Yura terus berjalan menuju pintu gerbang. Kebaikannya selama ini malah disalah artikan oleh Davian.
"Yura!" teriak Davian dengan suara keras.
Yura menulikan telinganya dan tetap berjalan cepat sambil menggendong Ares.
Davian ikut berlari mengejar Yura dan mensejajarkan langkahnya dengan Yura.
"Aku mencintaimu Yura," ucap Davian mengulang kata -kata yang tadi.
Langkah Yura terhenti dan menoleh ke arah Davian.
"Pak, Tolong jangan mengumbar sesuatu yang sekiranya tidak benar," jelas Yura bingung sendiri dengan kata -katanya. Yura harus menjaga lisannya agar kalimat yang lolos dari bibirnya tidak menyakiti Davian.
"Tidak benar gimana? Kamu kira saya bohong?" tanya Davian kesal.
"Iya. Gak mungkin kan, seorang pemilik Kafe yang tampan dan kaya menyukai karyawannya sendiri yangbekerja sebagai pelayan dan telah memiliki anak diluar nikah," jelas Yura dengan tegas. Yura tidak malu mengungkap keadaan yang sebenarnya. Ia memiliki anak lelaki berusia tiga tahu hasil dari hubungan badan semalam yang tanpa sengaja. Kesalnya, benih itu tumbuh subuh dirahimnya hingg Yura tak sanggup memusnahkan janin yang saat itu tumbuh kembang diperutnya dan memilih pergi dari rumah karena diusir oelh kedua orang tuanya.
"Aku tidak peduli. Mama juga tidak peduli soal ini. Aku mencintai kamu, aku sayang Ares dan aku ingin memiliki kamu seutuhnya menjadi bagian hidup aku. Jadilah istriku, Yura," jelas Davian penuh harap.
Yura menangkap sebuah ketulusan dari kedua mata Davan. Tapi, Yura belum bisa membuka hatinya untuk seorang teman dekat yang berlawan jenis. Apalagi memikirkan suami atau pendamping.
"Aku tidak bisa, Pak Davian," jelas Yura lirih.
"Kenapa Yura? Kenapa? Kalau soal waktu. Tentu aku akan memberikan waktu itu untuk kamu. Tapi, menikahlah denganku," pinta Davian. Davian mengeluarkan sebuah kotak merah berbahan beludru dan membuka kotak perhiasan itu. Sebuah cincin dengan mata berlian terlihat sangat cantik ditempat itu.
Davian bersujud di depan Yura dan melamar Yura untuk menjadi kekasihnya.
"Ijinkan aku menjadi kekasihmu, Yura. AKu akan setia menunggu sampai kamu bisa mencintai aku. Aku tahu, soal perasaan pasti kamu belum merasakan apapun kepadaku. Tapi, cobalah untuk bisa menerimaku pelan -pelan. Kamu pasti bisa," jelas Davian penuh harap.
Yura menatap kotak itu dan menatap Davian dengan tatapan bingung.
"Yura? Kamu bingung kan?" tanya Davian yang paham dengan situasi Yura saat ini.
"Kita saling mengnal dulu saja, tapi aku ingin kita punya hubungan yang lebih dari sekedar bos dan karyawannya. Aku ingin kita menjadi sepasang kekasih, aku ingin menjaga kamu, merawat Ares juga. Aku janji akan mencintai Ares seperti anakku sendiri," janji Davian pada Yura.
Yura tak bisa memilih. Hatinya masih trauma untuk mengenal cinta. Ia pernah ditinggalkan seseorang dulu. Lalu, hidupnya semakin hancur kala ia harus kehilangan mahkota kegadisannya dan akhirnya mengandung.
"Yura? Jawab ..." pinta Davian dengan nada memohon.
Tempat itu begitu sepi. Ada beberapa orang yang lalu lalang dan melihat kejadian itu ikut berteriak. "TERIMA!"
Davian menoleh ke arah orang -orang yang teru menyemangatinya. Yura semakn tak enak hati. Sudah banyak bantuan Davian yang Yura terima. Yura selalu diprioritaskan dan jarang dimarahi oleh Davian. Apalagi, jika ijin Yura berkaitan dengan Ares.
"Gimana? Kamu mau jadi pacarku?" tanya Davian lagi.
Yura menatap Ares yang tidak paham dengan urusan orang dewasa. Kalau rasa itu belum ada, apakah Yura bisa menjalaninya? Menjadi seorang kekasih bukan hanya status saja. Tapi diperlukan kasih sayang, rasa cinta, kepekaan, perhatian, pengorbanan dan perjuangan. Kalau Yura belum sanggup? Ia pasti gagal menjadi seorang kekasih yang baik untuk Davian. Tapi, lelaki yang ada dihadapannya snagat baik sekali.
Kenapa aku harus bimbang begini? Biasanya aku mudah menolak siapa pun yang ingin menjadi pacarku. Klai ini ada perasaan berat karena iba. Boleh tidk sih, menerima karena kasihan? Batin Yura terus berkecamuk tak menentu. Ada hal yang tak bisa dipungkiri kalau Yura kagum dengan sosok Davian tapi tidak diikuti rasa sayang dan rasa cinta.
"Yura? Jawab," pinta Davian yang masih setia menunggu bibir Yura bergerak dan menjawab permintaan Davian.
"Pak ... Yura ..." Yura terdiam dan menggigit bibir bawahnya. Ingin menjawab rasanya ragu sekali.
"Eum ... Yura coba dulu membuka hati. Tapi, kalau Yura belum menjadi seseorang yang cocok untuk Pak Davian, mungkin Pak Davian bisa mutusin Yura dan bisa cari wanita lain yang lebih baik," jelas Yura agak gugup dan terbata.
"Maksudnya? Gimana Yura? Kamu terima aku atau tidak?" tanya Davian to the point.
Yura mengangguk pelan dan mencoba tersenyum pada Davian yang nampak sangat bahagia dan negitu bersemangat.
"Kamu terima aku, Yura?" tanay Davian masih ingin meyakinkan telinganya kalau ia tidak slah dengar.
"Iya Pak," jawab Yura lirih.
Davian segera mencabut cincin dari kotak itu dan memasangkan dijari manis Yura.
"Simpan ini baik-baik. Ini tanda kita jadian," ucap Davian pada Yura.
Davian adalah putra semata wayang yang introvet. Davian terlahir dari keluarga yang broken home. Untung saja, sang Mama terus memotivasi Davian untuk menjadi lelaki sejati.
Davian adalah sosok lelaki yang sayang kepada Mamanya. Perasaannya begitu lembut dan tidak tegaan melihat sesuatu. Tiga tahun terakhir ini, Sang Mama melihat ada perubahan besar pada Davian dan ternyata itu karena Yura. Davian bercerita kalau ia mencintai Yura.
Yura menatap cincin emas bermata berlian dan tersenyum pada Davian. Davian pun mengambil alih Ares dan menggendong lalu mengecup penuh kasih sayang.