Bagian 6

1251 Words
Ardi bangun dari tidurnya. Ia melihat jam di hanphone. Rupanya sudah jam tujuh malam. Ia meletakan handphonenya kembali lalu beralih ke Ratna. Wanita itu nampak tertidur pulas bahkan sangking pulasnya Ratna tidak menyadari,kalau ia sedang memeluk Ardi. Ardi harus cepat memakaikan Ratna pakaian kembali sebelum akhirnya sadar. Ardi nampak membelai pipi wanita cantiknya. Kini mereka berdua sedang berada di Apartemen. "Kenapa kamu jahat!!!aku mengejarmu dan kamu menjauh, kamu tau ketakutan terbesarku adalah kamu...!!!" Ungkap Ardi pedih. Inilah Ardi, sifat angkuh, tegas, dingin dan lainnya runtuh di hadapan kekasihnya itu. Ardi membuka kelopak mata Ratna, mata itu yang dulunya hitam pekat dan bening kini sudah tertutup selaput putih. "Kecelakaan itu membuat mata indahmu menjadi seperti ini sayang..." Ardi menangis ia mencium kedua mata itu. Tangan besar itu membelai rambut indahnya. "Maafkan aku yang t***l kurang cepat menolongmu waktu itu. Flashback Ardi berada di samping Ratna yang terbujur kaku,tubuhnya di penuhi oleh darah. Kini mobil ambulan sedang membawa mereka ke rumah sakit terdekat. "Hiks.." tangis Ratna. "Ratna, ststt jangan nangis sayang.." pinta Ardi lembut. Ardi berjanji siapa yang mencelakai bus itu mereka akan mati!!!. Karena bus k*****t itu wanita yang di cintai Ardi nyaris mati. Sesampainya di rumah sakit tim dokter membawa Ratna ke ruang icu. Ardi hanya diperbolehkan menunggu di luar. Bigh bugh bugh Ardi meninju dinding rumah sakit , ia frustasi wanitanya sedang berjuang antara hidup dan mati. Ia luruh ke lantai Ardi menangis ia terus menghantamkan belakang kepalanya di dinding. "Gantikan dia tuhan, biar aku yang merasakan sakitnya dia, tolong jangan dia!!! Aku tidak sanggup tuhan... dia wanitaku please!!!" Pinta Ardi sambil menangis. Lama Ardi terdiam seorang dokter yang menangani Ratna keluar. "Apa anda saudara wanita di dalam.." sapa dokter, rupanya dokter itu seorang dokter cantik nan seksi. Ardi yang pandangannya kosong mengangguk tanpa menjawab, tenaganya cukup terkuras akibat Ratna. Ardi sempat memicingkan matanya tak suka karena dokter itu mencoba menggodanya. "Bagaimana istri saya..." tanya Ardi sambil berdiri. Mata Ardi menatap dokter itu tajam dan dingin. Dokter itu yang terpanah dengan tatapan Ardi. "Ah, kondisinya kritis, tidak ada luka bakar di tubuhnya tapi, mata istri anda bisa menjadi buta akibat hawa panas yang begitu tepat terkena retina matanya. " jawab dokter bername tag catellya Bagai reruntuhan batu besar tepat menghantam kepalanya. Ardi tak menyangka Ratna mengalami hal seperti itu. Ia sempat termundur sesaat. "Tuan anda tidak apa-apa...??" Tanya Ellya. "Tidak!!" Jawab Ardi sambil melepaskan tangan Ellya dari tubuhnya. Ardi pergi meninggalkan lorong ruamgan itu langkahnya gontai. Apa yang harus ia lakukan?? Apa ia harus merelakan bola matanya!? Kalo iya, Ardi rela memberikannya. Ardi kembali ke lorong itu untuk menemui dokter tadi. "Dok!!" Panggil Ardi. Elly yang merasa di panggil langsung menghadap kebelakang.  "Saya ingin mendonorkan mata untuk istri saya..."  kata Ardi ke Elly. Elly yang merasa tak setuju dan gak suka langsung menolak tak bisa. "Maaf pak,tapi gak bisa...istri anda sedang kritis.palingan sebentar lagi mati.." jawab Elly tajam Ardi geram lancang sekali seorang dokter berkata seperti itu Apalagi ke Ratna. ''Hey jalang...apa kau dokter atau bukan huh!!!" Ardi menarik rambut gelombang Elly membuat ia terperanjat sakit." Seenak tenggorokanmu kalau bicara...jika kau dokter gadungan lebih baik enyah dari pandanganku dan Istriku..." desis Ardi sambil menyungkurkan dokter itu di lantai. Elly hanya menatap Ardi penuh kebencian. Elly sebagai orang suruhan seseorang akan bertindah sesuai perintah ia akan mengambil Ardi dan membuat Ratna mati. ****** Malam hari Ratna sudah melewati masa kritisnya, ia mendapatkan kesadarannya kembali. Kepalanya lumayan sakit, tubuhnya lemas dan juga rasa haus begitu terasa di tenggorokannya. pandangan Ratna gelap ia memegang matanya rupanya ada seseuatu yang menutupi. "Apa aku buta???" Ucap Ratna tak tertahankan. Ia mencoba meraba-raba di sekililingnya. Saat meraba ia merasa ada sesuatu yang sedang tertidur di sampingnya. Ratna memegang sebuah kepala dengan rambut yang tebal, bahu yang kokoh dan juga rahang yang keras. "Eughh"  erang suara itu, membuat Ratna terperanjat kaget, ia menarik tangannya lalu mencari sesuatu untuk melindungi dirinya "Kenapa berhenti mengelusnya sayang..." ucap suara itu, suara yang tak asing bagi Ratna. " Ardi.." panggil Ratna. "Iya sayang..." jawab Ardi lembut. "Pergi...pergi kamu!!! " teriak Ratna lemah. Ia berusaha menghindar dari Ardi. Ia takut di perkosa ia juga takut berhubungan dengan keluarga mereka. " aku benci kamu dan keluarga kamu...pergii..." sambung Ratna lagi. "Ssttt berisik, aku mau tidur... bukannya terima kasih karena sudah di tolongi malah ngusir.. dasar gak tau diri..." ucap Ardi ketus. Ardi akan merubah sifatnya jika di depan Ratna menjadi jutek dan ketus jika di baiki ia akan bertambah jahat bahkan melawan Ardim "Aku tidak butuh pertolongan seorang b******n sepertimu!!!" Jawab Ratna tajam. "Apa??? Bajingan... Adit yang membuatmu nyaris mati dan aku yang kau katai bajingan.... parah kamu Rat..." Ardi menggelengkan kepalanya lalu memilih keluar. Ratna yang mendengar suara pintu tertutup kasar langsung nangis tersedu-sedu. "Aku harus pergi dari sini..." ucap Ratna. Ia membuka perban di matanya. Matanya bisa melihat walaupun kabur. Cucukan  infus yang bersarang di tangannya sudah di tanggalkan. Sambil meraba dinding ia mulai keluar,berjalan sambil membekap suaranya. Ratna berusaha memfokuskan penglihatannya dan terus berjalan hingga sampai di jalan raya. Sesampainya di situ ia mencoba berjalan cepat takut Ardi menemuinya kembali. Ardi yang baru saja sampai di kamar langsung mendapati ranjang itu kosong. Ia bagaikan orang gila saat Ratna menghilang. "Ratna!!!" Teriak Ardi gelalapan.ia keluar dari kamar lalu pergi ke penjuru rumah sakit. Bertanya kepada setiap pasien, perawat atau dokter yang ia temui. "Maaf sus, liat pasien yang matanya tertutup oleh perban??" Tanya Ardi. "Maaf pak, saya tidak melihatnya.." jawab suster itu sambil melangkah pergi. Ardi terus mencari wanitanya sampai di luar rumah sakit,namun hasilnya nihil ia kehilangan jejak sama sekali. Ardi memukul stir mobilnya sambil mengumpat kesal. ***** Ardi selesai memakaikan baju ke tubuh Ratna. Mereka harus segera kembali ke rumah adiknya untuk menjembut tripple A untuk pulang ke Samarinda. From Ratni To Ardi Sayang, kamu di mana sama anak-anak aku mengkhawatirkan kalian.... Ardi yang melihat SMS Ratni langsung di hapusnya. Menurut Ardi sms itu tidak penting, karena dia dan anak-anaknya sedang bersama ibu kandung mereka. Ardi menggendong Ratna kembali, membawanya ke dalam mobil. Ardi membawa mobil dengan santai ia nampak berfikir bagaimana caranya agar Ratna tidak meninggalkannya kembali??? Satu-satunya cara adalah mempengaruhi Abra. Yaa ia harus mendekati anak mungilnya itu. Jika memikirkan Abra, anak itu mirip sekali dengannya baru pertama kali bertemu sudah membuat dirinya jatuh hati.  "Apa sebaiknya aku membawa Ratna pulang ke rumah???" Matanya makin parah!!! Aku takut dia menjadi buta selamanya tanpa ada seseorang untuk menemaninya. " ucap Ardi sendiri. Ia akan gunakan Adrian untuk membawa ibunya pulang kerumah. Mobil Ardi sampai di sebuah rumah sederhana. (backroundnya seharusnya malam tapi anggaplah seperti itu ) Ia turun sambil menggendong Ratna memasuki rumah itu. reflek Ratna langsung mengalungkan tangannya ke leher Ardi. Membuat pria itu tersungging senyum. "Assalamualaikum..." sapa Ardi dan di sambut oleh tatapan tajam dari triplee A. "Papah dari mana!!??" Tanya Aika. "Papah bawa bunda kemana..." selidik Adrian. "Papah tau sedari tadi Abra terus menangis karena mamahnya gak ada!! Dia berfikir kalo mamahnya meninggalkan dia sendirian..." ungkap Adrian sedih. "Di mana dia sekarang???" Tanya Ardi " di kamar... lagi di hibur sama si twinss...!! Jawab Aika. Ardi langsung menuju ke kamar Twinss, di sana ia sedang melihat Abra tengah duduk di sudut ruangan kakinya dilipat hingga d**a lalu menangis sambil menyebut nama mamahnya. "Mamah..." panggil Abra. "Abra kaka nerawang mamah kamu gakpapa...bentar juga pulang..." ucap salah satu twinns. Dan diangguki oleh saudaranya. "Iya betul itu, jangan nangis.. kjta main mobilan yuk!!!" Bujuk si twinss satunya. Ardi merasa sedih, sungguh ia bodoh karena bertindak tanpa memikirkan konsekuensinya terlebih dahulu. Ardi menatap Ratna di pelukannya. Dengan mantap ia masuk ke kamar twinss "Abra..." panggil Ardi. Ia meletakan tubuh Ratna di atas kasur.Abra yang melihat ibunya langsung menerjang Ratna ia memeluk sang ibu begitu posesif mata itu menatap Ardi begitu tajam dan tak suka. Ardi begitu terpana melihat Abra. "Om jangan bawa mamah Abra kemana-mana lagi" ucapnya dan diangguki oleh Ardi. Abra mencium wajah ibunya sebelum Ia ikut terlelap di samping sang mamah.
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD