Pemotretan produk dan syuting iklan untuk perusahaan Adrian berlangsung lancar dan tidak ada hambatan. Adrian bahkan sengaja meluangkan waktunya yang sibuk untuk mengawasi pemotretan Venus
Sikap Venus yang menjaga jarak membuat Adrian semakin penasaran dan ingin merebut perhatian Venus. Venus adalah gadis yang sangat berbeda menurutnya, tidak silau harta dan jabatan. Padahal banyak model di luaran sana tidak akan melewatkan kesempatan untuk dekat dengan dirinya.
“Terima kasih, terima kasih,” ucap Venus tersenyum dan membungkuk hormat kepada semua tim dan kru yang membantunya hari ini.
“Hai, ini untuk kamu,” sodor Adrian dengan sebuah buket bunga mawar merah.
“Thank you,” ucap Venus singkat.
“Kamu ada waktu luang hari ini?” tanya Adrian sembari melihat arloji mahal di tangannya. Setidaknya dia ada waktu hingga jam makan siang sebelum kembali ke kantor untuk mengurusi pekerjaannya yang tertunda.
“Oh maaf, aku ada syuting besok dan hari ini aku lelah banget. Sorry banget,” Venus sengaja menggerakkan kepalanya ke kanan dan ke kiri seolah memberi tahu Adrian tubuhnya sangat lelah hari ini.
“Bahkan gak lebih dari sejam, kamu gak bisa ngasih aku waktu,” pinta Adrian setengah memaksa.
“Sorry Adrian. Lain kali aja yah,” tolak Venus sekali lagi.
Venus meninggalkan Adrian yang tak bergeming di tempatnya, diikuti oleh Shasa dan Mars yang setia menunggu di mobil. Mars tidak mengawasi jalannya pemotretan Venus. Dia hanya menunggu Venus di mobil sembari menyesap minuman s**u stroberi kesukaannya.
“Are you kidding me princess, lo beneran nolak ajakan Adrian? Atau ini trik lo buat narik perhatian dia,” cecar Shasa saat mereka di dalam mobil.
“Gak, gue emang gak pengen deket sama dia lagi,” ucap Venus sembari melirik reaksi Mars dibalik kemudi.
“Gue kan pernah bilang, gue pengen buktiin aja ke dia, apa beneran dia bisa nolak pesona gue. And see, dia beneran klepek-klepek kan” bangga Venus, pesonanya memang tidak bisa diremehkan.
“Hahaha…lo beneran gak berubah cyin,” Shasa menggeleng tidak percaya. Bukan karena membantah pernyataan Venus tapi Venus benar-benar adalah orang yang susah ditebak.
“Gue berubah di tangan orang yang tepat,” kode Venus membuat senyum terbit di bibir Mars, Venus menangkap senyuman itu.
Shasa tidak mengantar Venus hingga ke lantai atas unit apartemennya. Kesempatan itu tidak disia-siakan oleh Venus, mulai dari dalam lift dia menggenggam tangan Mars dan menariknya agar berjalan dengan cepat.
Keduanya bahkan saling menggoda, Mars mengelus punggung Venus di dalam lift membuat sensasi geli dan hasrat Venus semakin menjadi.
Tititit….tiittt…
Terburu-buru Venus memasukkan kode apartemennya.
“Hmpppph…,” Venus kaget Mars setengah mendorong paksa dirinya agar bersandar di tembok. Saling mencium dan berlomba.
“Kamu bisa senyum juga ternyata,” ucap Venus membuat Mars mengernyitkan alisnya tidak mengerti.
“Kapan?” tanya Mars sembari meremas b****g Venus gemas.
“Tadi saat aku ngomong dengan Shasa.”
“Ah…,” remasan Mars pada dua pasang gundukan kenyal dan lembut milik Venus, meremasnya bahkan menjepit ujungnya membuat ucapan Venus menggantung.
Mars mengangkat Venus dan menidurkannya di sofa. Tanpa membuka bajunya, Mars hanya menurunkan celananya setengah. Gairah dan hasratnya tidak mampu lagi untuk dibendungnya untuk segera memasuki sasaran tembak milik Venus.
“Ah…Ah….Ah…,” hentakan demi hentakan, keras, kuat tanpa jeda. Venus benar-benar dibuat ketagihan dengan gaya b******a ala Mars. Dia benar-benar tidak berdaya, berkali-kali dia bertahan agar tetap sadarkan diri. Pelepasan Venus datang juga tapi tidak menyurutkan keinginan Mars untuk berhenti.
“Di sini sempit, gak bebas buat bergerak,” mencium sesaat Venus kemudian menggendongnya ke ranjang untuk mencari tempat yang lebih luas dan bisa mengeksplor dengan gaya b******a apa saja.
“Aku yang di atas,” ucap Venus. Mars merebahkan tubuhnya setengah duduk. Bersandar pada kepala ranjang.
“Ah! Ah! Ah!” Venus tanpa lelah bergerak layaknya memompa naik turun, berharap peluru cair milik Mars segera menembak keluar dan melesat. Tapi Mars tetap bertahan, Venus kelelahan dan Mars membantunya agar bergerak. Saat dirasanya Venus sudah hampir kelelahan dan tidak sadarkan diri. Mars menyelesaikan dengan hentakan keras berkali-kali hingga mencapai puncak dan tidak mampu lagi untuk ditahannya.
“Arghhhh!!!!” Venus menjatuhkan badannya di d**a Mars, Mars memeluknya dengan erat. Degup jantung keduanya saling bersahutan, degup jantung layaknya orang kasmaran yang tidak ingin saling berpisah.
Venus berbaring di samping Mars, memeluknya erat. Degup jantung Mars layaknya harmoni indah dan menyenangkan hatinya. Pelukan Mars membuatnya merasa aman dan tidak ada lagi rasa takut akan apapun bahkan dia benar-benar melupakan stalker yang mengintainya.
“Mars, kamu gak punya tato di tubuh kamu yah?” tanya Venus setelah tubuhnya sudah beristirahat beberapa saat.
“Gak, emang kenapa?” tanya Mars dan memainkan rambut Venus sehelai demi sehelai.
“Gak sih biasanya pekerjaan kayak pembunuh bayaran atau bodyguard kayak kamu pasti membuat banyak tato di tubuhnya,” penjelasan Venus.
“Apa gunanya membuat tato?” tanya Mars penasaran, sejak lama dia memang tidak mengerti alasan orang membuat goresan tinta seni di tubuh. Bahkan dia beranggapan orang melakukan itu hanya agar dianggap keren dan berani. Bagi Mars keberanian itu adalah pandai berduel, memainkan s*****a, atau bahkan menantang maut dan kesemuanya sudah sering dilakukannya selama bertahun-tahun menggeluti pekerjaan ini.
“Ehm apa yah, mungkin sebagai kenang-kenangan untuk mengingat orang yang spesial atau hari spesial yah seperti gitulah” tebak Venus, karena Shasa juga punya tato di tubuhnya untuk mengenang saat dirinya memiliki agensi yang besar dan berjaya seperti sekarang ini.
“Oh…” hanya jawaban singkat Mars, padahal di lubuk hati Venus berharap Mars menjawab mungkin dia akan membuatnya secepatnya. Apa Mars belum yakin bahwa Venus adalah orang yang spesial di hidupnya, sejauh mana hubungan mereka sebenarnya. Otak Venus bekerja lebih keras untuk menebak jalan pikiran Mars yang memang irit bicara, atau hanya berbicara seperlunya.
“Mars aku pengen tidur. Kamu temenin aku yah,” bujuk Venus dan mendekap erat tubuh Mars.
“Iya,” ucap Mars singkat.
Pelukan erat dan tidak ingin berpisah Venus membuatnya lebih cepat terlelap. Setelah memastikan Venus tidur yenyak Mars dengan perlahan melepaskan pelukan Venus. Dia memungut satu persatu bajunya dan memakainya kembali.
Mars dengan penuh kelembutan menyelimuti tubuh Venus yang polos, memperbaiki letak kepala Venus dengan menaruhnya di sebuah bantal.
“Good night, dear,” Mars mengecup kening Venus. Venus ternyata hanya berbohong, dia pura-pura tertidur. Kali ini dia mengira Mars akan berada di sampingnya hingga pagi, tapi tebakannya salah Mars ternyata tetap meninggalkannya.
Dia ingin bertanya tapi takut untuk kecewa. Apa yang sebenarnya mendasari Mars tidak ingin tidur bersamanya. Mars mempunyai begitu banyak misteri dalam kehidupannya.
Sementara itu di tempat lain,
Seseorang memegang foto Venus di tangannya,
“Kamu aku beri waktu untuk bahagia sementara waktu, sebentar lagi kejutan dari aku. Sabar saja sayang,” ucap orang itu menatap tajam foto Venus, kemudian meremas foto tersebut dan membakarnya hingga menjadi abu.