Bab 6. Getar Aneh Saat Melihatnya

1405 Words
# Saat baru saja selesai berganti pakaian dan akan keluar dari toko pakaian, Tante Yen mencolek lengan Maura dan menunjuk ke arah seorang gadis yang tampak mengamati mereka sejak tadi. Maura berpaling ke arah yang ditunjuk oleh Tante Yen. Tampak gadis itu kini bergegas ke arahnya. "Maura?!" panggil gadis itu. Maura memang merasa kalau wajah gadis itu tampak familier tapi dia tidak begitu ingat siapa. "Teganya. Kau benar-benar jahat kalau kau melupakanku. Kau bahkan bersikap dingin kepadaku saat aku menemani Arga menghadiri pernikahan adik sahabat kalian." Gadis itu tampak kecewa. Kedua mata Maura kemudian melebar dan dahinya yang sebelum ini mengerut kini mengendur. "Apa kabar Dania," balas Maura akhirnya setelah dia berhasil mengingat siapa gadis di depannya itu. "Ah Maura! Kau mengingatku!" seru Dania senang. Maura tampak canggung dengan keramahan berlebihan yang ditunjukkan oleh Dania. Dia tidak ingat kalau mereka sedekat ini sebelumnya. Memang dia mengenal Dania tapi itu hanya sekedar kenal dan bukan hubungan persahabatan yang begitu dekat layaknya yang terjalin di antara Maura dan Luna. Dania cukup dekat dengan Arga sejak lama dan ketika dirinya masih berada di Maroko yang juga tempat Dania dulu menuntut ilmu, mereka beberapa kali berkumpul bersama terutama setelah Arga datang ke Maroko demi menata hatinya untuk ke sekian kali setelah dia akhirnya merelakan Luna yang lebih memilih Cakra saat itu. Jadi seingat Maura, mereka hanya dekat karena Arga. "Cuma perasaanku atau kau memang menjadi semakin cantik sekarang? Pantas saja banyak pria yang diam-diam mencuri pandang kepadamu sejak tadi," ujar Dania lagi. "Jelas itu cuma perasaanmu," balas Maura. "Kau terlalu merendah. Aku benar-benar iri dengan bentuk tubuhmu yang ramping. Siapa pun tidak akan pernah ada yang menyangka kalau dirimu sebenarnya adalah ibu dari anak sebesar ini," ucap Dania. Kali ini tatapannya beralih ke arah Max yang berada di sisi Maura. "Oh astaga, si ganteng dan imut ini pasti Max bukan? Kau anak yang beruntung karena mewarisi wajah cantik Mamamu. Hem, sudah jelas akan ada banyak wanita yang patah hati kepadamu di masa depan nanti Max. Meski ini hukan pertama kalinya sebenarnya tapi salam kenal ya Max, kita harusnya pernah bertemu di pesta pernikahan beberapa tahun lalu jadi mari kita kenalan lagi. Kau bisa memanggilku Tante Dania," lanjutnya. Dia separuh membungkuk saat berbicara pada Max. Max menyambut uluran tangan Dania dengan wajah sedikit bersemu merah mendengar pujian Dania. "Aku tidak ingat tapi terima kasih pujiannya. Namaku Max, salam kenal Tante," balas Max. "Engh, kau membuatku gemas. Boleh Tante mencium dan memelukmu?" tanya Dania. "Mama?" Max menoleh pada Maura. "Tidak apa-apa, Tante Dania ini teman Mama meskipun ...." Maura bahkan belum selesai berbicara namun tubuh mungil Max sudah berada dalam pelukan Dania. "Kami tidak dekat," lanjut Maura. Dia hanya bisa menatap kasihan pada putranya yang tampak canggung dalam pelukan Dania. "Jadi Dania, ini kebetulan sekali bertemu denganmu tapi aku dan Max ...." "Benar sekali ini kebetulan! Kau tahu tidak kalau aku membuka restoran keluarga hari ini dan kejutan! Aku akan mentraktir kalian!" Lagi-lagi Dania memotong kalimat Maura. "Tidak perlu. Aku dan Max sudah memutuskan untuk pulang setelah ini." Tolak Maura halus. Sayangnya Max malah menarik pelan lengan baju Maura. "Tapi Mama, hari ini kan aku belum mentraktir Mama makan? Kan Mama sudah janji akan mengizinkan aku mentraktir Mama sekarang," ujar Max dengan wajah serius. Maura tidak pernah melihat Max yang begitu bersikeras seperti sekarang ini. "Sayang, maksud Mama ...." "Jadi sudah diputuskan! Max akan mentraktir Mamamu dan biarkan Tante Dania yang baik hati ini mentraktir kalian." Lagi-lagi Dania memotong ucapan Maura tanpa peduli kalau Maura sekarang terlihat kesal. "Kau tahu? Di restoran Tante ada hidangan istimewa tart s**u keju strawberry dengan toping strawberry besar yang sangat enak!" goda Dania. Dia malah menunjukkan foto hidangan tersebut kepada Max. Maura hanya bisa menarik napas panjang melihat tatapan Max yang tampak berbinar melihat hidangan yang ditunjukkan oleh Dania. Tidak diragukan lagi kalau putranya tersebut memang menggemari dessert yang ditunjukkan oleh Dania. "Dania, hentikan. Kau membuat putraku meneteskan air liur sekarang," ujar Maura memperingatkan. Dania tertawa. Dia memang sengaja melakukannya "Kalau tidak begitu, mana mau kau singgah ke restoranku? Aku tahu kalau kau dan Arga memang tidak dalam hubungan yang baik sekarang dan aku tidak tahu kenapa tapi masa kau juga menghindari kami semua? Kak Rayan bilang kalau kau bahkan memutus semua hubungan dengannya dan rekan-rekan lain yang pernah satu kantor denganmu. Kau benar-benar orang yang tega Maura," ujar Dania. Dania dulu memang pernah magang di kantor yang sama dengannya saat Maura bekerja di bawah perusahaan keluarga Pangestu yang ada di Maroko sesuai kesepakatan yang dibuatnya dengan Tuan besar Pangestu dan memang benar kalau Maura dengan sengaja memutus semua hubungan begitu dia berhenti dari sana dan menyelesaikan kontraknya. Tidak hanya dengan keluarga Pangestu, tapi juga dengan semua rekan kerjanya di sana. "Bukan begitu. Aku hanya terlalu sibuk dengan pekerjaan di perusahaan keluargaku. Kau kan tahu kalau perusahaan keluargaku tidaklah sebesar perusahaan keluarga Pangestu dan butuh usaha yang lebih besar untuk tetap bertahan di tengah persaingan bisnis sekarang. Selain itu, aku juga cuma karyawan biasa dengan misi khusus dari Kakekmu. Itu satu-satunya alasan aku berada di Maroko," elak Maura. Tentu saja alasan sebenarnya dia memutus hubungan adalah karena saat itu dia tengah mengandung Max serta karena dia tidak ingin berurusan lagi dengan keluarga Pangestu. Melindungi Max adalah prioritas utama Maura sampai kapan pun meski terkadang memang sulit baginya untuk benar-benar bisa menghindari orang-orang yang berasal dari keluarga Pangestu seperti saat ini. Untungnya Dania bukanlah keluarga inti dari keluarga Pangestu. Bisa dikatakan dia salah satu yang memutuskan untuk tidak terlibat dalam perebutan kekuasaan serta pengaruh dalam keluarga Pangestu, tidak seperti Arga yang mau tidak mau terlibat karena dia adalah cucu langsung dari Tuan besar Pangestu. Ditambah Arga adalah cucu laki-laki. "Ya baiklah. Alasanmu bisa diterima. Kau memang gila kerja. Tapi kau tidak boleh menolak untuk mampir ke restoranku sekarang. Kita bisa berbincang banyak di sana," ajak Dania. Dalam sekejap dia bahkan sudah menggandeng tangan Max. "Aku akan mampir tapi bukan untuk di traktir olehmu. Aku akan membayar seperti layaknya pelanggan yang lain dan seperti yang kau lihat, aku membawa pengasuh putraku juga. Kau kan juga tahu, aku paling anti dengan makan gratis, apa pun alasannya," ujar Maura memberi alasan. Dia hanya tidak ingin makan gratis di tempat usaha orang lain, terlebih jika orang itu bukanlah orang yang benar-benar dekat dengannya. Mau seramah apa pun Dania, tetap saja Maura tidak ingin lagi berhutang apa pun pada orang-orang yang berkaitan dengan keluarga Pangestu, terlebih dengan Arga. "Aihh, Maura. Kau ini benar-benar orang yang kaku. Terserah kau saja, yang penting kau tetap mampir ke restoranku. Tidak ada penolakan lagi!" balas Dania. Maura sudah tidak memiliki pilihan lain sekarang selain ikut ke restoran Dania. Terlebih saat ini Max sepertinya benar-benar tertarik dengan makanan yang ditawarkan oleh Dania sebelumnya. # Arga dan Cleo mendampingi Agni sebagaimana layaknya orang tua yang baik. Di depan semua orang tua yang turut mendampingi buah hatinya menghadiri ulang tahun Agni saat itu, baik Arga maupun Cleo bersikap layaknya pasangan yang sangat kompak serta penuh kasih sayang satu sama lain hingga membuat siapa pun yang melihat mereka akan merasa sangat iri. Acara berlangsung dengan sangat meriah dan Arga cukup puas melihat kebahagiaan yang terpancar di wajah putrinya. Hanya saja Arga merasa sedikit kesal karena Dania yang seharusnya adalah pemilik restoran itu sama sekali tidak menampakkan batang hidungnya dari awal acara hingga sekarang, padahal Arga bahkan sudah memilih restoran Dania yang baru dibuka ini demi sepupunya itu. "Bisakah kau menemani Agni sebentar? Aku akan ke toilet," bisik Arga pada Cleo. "Jangan lama, kau tahu Agni biasanya akan tantrum kalau dia mencarimu dan tidak bisa menemukan dirimu. Aku bukan pengasuh dan aku tidak bisa membuatnya diam kalau sudah seperti itu," balas Cleo. Dia sebenarnya masih kesal karena Arga menolak menyertakan pengasuh di acara itu hanya karena demi menjaga kesan sebagai pasangan yang mengasuh anak mereka dengan benar. "Aku hanya memintamu menemaninya sebentar, jadi jangan mengeluh," balas Arga. Dia kemudian beranjak meninggalkan tempat itu menuju ke toilet. Namun, tepat sebelum Arga berbelok ke arah toilet, matanya menangkap sosok Dania yang memasuki area restoran. Bukan sosok Dania yang membuat Arga terpaku sekarang melainkan sosok wanita cantik tinggi semampai yang bersama Dania sekarang. Arga dan Maura sudah bersahabat sejak kecil tapi Arga sama sekali tidak pernah menyangka kalau dia akan merasa berdebar seperti sekarang saat kembali melihat Maura setelah sekian lama. Apa ini halusinasi? Ataukah memang saat ini Maura jadi jauh lebih cantik? Kenapa dia merasa seperti ini pada wanita yang dulu tidak pernah membuatnya merasa tertarik? Pertanyaan itu memenuhi benak Arga sekarang.
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD