30. Sepucuk Puzzle

2018 Words

“Jadi, kalau memang enggak suka saya anggap adik, kamu ingin saya anggap apa, Shen?” Pertanyaan telak. Sungguh tidak pernah kubayangan sebelumnya kalau Mas Rifqi akan bertanya seterus terang ini. Pertanyaannya membuatku seketika terdiam, bingung harus menjawab apa. Belum lagi, saat ini aku juga sedang lelah karena baru saja pulang dari rumah sakit. Otakku rasanya blank. “Y-ya enggak perlu dianggap apa-apa! Maksud saya, anggap teman saja. Itu sudah cukup. Kan dari awal kita juga teman. Memangnya apa lagi?” “Oke, teman. Tapi saya inginnya menganggapmu sebagai adik.” “Saya enggak mau! Tapi kalau maksa, ya udah terserah! Yang paling penting, tolong jangan bikin salah paham. Bersikaplah sewajarnya.” “Memangnya ada sikap saya yang enggak wajar?” “Masih tanya?” mataku melebar tak percaya.

Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD