tenaga untuk berjalan. Tapi kenapa? Dia siapa? Bunga bertanya pada dirinya sendiri kenapa dia menjadi seperti ini, apa urusannya? Bunga masih terus berjalan melangkah entah kemana dia bahkan mendadak lupa apa tujuannya ke pusat perbelanjaan itu. Selama ini Bunga tidak pernah melihat Andreas bersama wanita, dia tidak pernah dekat dengan siapapun kecuali keluarganya. Itu mungkin sepengetahuan Bunga, tidak tahu bagaimana dia di luar sana. Setiap hari-hari spesial, hari libur atau musim liburan Andreas tidak terlihat pergi berkencan dia malah ada di apartemen menghabiskan waktu bersama Bunga. Dia pergi acara keluarga bersama mamanya, pergi minum bersama teman-temannya hampir tidak sama sekali ada wanita lain yang di dekati Andreas. Namun jika wanita-wanita yang berusaha mendekati Andreas cukup banyak. Andreas adalah orang yang tidak pintar memberikan kejutan atau hadiah jika benar dia memiliki kekasih pasti Bunga akan tahu, sebab Andreas selalu minta Bunga melakukan itu, membelikan s sesuatu seperti hadiah untuk sang mama, adik perempuannya atau untuk tantenya atau sepupunya Bunga juga sering mencari tahu tentang Andreas diam-diam terkahir kali Andreas menjalin hubungan bersama mantannya saat mereka sama-sama bersekolah di luar negeri tapi kini mantannya itu sudah menikah dan punya anak. Siapa Fanaya ini? Sejauh apa hubungannya dengan Andreas bagaimana bisa Bunga tidak tahu? Lalu jika tahu apa urusannya denganmu, Bunga? Apakah dia kekasihmu? Kau lupa siapa dirimu baginya? Apakah dia pernah memintamu lebih dari permintaan tidur dengannya? Hubungan apa yang pernah kalian mulai sampai kau merasa sesak seperti ini? Bunga menelan ludahnya dia mulai merasa rendah diri dan tidak berharga, pada akhirnya Andreas memang akan memilih jalan hidupnya seperti ini. Dia akan memilih yang terbaik dan pasti bukan wanita seperti dia yang tidak lebih dari sekadar pembantunya tapi juga begitu murah menyerahkan tubuhnya.
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD