MISTAKE

1251 Words
Sesuai rencana, Mars menemani Venus clubbing malam ini. “Kamu minum aja, nanti tagihannya aku yang bayar,” ucap Venus melenggang ke lantai dansa. “Maaf saya tidak minum.” “Oh yah. Terserah kamu, soalnya s**u stroberi gak ada disini,” sindir Venus mengenai kebiasaan Mars. Venus meliukkan tubuhnya mengikuti dentuman musik, sambil  sesekali menenggak  minuman beralkohol rendah, dia tidak ingin mabuk malam ini, sekedar menghilangkan penat. Gerakan tubuhnya terhenti saat sebuah tangan menyentuh pinggang Venus. “Alexis!!!” pekik Venus menatap tajam Alexis, percuma, karena lampu klub yang temaram. “Come on baby, beri aku kesempatan. Aku bisa ngasih kamu kenikmatan,” bisik Alexis di telinga Venus. Sontak Venus mendorong Alexis menjauh hingga menabrak beberapa pengunjung. Sekarang, semua  perhatian tertuju pada mereka. Venus menghindari ini, dia tidak suka mencari perhatian dengan cara ini. “Ayo!” Alexis menarik tangan Venus menjauhi  kerumunan. “Gak mau, lepasin!” Venus memberontak melepaskan  tangan Alexis. “Stop!!!” Mars muncul menahan tangan Alexis. “Siapa dia? Oh cowok yang bisa memuaskan lo di ranjang?” intimidasi Alexis yang tidak digubris oleh Mars. Plak!!! Kedua kalinya Venus menampar Alexis, Alexis mengelus pipinya sambil tersenyum licik. Ia menjambak Venus kasar. “Aaahh!!!’ Venus berteriak kesakitan.  Bugh! Bogem mentah Mars menghantam wajah tampan Alexis. Alexis jatuh pingsan. “Ayo, kita tinggalkan tempat ini Nona!” Venus mengangguk dan menyambut uluran tangan Mars. Di dalam mobil, Venus menahan air matanya. Dia menyesal telah mengenal Alexis, kali ini Venus salah menilai pria.  “Baiklah, sekarang  nona istirahat. Saya akan menjemput nona besok pagi” pamit Mars sesampainya di apartemen Venus. “Temenin gue, sampai gue tidur,” ujar Venus mengiba. Mars hanya mengangguk, Venus mengambil botol minuman keras, ia butuh bantuan alkohol untuk melupakan kejadian tadi.  “Nih!” Venus menyodorkan satu sloki tequila ke Mars. “Sudah saya katakan, saya tidak minum nona.” “Gak mungkin. Lo gak usah jaga image depan gue. Minum aja. Lo gak tugas malem ini. Gak akan ada stalker yang gangguin gue,” ucap Venus meyakinkan Mars. “Maaf tidak, terima kasih,” tolak Mars sekali lagi. “Cih…Lemah banget.” “Lo tahu permainan gunting batu kertas gak,” ucap Venus lagi. “Ya tahu.” “Kita main itu, kalau lo menang lo bebas dari minuman ini. Tapi kalo lo kalah, lo harus minum.” Bagai kerbau dicucuk hidungnya, Mars mengikuti permintaan Venus, sayang dia  lebih banyak kalah, dan sekarang kepalanya terasa berat . “Mars, lo punya pacar?” tanya Venus sambil menenggak minumannya. Dia tidak sanggup menahan tubuhnya lagi. “Tidak ada nona.” “Kenapa?” “Cinta itu berbahaya Nona. Saya tidak bisa mencintai perempuan yang akan menghancurkan saya. Apalagi pekerjaan saya sangat berbahaya, dia tidak akan sanggup,” ucap Mars, tapi Venus hanya fokus menatap bibir merah Mars. Dia yakin Mars tidak pernah menyentuh nikotin, benar-benar pria yang menjaga kebugarannya, menyukai s**u dan anti rokok. Perfect. “Mars…” Venus mendekat dan duduk di pangkuan Mars. Menangkup wajah Mars, dan saling menatap. Degup jantung keduanya ditambah pengaruh alkohol membuat mereka terbuai percikan gairah. “Non…hmppphh,” Venus mengecup bibir Mars, melahap,dan melumatnya. Terburu-buru dan kasar, dorongan hasrat memacu Mars untuk membalas ciuman Venus. Sesekali Mars memeluk pinggang dan menelusuri punggung mulus Venus  “Argh…” erangan Venus melecut Mars. Venus tahu Mars masih pemula. Sebenarnya sepolos apa pria di depannya ini. Apa benar dirinya tidak pernah berhubungan dengan wanita manapun. Mars bangkit, menggendong Venus menuju ranjang. Bibir mereka masih saling berpagut, terengah-engah tapi mereka menikmati sensasi ini. Sesampainya di ranjang keduanya berlomba melepaskan pakaian. “Ah…sakiitttt!!!!” tanpa basa-basi, s*****a tumpul Mars menghentak kasar ke dalam lubang kenikmatan Venus. Hentakan demi hentakan tanpa pemanasan, membuat Venus kesakitan dan kenikmatan bersamaan. Mars terus berpacu tangannya mencengkeram leher Venus hingga Venus sulit  bernapas. “Ah…” “Arggh…” “Ehmm…ah….,” hentakan Mars membuat Venus terdorong nyaris  menyentuh kepala ranjang. Kurang lebih sejam mereka melepas b****i. Berkali-kali pelepasan Venus membuatnya dibuai kenikmatan. Dia salah mengira Mars akan menghentikan permainan panas ini. Mars seakan tidak pernah puas sementara Venus lunglai terbuai kenikmatan. “Argggh….,” erangan terakhir dari Mars, menyemburkan peluru cair dirinya. Mars menjatuhkan diri di samping Venus yang kelelahan. Dia tidak sanggup meladeni permainan Mars. Keesokan paginya, Venus lebih dahulu terbangun dengan nyeri di kepala, badannya terasa pegal, celah di antara pahanya pun terasa perih. “Mars!!!” teriak Venus, karena pria itu tertidur  di sampingnya bertelanjang d**a. Saat dia membuka selimut keduanya tidak berpakaian. Mars terbangun karena teriakan Venus. “Nona!!!” Mars meremas rambutnya, dia menyesali kejadian semalam. Dia salah dan merutuki kebodohannya. “Mars, pakai bajumu!” perintah Venus sambil  memalingkan wajah karena melihat pistol panjang Mars berdiri tegak membuatnya  salah tingkah. Mars memunguti bajunya satu persatu. Venus berdiam diri sambil  memperhatikan gerak-gerik Mars. “Nona, maafkan saya. Ini…ini salah,” ucap Mars merasa bersalah. “Sudah gak perlu, santai saja Mars. Anggap aja ini gak pernah terjadi. Lo gue pecat. Lo jauh-jauh deh dari hidup gue,” ucap Venus santai. Benar-benar perempuan yang tidak kenal  takut.  “Nona! saya harus bertanggung jawab,” ucap Mars menolak perkataan Venus. “Tidak usah. Lo tanggung jawab apa, gue gak akan hamil, ntar gw minum morning pills lagian lo gak akan direstui keluarga gue. Jangan mimpi!” “Nona!!” “Udah sana pergi lo. Gue gak pengen liat muka lo lagi,” usir Venus dan Mars pergi meninggalkan Venus sendirian. Setelah bunyi pintu apartemen ditutup, Venus bangkit. “Ah…astaga gue diapain sih semalam sama si b******k itu. Sakit banget, mana badan gue pegel-pegel semua,” Venus mencari bajunya dan bergegas menuju kamar mandi. “s**t…ganas banget dia,” Venus memindai seluruh badannya di dalam kamar mandi. Mars meninggalkan  banyak tanda merah di tubuh Venus. “Halo Sha, suruh orang dateng buat massage gue yah di apartemen.” “Oh iya dear. Biar lo fit buat syuting besok yah.” “Hm…” Venus hanya menjawab singkat. “Oh satu lagi, gue pengen Mars dipecat. Cari bodyguard lain.” “Tapi dear…” “Apa, lo pengen gue yang ninggalin agensi lo dan mutusin kontrak kita!?” “Emang dia salah apa. Bukannya lo tadi malam ke klub. Ada kejadian apa!?” “Udah gak usah bawel, lo turutin aja permintaan gue.” “Iya princess, I’ll doing anything for you.” Setelah menutup telepon, Venus menghubungi housekeeping untuk membersihkan apartemennya. Dia berjalan menuju ruang tengah. Perut keroncongan membuatnya melahap apa saja yang ada di lemari pendingin. “Kenapa senyum?” tanya Venus saat mendapati petugas kebersihan tersenyum  melihat noda merah di sprei kamar. “Ah tt-tidak Nona. Maafkan saya.” “Gue mens. Makanya gue suruh lo bersihin. Gue gak bisa tidur kalo tempat tidur gue kotor,” bohong Venus. Baru kali ini dia mabuk dan kehilangan kontrol. Dia tidak bisa menyalahkan semuanya ke Mars, karena dialah yang memaksa Mars untuk menenggak minuman haram itu. “Oh tentu saja Nona,” perempuan mengganti sprei dengan cekatan. Venus benar-benar disudutkan, setelah petugas kebersihan sekarang giliran terapis pijat yang menggodanya. “Nona, pacarnya ganas juga yah,” ucap karyawan itu melihat tanda merah bertebaran di tubuh  Venus. Venus menatap tajam, “Udah jangan bawel, awas aja mulut lo lemes di luar sana. Biasa aja ngeliatnya.” “Iya Nona, maaf saya tidak berani. Anda adalah pelanggan VVIP kami.” “Hmm…” ucap Venus singkat kemudian menelungkupkan wajahnya dan kembali menikmati pijatan. Venus akan melupakan kejadian ini dan Mars selamanya. Dia perlu segera membeli morning pills. Dia tidak ingin gegabah dan menghancurkan karirnya.
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD