41. Malam yang Kelam

1831 Words

Leherku terasa nyeri bukan main ketika pertama kali membuka mata. Selain nyeri, ada rasa perih dan kebas. Pelan-pelan aku mengerjapkan mata, mencoba melihat kondisi sekitar. Mataku langsung mendelik lebar begitu melihat apa yang ada di depanku. Aku pun langsung berteriak, tetapi gagal karena mulutku dilakban kuat. Aku berusaha bergerak ke sana dan kemari, tetapi tetap gagal karena kaki dan tanganku diikat jadi satu. Detik itu juga, aku langung menangis. Aku menyadari bahwasannya pembekapan dan rasa suntik yang kurasakan beberapa jam yang lalu adalah nyata, bukan mimpi buruk semata. Ya, aku diculik. Kini aku digeletakkan begitu saja di atas lantai keramik yang dingin. Suasana sekitar remang-remang. Ada lampu, tetapi sangat kecil. Sama sekali tidak sebanding dengan lebarnya ruangan ini.

Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD