Tamu Penting Papa.

1507 Words
Sekarang genap dua bulan setelah kepergian abang dari rumah ini. Di mana aku merasa tidak ada yang usil selagi aku pulang dari rumah sakit. tidak ada yang bawel, berisik dan nyebelin. Itu semua aku kangenin. Abang sudah jadi milik mbak Devi seutuhnya. Abang bakal jarang perhatian lagi sama aku. baiklah Daripada memikirkan hal itu, hari ini aku akan menyibukkan diri dengan berbagai operasi, dan setelahnya aku ingin menyempatkan mampir ke rumah baru abang. aku sudah rindu sama abang. ya kalau aku pulang tidak lewat petang, aku akan mampir kesana. Akhirnya selesai juga menangani lima operasi hari ini. Tulangku rasanya bengkok. Enak banget kalau ngelurusinnya di tempat tidur nih. Jam berapa ini ya?, sepertinya masih sore. Ya kalau berada di ruang operasi ga terasa jam berjalan cepat karena fokusnya selalu sama pisau bedah. aku berjalan melewati lorong Rumah Sakit setelah keluar dari ruangan operasi. aku melirik jam dinding dan ternyata sekarang sudah jam sepuluh malam. apa pantes aku bertamu malam-malam kerumah abangku?. sebenarnya kata abang, sewaktu waktu aku bisa main kesana tapi pending dulu aja ke rumah abangnya. pengantin baru jam segini pasti lagi sibuk-sibuknya. •••• Pagi ini aku tertawa gembira, pasalnya aku mendapatkan libur satu hari. aku ingin pergi ke salon, harus rajin merawat kulit untuk suami. walaupun Sebenarnya kulit tetap kenyal dan tidak keriput itu adalah pengaruh hormon. Apalagi ketika masih dibawah 25 tahun itu hormon meningkat, makanya bawaannya kalau wanita sering sensitif ga cuma pas haid. Maka dari itu timbulah perkataan entah siapa yang mengatakan yang jelas pepatah mengatakan wanita selalu benar dan pria selalu salah. aku selalu berusaha mandiri, ada perlu apa-apa ga pengen ditemenin, Lebih baik sendiri. Biasanya aku berdua sama Jessika kalau mau ke salon karena dia yang rekomendasiin salonnya, Tapi ini aku memilih sendiri aja. Selain itu Jessika juga yang aku lihat Akhir-akhir ini lagi sibuk sibuknya. Syukur kalau temanku yang satu itu sibuk. Biar dia belajar bagaimana rasanya sehari saja lebih banyak berpikir daripada berbicara. Ya secara ya Jessika temanku itu orangnya bisa dikatakan hiperaktif, agresif pula kalau ngomong udah kayak kereta api saja. mungkin waktu mamanya hamil kebanyakan mengonsumsi asam folat. aku yakin seharian ini Jessika agaknya stres karena full ngerjain tugas dan tanggung jawab. Semoga dia kuat, I belive you strong Jes. Sampailah mobilku di salon kecantikan ini. Ga menunggu waktu lama karena jalannya lenggang tanpa kemacetan, aku masuk dulu dan duduk menunggu mbaknya datang melayaniku. "Selamat pagi mbak, ada yang bisa saya bantu?" Sambut seorang wanita yang kuyakini dia karyawan salon disini. "Saya mau perawatan dari kepala sampai kaki" kataku pada mbaknya. mbaknya tampak tersenyum semangat selesai perawatan, aku pun pulang. aku tidak mau wajahku yang habis perawatan ini terkontaminasi dengan bakteri jahat yang menimbulkan jerawat. Jadi aku putuskan untuk pulang, tidur, baca majalah atau nonton drama korea. itu lebih baik daripada diluar panas-panasan. masuk kedalam mobil dan mengendarai mobil dengan kecepatan sedang. Jalanan kota tampak ramai, tidak se lenggang tadi saat berangkat, tampak tenang dan tidak macet. suasana sekarang menjadi kebalikannya. apa Mungkin tadi masih begitu pagi jadi belum terlalu ramai. mobilku telah Sampai di pintu gerbang Rumahku. di dalam sana sudah Mobil fortuner Hitam dan Pajero Hitam, yang fortuner aku seperti pernah melihat mobil itu, mungkin hanya perasaanku saja, karena banyak melihat mobil seperti itu di jalan, tapi siapa pemilik mobil ini? apakah teman papa?. entahlah apa penting sekali sampai aku pikirin. aku langsung memarkirkan mobil Honda Jazz Silver ini di samping mobil fortuner Hitam. halaman depan Rumah Mama Papa lumayan luas. Kalau hanya untuk parkiran tiga sampai empat mobil masih muat. sepertinya benar teman papa, suara papa yang tertawa keras tertangkap jelas di indera pendengaranku yang masih berada di halaman depan rumah. kedua pemilik mobil ini pasti temen akrab papa. "Assalammualaikum" ucap salamku, menengok siapa yang duduk di hadapan papa. mataku menegang, melihat sosok pria yang ku kenali. bukan, lebih tepatnya aku tahu tapi belum bisa dikatakan kenal. kenapa dia ada di rumahku?. Apa papaku mengenal pria super aneh itu?. "Waalaikumsalam" jawab semua orang yang ada di ruang tamu, kecuali dia. dia terperanjat kaget melihat kedatanganku mana sempat menjawab salam. di ruang tamu Rumah Papa Mama sekarang ada pria aneh itu, Laki-laki dan wanita paruh baya yang tersenyum lebar menyambutku, tentu saja terkecuali pria aneh itu wajah yang tadinya terkejut sekarang tampak enggan menatapku. "Sasa, ganti bajumu sekarang!" desak mamaku yang baru menyadari pakaian dan celanaku memperlihatkan lengan dan paha putih mulus. mama kelihatannya sudah hampir naik darah karena penampilanku. Sementara papa hanya mengelus pelipisnya sambil menunduk, apa aku sebegitunya membuat mereka malu?. lagian papa mama juga tidak bilang kalau mau ada tamu dan penampilanku seperti ini kan sudah biasa. "tidak apa-apa Arna, Satya. Nanti ketika sudah menikah pasti mengerti untuk menjaga penampilan tetap sopan" ujar perempuan paruh baya yang duduk di sebelah pria aneh itu. tetapi mengapa dia menyinggung soal pernikahan? dan Pria aneh itu ada hubungan apa dengan perempuan paruh baya itu. sepertinya sejak mengetahui kehadiranku, pria itu menunduk terus. Apa yang dia pikirkan? dan dalam rangka apa mereka mendatangi rumahku?. Kenapa papa mama bisa kenal sama Pria aneh itu?. banyak pertanyaan yang mencecarku ingin segera tahu jawabannya. "Sasa, naik ke atas sekarang ganti pakaianmu yang lebih sopan kemudian turun kembali kesini, cepat." perintah mamaku dengan menggunakan suara lantang dan tegasnya itu, aku menganggap mutlak tidak bisa di negoisasi alias harga mati. aku pun lantas buru-buru naik ke atas dan masuk ke dalam kamar untuk berganti pakaian santai tentunya seperti yang dikatakan mamaku, pakaian yang sopan, ingat! pakaian yang sopan. aku membuka Almari, semua pakaianku saat di rumah ratw-rata pendek hampir tidak ada yang terlihat sopan disini. untunglah aku menemukan setelan yang cukup sopan. pakaian ini entah kapan aku pernah memakainya. atasan biru tua, bawahannya rok hitam beludru, Gelap memang sesuai sama tema suasana hatiku. Rambut ku ikat ke belakang, Si pria aneh itu selalu berekspresi datar seperti seseorang yang sedang murung, aku merasa ada yang tidak beres disini. aku menuruni anak tangga dan tersenyum singkat ke arah dua orang yang sepertinya seumuran dengan papa dan mama. senyum itu ku tunjukkan hanya pada mereka saja, aku tidak sudi memberikan senyumku pada pria itu. aku duduk di sofa dengan sangat anggun di samping Papa dan Mama. aku meneliti penampilan pria itu yang terlihat sedikit berkharisma, aku tidak ingin memujinya tapi bagaimana itu benar adanya. wajar saja aku seperti tidak asing ketika melihat mobilnya, itu adalah mobil yang sama saat istrinya pakai dan tidak sengaja menabrak mobilku. "Sasa, Laki-laki yang dihadapanmu ini adalah anak teman papa, mbak Dina dan mas Hamdan. namanya Arkana Felix Wigara Prasetya" terang papaku memperkenalkan nama pria aneh itu. oh jadi pria aneh yang mengenakan kemeja putih kotak-kotak ini namanya Arkan, bukannya yang dibilang temennya Jessika waktu di acara pernikahannya Nia namanya Dimas ya?. Apa dia sedang menyamar di hadapan kedua orang tuaku?. "Nak Arkan, ini putri Tante satu-satunya, namanya Zhezsha Arnasatya Auristela Tamara, panggilannya Sasa biar lebih gampang. dia bekerja di-," ucapan mama terputus karena aku langsung memotongnya. "tidak usah dikenalin ma, dia pasti tidak ingin tahu, lagi pula dia juga sudah pernah melihatku" sela ku ceplos, seketika mata pria aneh itu menatapku tajam. memang salah ya? Setidaknya walaupun tadinya dia belum tahu namaku tapi kan dia tahu dimana aku bekerja. "menyela ucapan orang lain, sungguh tidak sopan" gumamnya, aku bahkan bisa mendengar dengan jelas, jadi dia menatapku tajam karena ini. "Oalah kalian sudah saling kenal toh?, Bagus kalau begitu" sambung wanita paruh baya itu diakhiri kekehan pelan, mencoba mencairkan suasana. apa dia ibunya Arkan?. Bagus, Apanya yang bagus?, Kenal sama dia adalah hal yang bagus?, yang ada aku selalu sial. "kenapa istrimu tidak diajak kesini juga Dimas?" Tanyaku, menatap pria aneh ini dengan tatapan menantang, yang ditatap hanya mengerutkan Alis dan seketika pertanyaanku tadi memecah senyum orang-orang yang berada di ruang tamu. "Arkan ini belum menikah nak Sasa. namanya Arkan bukan Dimas, mungkin nak Sasa sebelumnya salah mengenali orang" tangkas papa nya Arkan, ya ampun aku sampai tersentak mendengar suara tenornya itu. beliau memang memanggilku dengan embel-embel nak, tapi suaranya yang tegas itu seolah sedang mengintimidasiku. "iya nak Sasa pasti belum mengenal Arkan, dia tidak memiliki teman wanita" imbuh mamanya Arkan, ucapannya itu ditutup dengan tertawa fals menurutku. memangnya aku bilang kalau aku mengenalnya?. "Kami para orang tua berniat mengenalkan kalian tapi apa kalian benar-benar sudah saling mengenal?" Sahut papa diakhiri tawa canda. apa maksud papa?, papa mau ngenalin aku sama pria yang sudah beristri?, apa aku mau dijadiin istri ke duanya gitu?. "Pa, Ma, Arkan ini sudah punya istri, istrinya sedang hamil" ucapku, berusaha menjelaskan, Papa dan Mama menggeleng tidak percaya. "Arkan, apa maksud perkataan Sasa nak?" Tanya wanita paruh baya itu menoleh ke putranya menuntut penjelasan. "Itu kesalapahaman Bun, waktu itu saya bertemu dia saat saya bersama Kak Kayla" tuturnya memberi alasan. Apa benar wanita waktu itu bukan istrinya? Tapi dari wajah agak mirip sih waktu itu yang aku lihat. "Oalah itu kakaknya Arkan nak Sasa. Kayla, Anak pertama Tante. Dia memang sedang hamil, kamu pasti salah paham" Ujar wanita paruh baya itu lembut dan tersenyum ramah. aku mengangguk mengiyakan, toh bagiku itu tidak penting, mau istrinya atau kakaknya, memangnya apa hubungannya denganku?.
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD