H.F -(BAB 6)-

2384 Words
Mobil yang membawa Meihua dan Zhang Yuwen baru saja memasuki sebuah gerbang besar pada kawasan sepi yang agak jauh dari perkotaan. Tempat itu begitu tenang, pemandangan sekitar juga sangat menawan. Padang rumput yang hijau dan terpotong dengan rapi, pepohonan yang tumbuh subur dengan dedaunan yang rindang. Yang paling mencolok dari pemandangan indah itu adalah bunga prem. Pohon bunga itu tumbuh begitu banyak dan juga subur di sana, warna bunganya yang merah muda terlihat begitu lembut, belum lagi ketika angin berembus aroma harum bunga prem menyebar ke semua tempat. Meihua yang sejak meninggalkan sekolah hanya diam akhirnya menunjukkan reaksi, ia terkagum-kagum dengan kecantikan bunga itu. “Kau tidak mengenal bunga itu?” tanya Zhang Yuwen. Pemuda itu menatap Meihua, ia kemudian tersenyum saat gadis tersebut balas menatapnya. Meihua yang mendapatkan pertanyaan demikian hanya diam, ia membalas tatapan Zhang Yuwen dan masih tak mengerti dengan sikap pemuda itu. Mereka pernah mempunyai masalah, dan entah kenapa Zhang Yuwen malah terlihat tidak mempunyai perkara dengan dirinya. “Berhenti,” ujar Zhang Yuwen kemudian. Meihua yang mendengar ucapan tersebut keluar dari bibir Zhang Yuwen segera mengalihkan perhatiannya keluar jendela, ia mengembuskan napas pelan, mencoba untuk tetap tenang dan diam. Mobil yang membawa keduanya segera berhenti, dan sang sopir menunggu perintah selanjutnya. Sedangkan Zhang Yuwen kembali menatap Meihua, ia senang saat melihat gadis itu ada di dekatnya, dan entah kenapa ia sangat tertarik kepada Meihua. Ada banyak hal yang membuat Zhang Yuwen penasaran. Pertama, tentang asal-usul Meihua. Ia tak menemukan data apa pun saat meminta seorang detektif menyelidiki tentang Meihua dan kehidupannya. Dua, dari cara Meihua bicara, melangkah, bahkan setiap gerak-gerik gadis itu benar-benar berbeda dengan orang miskin. Dan yang terakhir, nama yang disandang oleh gadis tersebut. Zhang Yuwen memang sengaja membawa Meihua ke mansion keluarganya, ia ingin menunjukkan pada gadis itu tentang bunga prem, dan melihat reaksi Meihua saat melihat bunga tersebut. Tetapi melihat bagaimana reaksi Meihua, Zhang Yuwen menyadari satu hal. Meihua tak tahu tentang bunga prem sama sekali, dan hal itu membuat Zhang Yuwen semakin ingin tahu tentang Meihua. “Kenapa kau terus menatapku?” tanya Meihua pada akhirnya. Zhang Yuwen yang mendapat pertanyaan demikian membuang muka. “Aku hanya sedikit kecewa, dan sedang memikirkan beberapa hal.” Meihua yang tak peduli kembali menatap keluar jendela, ia sangat tertarik dengan kecantikan bunga itu dan ingin melihatnya dari jarak yang sangat dekat. Entahlah ... ada sesuatu yang sangat menarik perhatiannya, dan ia juga tak mengerti kenapa bisa jatuh cinta pada pandangan pertama pada bunga tersebut. “Ingin keluar dan menikmati suasana?” tawar Zhang Yuwen. Meihua kembali menatap Zhang Yuwen, ia bahkan terlihat tetap nyaman walau berada di pangkuan pemuda itu. “Kenapa kau hanya diam?” tanya Zhang Yuwen lagi. Meihua menyeringai. “Kenapa kau berubah menjadi sangat baik padaku? Katakan, ada apa ini?” “Karena aku menyukaimu, dan kau adalah hiburan untukku. Jadi, apa yang kusukai, tak akan pernah tersentuh oleh orang lain. Yang berhak mengganggumu adalah aku, dan yang berhak melepaskanmu juga aku.” Zhang Yuwen mendekatkan wajahnya dengan wajah Meihua. “Aku bukan boneka,” balas Meihua dengan tatapan tajam. Ia tak peduli sedekat apa mereka kali ini, yang jelas, Meihua tak akan gentar menghadapi Zhang Yuwen. Zhang Yuwen yang mendengar jawaban Meihua hanya diam, pemuda itu kemudian membuka pintu mobilnya. “Apa kau masih ingin berada di pangkuanku?” tanya pemuda itu sambil menjauhkan wajahnya dari wajah Meihua. Ia tersenyum saat melihat wajah gadis itu bersemu, terlihat sangat manis bagi Zhang Yuwen. Meihua yang sadar dengan ucapan Zhang Yuwen segera turun dari mobil, ia terlihat salah tingkah karena hal tersebut. Sial ... seharusnya ia sadar jika sedang berada di pangkuan Zhang Yuwen, tetapi ia malah seperti gadis jalang yang menikmati hal tersebut. Ketika kakinya berpijak pada jalanan berbatu yang sudah tersusun rapi, Meihua tersadar dan menatap sekitar. Embusan angin terasa begitu lembut dan menyejukkan, hawa tidak terlalu panas dan juga dingin, belum lagi suara kicauan burung yang terdengar ribut. Meihua menatap padang rumput yang luas sekali lagi, ternyata benar ... lebih indah jika dilihat secara langsung. Gadis itu tanpa terasa melangkahkan kakinya, ia menginjak rerumputan dengan sepatunya. Zhang Yuwen yang melihat tingkah Meihua cukup terhibur, sepertinya Meihua suka tempat itu, dan sekarang ingin segera menghabiskan waktu untuk berkeliling. Pemuda itu membuka sepatunya, ia kemudian menyimpannya di sisi jalan. “Tuan Muda, apa saya perlu menunggu di tempat yang agak jauh?” tanya sopir. Zhang Yuwen tersenyum kecil. “Kembalilah lebih dulu, aku akan pulang berjalan kaki dengannya.” “Saya mengerti,” balas sopir tersebut. Zhang Yuwen yang sudah selesai dengan urusannya segera melangkah cepat ke arah Meihua. Sedangkan sopir yang menemani keduanya sejak tadi bergegas pergi menuju mansion keluarga Zhang. Di tempat yang agak jauh dari Zhang Yuwen, Meihua yang sedang berada di bawah pohon bunga prem menengadahkan kepala, ia memasang senyuman manis dan menatap bunga tersebut dengan mata berbinar. Ditariknya napas panjang, menghirup aroma harum bunga itu. Mata Meihua terpejam, dan saat itu pula ia menemukan ketenangan. Selama dirinya berada di Hongkong, baru kali ini ia bisa menikmati suasana alam yang sangat indah. Mungkin ada untungnya juga Zhang Yuwen membawanya membolos kali ini, hasil yang dirinya dapatkan juga jauh lebih baik. Hah ... Meihua segera membuka mata. “Kau menyukai bunga itu?” tanya Zhang Yuwen yang melangkah pelan dari arah belakang Meihua. Meihua mengalihkan tatapannya, ia melihat ke arah kaki Zhang Yuwen yang tidak mengenakan sepatu atau alas kaki lainnya. Gadis itu terpaku sejenak, bagaimana rasanya? Apa tidak geli? “Kenapa kau hanya diam?” tanya Zhang Yuwen. Ia segera berhenti di hadapan Meihua, kedua tangannya dimasukkan pada saku celana. Kancing bagian atas kemeja sekolah milik Zhang Yuwen terbuka, memamerkan d**a bidang pemuda itu. “Apa kau terpesona padaku?” tanya Zhang Yuwen langsung pada intinya. Meihua yang mendengar pertanyaan itu tidak bereaksi, ia tetap diam, matanya tetap mengamati Zhang Yuwen. Pemuda itu memang berbeda dari yang lain, tetapi perbedaan itu terlalu mencolok. Zhang Yuwen memiliki tatapan mata yang tajam, hal tersebut membuat para gadis tak mampu untuk lari dari pesonanya. Suara pemuda itu serak-serak basah, menambah kesan seksi yang sudah melekat, bahkan mungkin sudah tercampur-baur pada DNA. “Meihua?” bisik Zhang Yuwen, pemuda itu begitu dekat dengan Meihua sekarang. Ia mengembuskan napasnya, membuat napas itu menerpa kulit halus nan putih milik Meihua. Meihua tersadar, ia menatap ke samping dan melihat Zhang Yuwen begitu dekat dengannya. Nyaris saja bibir mereka bersentuhan, dan ia juga nyaris terjatuh karena rasa kaget. “Kenapa kau hanya diam?” tanya Zhang Yuwen lagi. Pemuda itu menahan tubuh Meihua yang hampir terjatuh, ia memeluk bagian pinggang Meihua dan mengeratkan pelukan itu agar Meihua bisa lebih dekat dan menempel pada tubuhnya. Meihua menggelengkan kepala. “Apa kau terpesona padaku?” pemuda itu kembali mengucapkan kata, benar-benar dengan suara yang pelan, dan nyaris tak terdengar. “Katakan,” ujar Zhang Yuwen. Meihua menutup mata, ia kemudian membukanya kala Zhang Yuwen malah menciumi lehernya. Rasanya sangat geli, dan ia berusaha untuk melepaskan pelukan pemuda itu. “Hentikan, bodoh!” ujar Meihua pada akhirnya. Zhang Yuwen menghentikan aksinya, ia kemudian melepaskan pelukannya pada Meihua. “Jangan bersikap seenaknya,” ujar Meihua lagi. Zhang Yuwen tertawa kecil. “Biasanya gadis yang mendapat perlakuan seperti tadi dariku akan diam dan menikmati. Meihua, kau benar-benar mengagumkan. Aku ingin lebih dekat denganmu, dan jangan pernah menjauh dariku. Di sekolah, semua orang sedang membicarakanmu, dan jika kau pergi seorang diri, maka kau akan tamat.” “Kau sedang mengancamku?” tanya Meihua. Zhang Yuwen menggelengkan kepala. “Aku mengatakan hal yang benar, coba saja jika tak percaya.” “Dan semua ini terjadi karena dirimu, kau yang mengacaukan hidupku, kau membuat semuanya semakin tak terkendali.” “Dan aku akan membereskannya untukmu, aku juga akan mengendalikannya.” Meihua terbungkam, percuma saja berdebat, ia tak akan menang jika melawan pemuda seperti Zhang Yuwen. “Hei, kenapa kau masih memasang wajah masam. Daripada menjadikanku musuh, lebih baik kau menjadi sekutu dan mainanku.” Meihua memilih duduk, ia kemudian bersandar pada pohon bunga prem dan melirik Zhang Yuwen. “Kau benci keributan, bukan? Dan aku juga bosan karena tak punya hiburan. Ada baiknya juga jika kita dekat. Kau bisa mendapatkan ketenangan, sedangkan aku mendapatkan hiburan.” Mendengar tawaran dari Zhang Yuwen membuat Meihua sedikit tertarik. Memang benar, sekarang bukan waktunya mencari musuh. Jika ia menolak tawaran Zhang Yuwen, ia jelas akan mendapatkan banyak masalah, dan yang paling buruk adalah dikeluarkan dari sekolah. Zhang Yuwen memiliki kekuasaan, kapan pun Zhang Yuwen mau, maka ia bisa meninggalkan tempat itu tanpa perlawanan. “Aku yakin kau cukup pintar,” ujar Zhang Yuwen santai, pemuda itu kemudian mengulurkan tangan ke atas, ia meraih salah satu ranting dan mematahkannya. Tersenyum, Zhang Yuwen lalu memutuskan untuk duduk di samping Meihua. “Apa kau masih harus berpikir panjang untuk pilihan menguntungkan seperti ini?” Meihua tetap saja diam, ia sedang menimbang baik dan buruk pada jalan pemberian Zhang Yuwen. Sedangkan Zhang Yuwen segera menyodorkan ranting yang dipenuhi oleh bunga prem kepada Meihua. “Ambillah, kau menyukainya, bukan?” Meihua menatap ke arah bunga-bunga tersebut, terlihat begitu cantik dan memikat. Tangan kanan gadis itu segera meraih pemberian Zhang Yuwen, bibirnya mengulas senyum tanpa ia sadari. Zhang Yuwen melihat semuanya, ia kemudian berpikir banyak hal. Bagaimana jika Meihua mengenakan pakaian yang ia pilih? Mungkin itu akan sangat cocok, dan ia bisa menghibur dirinya sendiri dengan baik. “Apa nama bunga ini?” tanya Meihua. “Jawab pertanyaanku lebih dulu. Apa kau setuju menjadi bonekaku? Aku jelas akan melindungimu dan membuat orang-orang seperti Jia Li dan Wang Chunying tidak lagi mengganggumu.” Meihua menatap mata Zhang Yuwen. “Boneka? Aku masih tak mengerti kemauanmu.” “Baiklah, aku akan menjelaskannya.” Meihua yang mendengar hal tersebut menganggukkan kepala. Ia menatap ke arah Zhang Yuwen, menunggu pemuda itu memberikan penjelasan. Zhang Yuwen menarik napas. “Aku ingin kau menjadi bonekaku. Menggunakan semua barang yang aku berikan, dan melakukan apa saja yang aku inginkan. Kau cantik, dan kau bisa menggunakan semua pakaian wanita yang ada di apartemenku. Misalnya jika hari ini aku memintamu untuk berdandan seperti tokoh anime, maka kau harus melakukannya. Kau harus menjadi seperti tokoh tersebut, dan menemaniku menghabiskan waktu.” Meihua yang mendengar penuturan pemuda itu menatap tak percaya, ia kemudian berdiri dan menjauh dari Zhang Yuwen. “Kau hanya ingin menjadikanku seperti boneka porselen, bisa menggunakan pakaian apa saja yang kau inginkan.” “Lebih tepatnya, kau akan menjadi manekinku.” “Hanya itu?” tanya Meihua lagi. “Benar, karena kau cantik.” “Kau tidak akan berbuat macam-macam padaku, bukan?” Zhang Yuwen menyeringai. “Apa kau ingin aku melakukan hal yang ‘macam-macam’ itu?” “Tidak!” “Jadi, apa kau menerima tawaranku?” Zhang Yuwen meraih tangan Meihua, ia kemudian menarik gadis itu agar lebih dekat dengannya. Meihua langsung terduduk dan menahan tubuhnya agar tak tertarik lebih jauh, ia berada pada jarak yang tidak terlalu dekat dengan Zhang Yuwen. Kemudian, Meihua yang sejak tadi menimbang keputusannya segera mengangguk, ia setuju untuk menjadi boneka Zhang Yuwen. Alasannya utama dirinya menerima hal ini karena mementingkan rasa aman dan juga nyaman di sekolah. “Sekarang, jawab pertanyaanku.” Meihua menatap, ia menunggu Zhang Yuwen membalas tatapannya. “Apa?” tanya Zhang Yuwen sambil tersenyum dan semakin mendekati Meihua. Ia mengamati mimik wajah Meihua, dan sialnya kini malah melihat jelas bibir ranum gadis itu. “Apa nama bunga ini?” tanya Meihua. Zhang Yuwen semakin mendekat. Pemuda itu kemudian berbisik, “Meihua.” Meihua yang tak ingin Zhang Yuwen semakin mendekat segera menahan tubuh pemuda itu dengan kedua tangannya. “Menyingkir, kau terlalu dekat. Aku bertanya, apa nama bunga ini?” “Itu bunga meihua, tetapi orang-orang banyak mengenalnya dengan nama bunga prem.” Meihua menatap bunga itu lekat-lekat, bunga itu memiliki nama yang sama dengannya. “Kau ingin tahu fakta tentang bunga itu?” tanya Zhang Yuwen. Meihua sangat tertarik dengan tawaran pemuda itu. “Bisa kau jelaskan dengan rinci?” “Duduklah dengan benar, bersandar pada pohon, dan aku akan menjelaskannya.” Meihua segera melakukan semua yang Zhang Yuwen katakan, ia duduk dengan cepat, mengatur posisinya dan menatap Zhang Yuwen saat telah selesai. Zhang Yuwen segera mendekati Meihua, ia berbaring di dekat gadis itu dan menjadikan paha Meihua sebagai bantal. Mata Zhang Yuwen menatap Meihua yang terlihat kaget dengan tingkahnya, tetapi ia sama sekali tak peduli akan hal tersebut. “Kenapa kau harus berbaring seperti ini?” tanya Meihua. “Karena aku lelah jika terus-menerus duduk,” balas Zhang Yuwen. “Kau menyebalkan!” “Kau harus ingat, sekarang kau adalah bonekaku.” Meihua tersenyum dengan wajah masam, benar-benar senyum yang ia paksa. “Sekarang jelaskan, jangan mengulur waktu.” “Kau punya nama yang sama dengan bunga itu, tetapi kau malah tak mengetahui apa pun tentang bunga tersebut. Meihua, apa itu benar-benar namamu?” tanya Zhang Yuwen. Meihua merasa malu karena tak tahu apa-apa tentang namanya. Ibu dan ayahnya mengatakan nama itu diberikan oleh seorang pria bernama Cancri, dan pria itu juga salah satu rekan bisnis ayahnya. Ketika ia bertanya kenapa dirinya diberi nama Meihua, kedua orang tuanya juga tak bisa menjawab. Tetapi mereka mengatakan jika nama itu adalah nama yang sangat spesial, dan sejak saat itu juga Meihua tidak banyak bertanya tentang arti dari namanya sendiri. “Bunga itu adalah simbol ketahanan dan ketekunan dalam menghadapi kesulitan, karena bunga meihua sering mekar paling berseri bahkan di tengah-tengah salju musim dingin yang keras.” Zhang Yuwen akhirnya memulai penjelasannya, ia bisa melihat wajah Meihua yang berangsur-angsur meninggalkan kesan masam. Wajah gadis itu terlihat lebih manis sekarang. “Karena pohon bunga meihua biasanya dapat tumbuh untuk waktu yang lama, dan juga ada pohon-pohon kuno ditemukan di seluruh Tiongkok. Wilayah Huangmei di Hubei memiliki pohon bunga meihua berumur 1.600 tahun dari Dinasti Jin yang masih sering berbunga sampai saat ini.” Zhang Yuwen menghentikan ucapannya, ia mengulurkan tangan dan menyentuh pipi Meihua. Gadis itu menundukkan kepala, ia menatap mata Zhang Yuwen. “Kenapa kau berhenti? Cepat, jelaskan lagi.” “Apa kau ingin pergi ke wilayah itu untuk melihat pohon bunga berumur ribuan tahun?” tanya Zhang Yuwen. “Jangan balik bertanya, sebaiknya kau juga menjelaskannya dengan benar.” Meihua tak ingin Zhang Yuwen mengalihkan pembicaraan. “Baiklah ... baiklah ... Dengarkan ini, dan kau harus mengingatnya dengan baik.” Meihua menganggukkan kepalanya cepat. “Tiga benang sari melambangkan Tiga Prinsip Rakyat dari Dr. Sun Yat-sen, sementara lima kelopak melambangkan lima cabang pemerintahan. Yuan Eksekutif, Yuan Legislatif, Yuan Yudisial, Yuan Eksaminasi, dan Yuan Kontrol. Bunga ini juga telah diusulkan menjadi salah satu bunga nasional untuk Republik Rakyat Tiongkok.” Meihua terkagum-kagum mendengar penjelasan Zhang Yuwen, ia benar-benar tak menyangka jika namanya memiliki arti sehebat itu. Gadis itu kembali menatap bunga yang Zhang Yuwen berikan untuknya, ia sekali lagi tersenyum senang. “Zhang Yuwen ... terima kasih sudah menjelaskannya padaku.” “Ya, dan kau harus ingat jika dirimu juga sangat berharga.” “Dan kau membuatku menjadi tidak berharga lagi, namaku sangat hebat, tetapi kau menjadikanku boneka.” “Meihua, kau adalah boneka yang sangat mahal. Aku tak akan membiarkan orang lain menyentuhmu,” balas Zhang Yuwen lalu memejamkan mata. “Aku ingin tidur sebentar, tolong jaga aku.”
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD