BENAR-BENAR luar biasa, ketika Faren dan Cessa melangkahkan kakinya hendak menuju ke lantai dua, lebih tepatnya ke kelasnya, seluruh pasang mata kini tertuju kepada mereka. Setiap hari Faren memang selalu diperhatikan, tapi kali ini Faren malah merasa lebih-lebih seperti diawasi. Seolah ia adalah maling yang sudah diketahui keberadaanya. Dan Faren sangat risih akan hal tersebut. Menghela napas panjang agar detak jantungnya tidak terlalu berlebihan dalam bekerja, Faren pun menoleh ke samping. Di mana Cessa berdiri, rupanya sahabat barunya itu sedang menanggapi tatapan sekitarnya dengan senyuman lebar. Cessa cantiknya bukan main, itu menurut Faren. Ia bahkan merasa kalah cantik dari cewek disampingnya ini. Berusaha menampik pikiran konyol tersebut dari otaknya, Faren menggeleng pelan. "