Bab 33

1087 Words
Dave menatap ponselnya yang sudah rusak di atas meja untuk waktu yang cukup lama. Semua kegiatan Amelia ada di ponsel itu dan terekam jelas. Bukti itu bisa di jadikan ancaman yang kuat untuk membuat gadis tersebut selalu di sisinya. Delon yang sedari tadi berdiri merasa kakinya sudah tak kuat lagi menahan beban tubuhnya. Bayangkan saja, dia berdiri selama dua jam tanpa bergerak sedikitpun. Kalau orang lain yang mengalami, pasti langsung mengomel-ngomel tak jelas. “Coba kau cari orang profesional untuk mengurus ponsel rusak ini.” “Rusak tinggal beli baru, Bos,” jawab Delon dingin. “Aku yang bosnya, bukan kau. Jadi, kau harus menuruti semua perintahku.” Delon kesal jika status di jadikan alat untuk memaksanya bekerja di luar kontrak. Semalam saja adalah hal yang paling memalukan di dalam hidupnya. Nanti, dia akan berurusan dengan Amelia. “Bagaimana dengan pasangan itu? Apakah kau sudah merekamnya?” “Tentu. Aku sudah punya buktinya, Bos. Mereka bahkan tidur sambil berpelukan.” Sebelum meninggalkan TKP, Delon kemeja Lee Sun, dan meminta pelayan terpercaya membuka kemeja Tessa. Setelah itu, tinggal mengabadikan momen saja. Delon sudah tak sabar menunggu kabar dari mereka. Iya, mereka masih setia berada di atas ranjang, saling merangkul satu sama lain. Ada yang tidak beres dengan semalam. Semua pakaian Lee Sun dan Tessa tercecer di atas lantai, padahal Delon hanya membuka kemeja mereka berdua saja. Saat ini, mereka masih melakukan adegan tak senonoh yang akan menggemparkan seluruh publik. Hingga kepuasan panjang yang terakhir membuat Lee Sun terengah-engah dan membuka selimutnya. Dia masih tak menyadari bahwa gadis yang digauli bukanlah Amelia, melainkan Tessa. “Kau sempurna, Mel. Benar-benar masih tersegel rapi.” Kesadaran Lee Sun sudah sempurna ketika mereka melakukan kegiatan malam panas sebanyak dua kali. Entah berapa kali yang mereka lakukan sampai matahari menjulang tinggi masih setia di atas ranjang. Saat Lee Sun membuka selimutnya, dia langsung berteriak keras seperti melihat hantu. “Kenapa jadi kau yang ada di sini? Bangun....!” Suara itu cukup nyaring sampai membuat telinga Tessa berdengung kesakitan. “Tidur!” jawabnya masih setengah mengantuk dan menahan rasa sakit di seluruh tubuhnya. “Bangun..., bodoh!” Lee Sun menarik selimutnya, terpampang jelas noda darah milik Tessa di atas ranjang. Dia tak menyangka akan membuka segel milik gadis lain yang tak diinginkannya. “Kenapa menarik selimutnya? Aku kedinginan.” Tessa masih memejamkan mata, mencoba meraih selimutnya untuk menutupi tubuh. Gadis itu merasa ada yang janggal ketika bagian asetnya sakit. Dia langsung membuka kedua matanya sempurna dan langsung berteriak nyaring. “Diam!” sentak Lee Sun–mengambil seluruh pakaiannya di lantai. “Kenapa bisa aku yang ada di sini?” Tessa mulai terisak karena apa yang di lakukan semalam bukanlah mimpi, tapi kenyataan. “Aku harap kau segera melupakan kejadian tadi malam. Dan jangan muncul di depan wajahku!” Blam Lee Sun pergi dengan wajah gelap, meninggalkan Tessa yang menangis tersedu-sedu karena kehormatannya di ambil oleh seseorang yang tidak dicintainya. “Apa yang harus aku lakukan? Hiks...” keluhnya sambil terus menangis tiada henti. Ponselnya pun berdering, Tessa langsung mengangkatnya sambil terus menangis. Rosa yang mendengar suara tangisannya sangat kesal. “Kenapa kau menangis? Bagaimana perkembangan rencana kita. Pasti Amelia sedang menangis darah saat ini. “No... nona, aku ... aku yang....” Tessa tak sanggup bercerita mengenai kejadian semalam. “Jangan bilang kalau kau gagal! Dasar tak becus!” Rosa langsung melempar ponselnya ke sembarang tempat sampai beda itu berserakan di lantai. “Kenapa semua rencana ku bisa gagal!” Punya bawahan tak becus membuatnya semakin kesal. Tidak Tessa, tidak Lea, semua sama-sama bodoh karena tak bisa melakukan tugas dengan baik. “Aku pastikan kau akan menerima akibatnya, Mel! Jika cara ini tak mempan. Aku bisa mengusir mu dengan cara halus, agar kau tahu siapa yang berkuasa. Seperti biasa, Amelia bersin-bersin karena ada orang yang bicara di belakangnya. Gadis itu mengusap hidung berulang kali sambil tersu mengomel tiada henti. Ketika Alrich masuk ke ruangannya, dia masih saja acuh dan mengomel. “Mel,” panggil Alrich dengan lembut. Kegiatan Amelia berhenti seketika dan langsung kaku di tempat duduk. Aku ingin lari, tapi kenapa badanku tak bisa beranjak dari kursi. Sialan! Karena tidak ada jawaban, Alrich mendekati gadis itu. “Mel... apakah kau marah padaku karena aku menyatakan cinta kepadamu?” Di sini pria itu mati-matian memberanikan dirinya untuk bertanya. Bagaimana aku harus menjawabnya? Aku butuh waktu. “Aku ke toilet sebentar.” Sekali lagi Amelia harus kabur meninggalkan Alrich karena belum siap untuk menjawab perasaan Alrich. Dia butuh waktu untuk memikirkan segalanya. “Fiuh... akhirnya aku bisa kabur darinya.” Belum sempat bernafas lega, Ken menepuk bahu Amelia. “Apa yang kau lakukan di sini?” Suara itu, Amelia kenal dan tahu siapa dia. Ingin rasanya ia kabur dari tempat yang dipijaki detik ini juga. Tuhan... haruskah aku mencari pekerjaan baru? “Aku sedang mencari udara segar,” jawab Amelia tanpa pikir panjang. Ken terus menatap gadis yang masih membelakangi tubuhnya itu. “Kau seperti pencuri!” seru Ken tanpa di tahan. Amelia balik arah seketika, “Siapa yang pencuri, aku bukan pencuri!” gadis itu kesal, berlalu begitu saja tak mau dekat dengan Ken. Kalau dekat dengan pria itu, membuat emosinya meledak-ledak. “Aku harus cari cara agar terhindar dari Dave dan Ken. Sepertinya dekat dengan Alrich adalah pilihan yang baik. Setidaknya, dia benar-benar mencintaiku,” gumam Amelia sambil mengangguk-angguk menyetujui segala ucapannya sendiri. Rosa yang mendengar gumaman Amelia tanpa sengaja terlihat sangat senang. “Aku akan membantumu untuk berdekatan dengan Alrich.” Sekarang, dia yang akan turun tangan mengatasi permasalahan yang di hadapi. Jika Amelia menjadi kekasih Alrich, kedua pria itu tak akan mengejarnya. Cukup dengan itu, semuanya kembali seperti semula. “Aku yakin setelah ini Dave benar-benar menjadi milikku, begitu juga Ken.” Rosa sangat serakah, serakah akan cinta, harta, dan tahta dengan dua orang pria. Harta dan tahta dari Dave, cinta dari Ken. Semuanya harus menjadi miliknya. “Kalau semuanya berjalan mulus, Dave akan aku tinggalkan.” Merebut Golden Group Book tidaklah sulit, cukup membuat Dave percaya akan dirinya. Pasti akan berjalan mulus. Dengan kecantikan yang dimiliki semuanya akan berada di genggamannya. “Tunggu saja. Aku tak perlu buru-buru.” Rosa senang dapat mengetahui keinginan Amelia. Dia akan menggunakan keinginan gadis itu untuk membuat kendali utuh situasi dan masa depan. Hanya dengan menyingkirkan Amelia perlahan, semua kembali pada tempatnya. Dave yang memujanya, begitu juga Ken. Dia saja tak tahu kalau Dave tak memiliki perasaan padanya. Entah sampai kapan pria itu bersandiwara terus melakoni peran sebagai kekasih dan juga tunangan. Mungkin sebentar lagi, dia akan membuka kedok Rosa yang sesungguhnya. Bersambung
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD