“Satu lagi,” Panji menghentikan Nidya yang sudah mengira kalau mereka akan segera pulang. “Apa pendapat kamu soal cinta sedarah? Maksudnya bagaimana kalau kamu ada dalam posisi menicntai saudara kandungmu sendiri?” Nidya terpengkur sejenak. Berbagai dugaan entah kenapa mampir ke dalam pikirannya. Dia malah tengah berpikir kalau atasannya ini menyukai saudara kandung maksudnya kakanya sendiri. Ibu Jasmine? Mata Nidya tiba-tiba melotot karena pemikirannya sendiri. Dia segera menatap Panji untuk mencari tahu. “Ma-masudnya ini cuma perumpamaan kan, Pak?” bibir Nidya kaku sekali untuk sekadar bertanya. Panji merasakan punggungnya menegang, dia terkejut kalau Nidya sepertinya meyadari makna dari pertanyaannya dan sedang memastikan dengan cara yang sopan. “I-iya, ini terjadi pada sahabat saya