“Mau nambah nggak, Vy? Sudah lama saya nggak traktir kalian. Jadi saya mau nyicil menebusnya mulai sekarang,” tawar Dokter Yudha. Kebetulan, Ivy memang baru saja mendorong piringnya yang sudah kosong. “Nggak usah, Dok. Ini aja udah makasih banget,” tolak Ivy. “Apa mau dibungkus? Katanya kamu tadi suka kan sama satenya? Pesen lagi aja, ya?” desak lelaki baik hati itu. Ivy baru saja ingin menjawab. Namun, sebuah suara maskulin yang sangat familiar sudah lebih dulu terdengar, “nggak usah. Jatah uang bulanan Ivy masih sanggup kok buat beli seratus porsi per hari sekali pun.” Ivy adalah orang yang paling kaget. Ia langsung menoleh, dan membulatkan matanya saat melihat sang suami sudah berada di depannya. Dengan kasar, Kenan menarik kursi di samping Ivy yang kosong lalu duduk di sana. “Anda