PART 7

860 Words
"Mickey, what's wrong?! Mengapa kau datang dengan masih berpakaian seperti ini? Katakan cepat apa yang terjadi? Apakah resto terbakar lagi? Katakan, Mickey! Cepat katakan!" Mickey Andrew yang kini sudah berada di depan mata sang nyonya, tiba-tiba tercekat dan mencoba menelan salivanya beberapa kali. Ia sedikit terbelalak melihat pelupuk mata Julie yang membengkak. Hingga untuk berbicara pun rasanya sulit sekali dilakukannya. "Mickey? Please, katakan padaku apa yang terjadi? Kau datang pasti ingin menyampaikan sesuatu, bukan? Aku siap mendengarkan semua dan tidak akan menyalahkan apa pun padamu atau semua karyawan di Resto, Mickey." ujar Julie yang terdengar begitu pelan dan bergetar. Pemilik baru Delicios La Fonte Resto itu mencoba berbicara dengan merendahkan intonasi suaranya agar Mickey Andrew yang terkenal sangat super panik dalam menghadapi sebuah masalah, mau menceritakan apa yang terjadi tanpa perlu menangis lebih dahulu seperti biasanya. Lalu ketika Julie memegang kedua pundak si lelaki gay itu dan mencoba meyakinkan diri dengan berbicara dari tatapan mata. Maka Mickey pun mengatakan sebuah berita yang sangat mengejutkan. "Pa..pavilliun... Pavilliun di belakang Resto... Pavilliun milik anda terbakar, Nyonya! Saat ini pemadam kebakaran telah berusaha menyelamatkan Resto agar tidak terbakar lagi seperti dulu." BRUGH "Nyonya! Nyonya! Nyonya bangun, Nyonya! Nyonya Julie bangun! Tolonggg...! Tolonggg...!" "Bagaimana, Malik? Kau berhasil membakar Pavilliun itu, kan? Camkan baik-baik? Kau bisa berada di Amerika dan bekerja di sini karena aku yang membawamu! Jika kau berani berkata tidak dapat melakukannya seperti kemarin, maka kupastikan kau juga tidak akan pernah pulang ke Indonesia dalam keadaan hidup seperti sekarang!" Gischa Maharani. Sekali lagi perempuan jahat itu ternyata menjadi biang dari sebuah insiden besar yang baru-baru saja terjadi sekitar lima jam lalu. Wanita itu sudah sejak kemarin malam datang ke flat Malik Abdullah, sang Bartender sebuah Club besar di kota Seattle. Lalu mengutarakan semua niat busuknya pada lelaki yang ia bawa dari Padang Sidempuan, untuk mengadu nasib di Negara Adidaya itu. Awalnya Gischa ingin menyuruh Darwin Parkinson, sang pelayan yang kala itu merusak pipa tabung gas di gudang penyimpanan bahan-bahan dan menyebabkan Agradivo kecelakaan. Untuk sekali lagi melakukan hal jahat ini. Tapi saat Gischa mencari keberadaan Darwin dimana? Perempuan licik itu tak kunjung menemukan jejak sang Pelayan. Lelaki tersebut bahkan berhenti bekerja dari Restaurant Mewah itu tanpa pamit. Karena memang ia sangat takut bila harus dipenjara akibat melakukan sebuah tindak pidana yang bahkan hampir menyebabkan kematian. Gischa lantas memutar otak dan dengan berat datang mencari Malik Abdullah. Kemudian memaksa lelaki itu melakukan apa yang ia inginkan. "Jangan mengancamku, Gischa! Aku sangat tidak suka diperintah!" ujar Malik sembari berjalan pelan mendekati Gischa Maharani. "Memang sih, kemarin aku mengatakan tidak ingin melakukannya. Tapi saat kau bilang akan memberi ku apa saja jika aku berhasil melakukannya? Maka aku berubah pikiran, Sayang!" tambahnya sembari semakin mempersempit jarak dengan dimana Gischa berdiri. Tak ayal, sang wanita jahat itu pun benar-benar kaget dan bingung seketika. Ia mundur selangkah demi selangkah ke belakang dan berusaha melakukan apa pun agar apa yang ia takutkan tak terjadi padanya. "Malik, kau-- Apa yang akan kau lakukan, hah?! Mundur, Malik! Mundur dan jangan mendekat atau--" "Atau apa, Sayang? Bukankah kau berjanji akan memberiku apapun yang aku mau jika aku melakukan apa yang kau inginkan, hem? Maka itu aku menagih janjimu, Gischa Maharani! Aku ingin tubuhmu! PLAK! "Argh! b******k! Apa yang kau lakukan, Malik!  Malik, stop! Kumohon jangan sentuh aku, Malik! Jang-- Hemph... Hemph..." "Aku tidak bisa berhenti lagi, Cha! Aku tidak bisa!" teriak Malik sembari merobek kemeja satin yang Gischa kenakan. Selanjutnya, terjadilah hal yang tidak Gischa prediksi sama sekali. Malik memaksa asisten Koki itu melayani nafsu seksualnya dengan serangkaian siksaan yang membuat Gischa tak kuasa melawan hingga berjam-jam. Kemudian pergi dengan sebelum mengancam Gischa yang masih terbaring lemas tak berdaya di dalam kamar hotel itu. "Jangan bermain-main denganku jika kau tidak ingin aku perlakukan seperti tadi! Aku bisa melaporkanmu ke kantor polisi jika kau berpikir akan melaporkan apa yang aku lakukan! Ini untukmu!" Malik Abdullah kemudian pergi meninggalkan Gischa yang meringkuk terisak tertutupkan sebuah selimut tebal. Dengan sebelumnya menyimpan sebuah alat perekam suara di atas tempat tidur dan tak jauh dari tempat Gischa berbaring. Dengan tertatih wanita jahat yang mungkin sedang terkena karma atas segala perbuatan kejinya itu mengambil benda tersebut dan menekan tombol merah yang berada disana dan mendengarkan isi dari alat perekam tersebut. "Aku mohon, Malik. Hanya kau yang bisa membantuku melakukan hal ini. Aku ingin agar semua bukti-bukti yang menunjukkan jika Divo dan Julie pernah menikah itu lenyap tak berbekas. Agar mereka berdua tidak lagi bisa bersama selamanya. Akan ku berikan apapun yang kau mau. Asal kau mau melakukannya untuk ku." "Argh, b******k kau, Malik! b******n! Aku selalu baik padamu sejak kecil tapi kenapa kau menghancurkan hidupku?! Kenapa, Malik? Apa kau pikir aku benar-benar bisa mencelakakan ibumu yang sudah kuanggap sebagai bibiku sendiri?! Hiks! Kau jahat, Malik! Kau benar-benar jahat! Arghhh...!" "Iya, Cha. Aku memang jahat. Aku jahat karena terlalu menuruti kemauanmu sejak kecil, termasuk menjahati Karen Pelangi. Aku jahat karena tak pernah mengatakan jika aku menyayangimu dan membuat kau selalu merasa tak ada yang sayang padamu. Tapi semua ini aku lakukan agar kegilaan mu pada Divo terhenti, Cha. Aku harap benihku berhasil membuatmu hamil. Karena hanya ini cara yang aku miliki agar kau tak lagi mengganggu Divo dan isterinya. Maafkan aku, Cha. Maafkan aku."
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD