5

1045 Words
Yura masih berusaha melepaskan genggaman tangan Tangguh. Yura sudah pasti malu jika ada orang yang melihatnya bergandengan tangan dengan seorang lelaki. Memiliki anak diluar nikah dan tak memiliki pendamping saja, sudah membuat kepala Yura mau pecah mendengarkan gosip dan fitnah orang. Apalagi sekarang orang nge -gap Yura sedang bergandengan dengan seorang lelaki yang usianya terlihat agak berbeda. Tangguh nampak sangat bersemangat sekali. Tangguh merasa anak lelaki itu adalah benih yang pernah tertanam tanpa sengaja dirahim Yura. Anak lelaki itu sangat tampan seperti dirinya dan sangat lucu. Senyumnya begitu manis dan saat ini membuat Tangguh bahagia. Batin seorang Ayah tentu tidak bisa dibohongi. Kalau Ares memang putranya. Hatinya berdesir saat melihat Ares. Pantas saja, Tangguh tidak menolak saat Mama Ratna meminta Tangguh untuk mengantarkan dirinya berbelanja di mini market ini. Alasan Mama mini market ini lengkap dan murah. Padahal tempatnya cukup jauh dari rumah Tangguh. Ternyata, Tangguh mendapat kejutan indah. iga tahun bukan waktu sebentar untuk menunggu. Tangguh bersikeras untuk menyelesaiakan S3 -nya dengan cepat dan bisa sukses secara mandiri. Tangguh memilih profesi dosen seperti Kakeknya dan tidak ingin bekerja di Kantor Papanya. "Lepasin saya, Pak," bisik Yura dnegan nada tegas. "Lepas saja kalau kamu bisa melepasnya. Kamu sudah membohongi saya. Saya akan menghukum kamu," tegas Tangguh smabil tersenyum pada Ares. "Membohongi? Saya salah apa sama Anda?" tanya Yura mulai emosi. "Anak kecil itu anak saya kan?" tanya Tangguh sambil melirik tajam ke arah Yra. "Apa peduli Anda?" jawab Yura ketus. "Tentu saya peduli. Saya ada hak untuk memberikan kebahagiaan untuk dia. Eh ... Siapa namanya?" tanya Tangguh penasaran. Yura mendengus kesal. Tatapan Yura ikut sinis. Yura benci pada lelaki yang kini menggenggamnya tapi Yura juga kagum pada lelaki yang bernama Tangguh itu. Tiga tahun berlalu, wajah dan gayanya berubah drastis. Dulu terlihat sangat urakan dan tidak terawat. Tapi sekarang? Lelaki itu seperti lelaki yang sering Yura temui di kantor. Apa mungkin dia sudah bekerja? Atau malah CEO? Atau karyawan tetap disalah satu perusahaan ternama? Wajahnya ganteng dan mempesona. "Eh ... Kenapa malah muji sih ... Gak bisa Yura, Dia itu memang Papa Ares, tapi, dia sudah merusak semua harapan kamu! Termasuk merusak hubunganmu dengan orang tua kandung kamu sendiri," batin Yura terus menepis kekagumannya. "Kenapa ngelihatin saya begitu? Mulai kagum ya?" tebak Tangguh dnegan tepat. Tangguh itu mantan play boy dan bad boy. Tangguh tahu betul karakter perempuan dari yang benar -benar baik dan tulus sampai perempuan yang hanya ingin main -main atau matrealistis. "Dih ... Percaya diri banget!" Yura terus mendengus kesal. Rasanay ingin menyumpah serapahkan lelaki yang ada disampingnya ini. Raut wajahnya memang terlihat dingin, datar, cuek, omongannya nyelekit. Rasanya ngajak gelut. "Laki -laki itu diciptakan memiliki rasa percaya diri yang lebih besar dari wanita. Untuk apa? Agar ia bisa membahagiakan wanitanya dengan caranya sendiri," jelas Tangguh pelan sambil melirik sekilas ke arah Yura lalu kembali menatap puteranya yang masih berteriak bahagia menaiki kuda yang berputar dengan iringan musik anak -anak yang menggemaskan suaranya. Yura melirik sekilas ke arah Tangguh dan kembali menatap putranya yang melambaikan tangannya ke arah Yura. "Mama!" teriak Ares begitu gembira. Raut wajah bahagia seorang anak itu tidak bisa berbohong. "Ares sayang ..." celetuk Yura spontan. Tangguh menoleh ke arah Yura yang langsung menutup mulutnya karena memanggil nama putranya. "Jadi namanya Ares?" tanya Tangguh sambil mengangkat satu alisnya ke arah Yura. Yura terpaksa mengangguk dengan pasrah. "Siapa nama panjangnya?" tanya tangguh lagi. Tangguh ingin nama belakang puteranya ada namanya. Biar semua orang tahu, kalau anak lelaki itu adalah putera kandungnya. "Emang penting?" ucap Yura ketus. "Penting dong. Ares anakku juga," jelas Tangguh ikut melambaikan tanagnnya ke arah Ares. Tangguh melirik Yura kembali, "Siapa nama panjangnya?" Tangguh mengulang pertanyaannya pada Yura. "Antares," jawab Yura singkat. "Nama yang sangat bagus. Antares, panggilannya Ares. Tambahin Antares Perdana," pinta Tangguh pada Yura. Yura ikut menatap Tangguh dan melotot tajam. "Enggak!" Yura begitu ketus dan lantang. Tangguh mengangguk paham. Pelan -pelan ia harus mendekati Ares agar luluh hati anak kecil itu. Tangguh melepaskan tangan Yura dan berjalan mendekati kuda yang masih berputar namun sudah mulai pelan pertanda permainan segera usai. Tangguh bersiap merayu puteranya. Iming -iming dibelikan mainan atau jajanan. Pasti Ares akan suka sekali. Jiwa anak -anak kan memang seperti itu. Kuda itu sudah berhenti. Ares terlihat puas dan meminta turun sambil menoleh ke arah Yura yang sudah berada dibelakang Tangguh. "Ares?" sapa Tangguh ramah. Ares hanya tersenyum lalu berlari ke arah Yura. Sambil menoleh ke arah Tangguh dengan malu -malu karena penasaran. Tangguh berjongkok sambil mencubit gemas pipi Ares yang tembem. "Mau beli mainan disitu gak?" ajak Tangguh smabil menunjuk toko mainan yang besar tepat di depan permainan yang sedang mereka kunjungi itu. Yura memang tidak pernah mengajari Ares untuk membeli mainan. Yura lebih suka membelikan Ares makanan atau jajajan yang Ares suka. Bagi Yura mainan hanya membuang uang saja. Sayang uang hanya untuk dibelikan mainnan. Apalagi kalau mainan itu mahal. Upah Yura hanya cukup untuk makan dan membayar sewa kamar saja. Ares menatap toko mainan yang bagus. Ia penasaran dnegan isinya lalu mengangkat wajahnya ke arah Yura seolah ingin bertanya apakah boleh? "Ares mau beli permen yupy kan? Katanya mau cari yang karakter bintang sama bonek. Yuk?" ajak Yura lalu menggandeng Ares pergi menjauhi Tangguh tanpa peduli. "Ares?" panggil Tangguh agak lebih keras membuat anak lelaki itu mneoleh sambil berjalan mengikuti Yura Tangguh berdiri tegak dan segera mengejar Yura dan Ares. Lelaki itu langsung menggandeng tangan Ares disisi yang lain. Tangguh membawa Ares ke arah toko mainan yang ditunjukknya tadi. "Ares mau apa? Mobil -mobilan? Ini bisa dinaikin sama Ares. APa ini? Ini motor, ini sepeda atau mainan robot. Ares pilih yang Ares suka. Apapun," titah Tangguh yang langsung mengambil alih Ares. Tangguh menggendong Ares. "Pak? Saya Mamanya," jelas Yura marah. Tangguh tak peduli dengan celetukan Yura. Yura menarik lengan kekar Tangguh. "Ares anak saya, Pak!" Yura melotot tajam. "Kamu Mamanya, dan saya Papanya," jelas Tangguh lantang. Suara Tangguh senagja dikeraskan agar orang disekitar sana mendengar dan tidak ada yang menatapnya aneh. Lagi pula, wajah Tangguh dan Ares sangat mirip. Ares menatap Tangguh dengan lekat. Ares diam saat digendong oleh Tangguh. "Mas Tangguh?" panggil seorang perempuan yang sejak tadi menguntit Tangguh. Ia penasaran dengan lelaki yang dikenalnya sedang mengegndong anak. Yura melirik ke arah wanita yang sangat anggun dengan balutan dres berwarna pastel. Rambutnya panjang dicurly hingga membuat wanita sangat cantik.
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD