Bab 18

1281 Words
Amelia mulai membuka matanya perlahan ketika sinar matahari mulai menerpa wajah cantiknya. Gadis itu mengerutkan kening karena tidur nyamannya terganggu oleh sang mentari. Tangannya terangkat untuk melindungi wajahnya sebagian. Ketika ingatannya terkumpul, bola mata Amelia membelalak sempurna. Hal yang pertama dilihatnya adalah sebuah dekorasi langit kamar di penuhi bintang-bintang. Dia hendak bangkit, tapi pusing mendera kepalanya. “Apakah aku benar-benar di culik oleh pria asing itu?” Perlahan Amelia bangkit, mengumpulkan kekuatannya untuk duduk. Kondisi tumbuhnya yang seperti terkuras habis setelah olah raga membuatnya harus bekerja keras hanya untuk duduk. Matanya berkunang-kunang, padahal dia ingin memastikan sesuatu. Takut kalau ada hal buruk terjadi padanya. “Aku masih perawan kan?” monolognya terlihat gelisah. Amelia buru-buru meraba tubuhnya sendiri, anehnya bagian itu tak sakit. Dia menghela nafas lega ketika mendapati tak ada yang salah dalam tubuhnya. “Lalu, di mana ini? Jangan-jangan aku di jual.” “Siapa yang menjual gadis sepertimu?” Dave berdiri di ambang pintu dengan santai, membuat Amelia terkejut setengah mati. “Kau!” tunjuk Amelia. “Kenapa kau ada di sini?” Tidak mungkin Dave mendengar semua perkataan tak masuk akalnya. “Sejak kapan kau ada di situ?” “Sejak kau mulai berhalusinasi.” Dave tetap bersandar di kayu pintu sambil menatap Amelia yang masih pucat. “Keluar... sarapan.” Dia melenggang pergi meninggalkan gadis itu. “Ini aneh... tiba-tiba dia baik padaku,” kata Amelia heran. Gadis itu mulai bangkit perlahan menuju ke kamar mandi. Wajahnya terkejut ketika melihat ke arah cermin. “Siapa b***k ini? Kenapa wajahku jadi seperti ini?” geramnya tertahan. Jadi, Dave tahu bentuk wajahnya yang b***k layaknya gadis desa. Wajah pucat, bibir pucat, rambut kusut seperti tak di cuci seminggu, dan juga pakaian yang lusuh. “Tidak! Imageku hancur di mata bos dingin itu.” Amelia membasuh wajahnya dengan lembut agar terlihat segar. “Begini jauh lebih baik dari sebelumnya.” Gadis itu keluar kamar mandi, sontak terkejut melihat Dave ada di depannya. “Apa yang kau lakukan di sini?” “Lama.” Dia melengos meninggalkan Amelia. Ada apa dengannya? Dasar bocah aneh. Isi hati tak bisa di tebak. Terkadang baik,terkadang menyebalkan. Dan sekarang terlihat layaknya balita kurang kasih sayang. Kesal rasanya ketika Dave mengabaikannya, tapi karena dia bos ya terserah. “Buat apa aku memikirkan dia.” Amelia mengekori Dave dari belakang. Matanya terus memandangi interior bangunan yang cukup mewah. Banyak koleksi lukisan dan guci antik, dan juga miniatur-miniatur pahlawan yang di pajang di sisi kanan. Lemari kaca dengan model anti peluru ditambah dengan anti radiasi. Amelia hanya terkagum-kagum dengan barang-barang mewah milik Dave. Di samping kanan, ada lukisan yang berumur ribuan tahun. Kalau di jual pasti mahal. Tunggu... letak ruang seperti ini aku pernah membayangkannya, ini persis dalam n****+. Seharusnya jika di dunia nyata lukisan berumur ribuan tahun di taruh di museum, bukannya di pajang di dalam ruangan menjadi koleksi pribadi? Melihat Amelia yang masih terkagum dengan benda sekitar, Dave berdehem agar gadis itu berjalan cepat. “Kau seperti siput. Sangat lamban,” ejek Dave terus terang. Amelia berdecih lirih, berjalan mendahului pria itu. Tapi karena tempat yang luas ia jadi bingung mau ke arah mana. “Makanya, tetap di belakang. Jangan mendahului tuan rumah.” Gadis itu melihat punggung Dave dari belakang. Pria yang ada di depannya ternyata baik juga, mau menolongnya tadi malam. Pribadinya memang dingin, tapi hatinya lembut bagai kapas. “Jangan memandangi punggungku. Aku risih,” kata Dave dingin. Ralat, semua pujian itu akan dihanguskan oleh Amelia. Gadis itu pun memilih memandangi sekitar. Saat sampai di ruang makan, berbagai hidangan telah tersajikan. Ada nasi goreng, salat, sandwich, jus buah. s**u dan roti bakar. Apakah aku terlihat seperti babi? Kenapa ada makanan sebanyak itu di atas meja? “Kenapa? Aku yakin kau terharu,” kata Dave cukup arogan sambil menggeser kursinya. Dari mana kepercayaan diri itu berasal? Dasar aneh “Tidak duduk? jangan bilang kau terkesan.” Amelia pun duduk, “Kenapa kau menyiapkan semua ini?” “Jangan percaya diri... aku hanya ingin menyicipi semuanya,” dusta Dave sambil mulai sarapan. Pria itu melirik Amelia yang sedang mengunyah sandwich miliknya. Jadi, dia lebih memilih sandwich. Tak sia-sia aku meminta koki untuk masak. Merasa dilihat, Amelia menghentikan aktivitasnya. “Ada apa? Kau tampak aneh.” “Aku akan pergi ke kantor. Tapi sebelum itu aku akan mengantarmu pulang.” Sejak kapan Dave menjadi baik? Pasti ada sesuatu dibaliknya. “Aku tolak.” “Kenapa? Kau tak tahu terimakasih sama sekali. Aku sudah menolong mu.” Biasanya Dave tak pernah minta imbalan kepada orang lain, tapi untuk Amelia berbeda. Tujuan mengantar gadis itu pulang adalah untuk mengetahui tempat tinggalnya. “Aku sangat berterimakasih padamu,” kata Amelia sambil bangkit. “Kau tak perlu mengantarku karena kita tinggal di tempat yang sama.” Dari mana Amelia tahu, jelas dari label selimut yang dipakainya semalam. Setiap apartemen mempunyai selimut bawaan khusus, jadi dia tahu mereka tinggal di tempat yang sama. Dave merasa sangat bodoh ketika tak menyadari kalau mereka adalah tetangga. Kemana saja dirinya selama ini. “Setidaknya aku mengantarmu.” “Sebelumnya aku sangat berterimakasih atas bantuan mu. Tapi dimasa depan, tolong abaikan aku.” Gadis itu pergi meninggalkan Dave yang masih diam terpaku. Selera makannya hilang sudah melihat Amelia pergi begitu saja karena merasa harga dirinya hancur. “Aku mati-matian meminta koki untuk menyiapkan semua ini, tapi dia tak menghargai ku sama sekali!” Wajah Dave sangat gelap dan dingin. Jika bawahannya melihat pasti sudah ketakutan. Pria itu pun merogoh ponselnya dan terkejut melihat banyak notifikasi pesan. Dave langsung menghubungi salah satu petugas keamanan perusahaan. “Matikan forum resmi perusahaan. Aku akan segera ke sana.” Berita yang ada di forum perusahaan membuat seluruh karyawan dilanda kehebohan. Sementara Amelia yang dibicarakan masih tidak mengetahui tentang berita itu, hingga Alrich berkunjung ke apartemennya. “Kenapa kau ada di sini?” tanya Amelia ketika melihat Alrich memencet bel pintu rumahnya. “Kau dari mana? Kenapa ponselmu bisa mati?” Alrich mendekati Amelia, menatapnya penuh selidik. Tanpa pikir panjang lagi, pria itu langsung memeluknya. “Hari ini cutilah kerja. Jangan datang ke kantor,” kata Alrich sedikit lega melihat Amelia baik-baik saja. “Sebenarnya, apa yang terjadi? Dari semalam ponselku mati.” Gadis itu hendak merogoh ponselnya, tapi langsung dicegah oleh Alrich. “Tidak ada apa-apa.” Dia melepaskan pelukannya. “Istirahatlah... wajahmu terlihat sangat pucat.” “Pekerjaanku banyak. Aku baru masuk sehari, tidak mungkin harus cuti lagi.” Amelia membuka pintu rumahnya. “Dengarkan aku... kau tak usah masuk dulu. Kesehatanmu lebih penting.” Sebisa mungkin Alrich harus mencegah Amelia untuk masuk ke kantor. Apa yang disembunyikan olehnya? Pasti ada apa-apa di kantor. Aku bukan gadis bodoh. “Iya... aku akan di rumah saja. Kau kerja sana,” usir Amelia sambil tersenyum. Alrich sangat lega karena Amelia mau menurutinya. “Aku kerja dulu.” Pria itu pergi bergegas ke kantor karena hari sudah siang. Setelah memastikan kepergian Alrich, Amelia langsung menyalakan ponselnya. Tidak ada apapun berita apapun di ponselnya, bahkan satu berita saja tak ada. “Ada yang salah... tak mungkin Alrich kukuh tidak mengizinkanku pergi ke kantor.” Ketika gadis itu membuka forum resmi perusahaan, ada bagian berita yang terhapus. Amelia beralih ke grup perusahaan, anehnya dia di blokir. “Haya... ada yang aneh,” kata Amelia sambil mengeluarkan laptopnya. Gadis itu berusaha memulihkan berita yang terhapus di laman perusahaan. Ketika berita itu muncul kembali, kehebohan dari para karyawan juga terus berdatangan. “Apa ini?” teriak Amelia syok setengah mati. Dia bukan gadis yang tak tahu gambar apa yang ada di layar laptop miliknya. “Dia benar-benar bertindak di luar batas.” Amelia melihat semua komentar pedas yang menghujat dirinya itu. “Biarkan ini berlangsung dulu... aku ingin menyenangkan mereka.” Bersambung
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD