2: Impossible Guess [B]

1536 Words
Tamu yang Tidak Diharapkan. ....... Dan kerja keras serta kepercayaan diri yang luar biasa dari anak remaja yang jauh dari kata sempurna itu. Pun pada akhirnya berhasil menarik seorang Sebastian Atmajaya Sudarga yang nyaris tidak pernah memperdulikan apa pun dalam hidup. Untuk ingin mengenal anak itu jauh lebih dalam lagi. Bahkan hal yang berhasil membuat dirinya jadi tertarik pada Astin pun bukan hanya itu. Pertama kali yang membuat Sebastian mendekati anak (menyedihkan) yang selalu berjalan dan duduk seorang diri itu adalah... karena ia mengenakan sebuah penutup mata atau eye patch di salah satu netra. Tak ubahnya bagai penampakan visual para karakter bajak laut yang terkenal sejak zaman dahulu kala Apa alasan yang membuat ia sampai harus menggunakan penampilan yang cukup tidak bisa? Semua ada alasannya. Dan itu semua itu sendiri karena... Kedua orang tua Astin merupakan manusia paling bejatt bin keji di antara manusia yang paling bejatt bin keji di seluruh "dunia" ini barangkali. Ayah kandung dari anak itu sendiri merupakan seseorang yang hobi sekali melakukan kegiatan menenggak botol demi botol minuman keras. Bukan hanya itu tentu saja. Namun, juga suka melakukan kegiatan bertaruh atau judi walau sebenarnya tidak pernah memiliki uang yang cukup untuk melakukannya. Hingga berakhir membuat ia harus melakukan pinjaman pada rentenir masa kini alias yang sejak dulu "kala" biasa disebut sebagai pinjol (atau pinjaman online). Hal yang membawa banyak keburukan dan juga penderitaan bagi keluarganya tentu saja. Hal itu sangatlah lumrah untuk ia lakukan. Bahkan tidak selesai di sana. Pria yang tidak memiliki tanggung jawab itu merupakan seseorang yang telah menelantarkan keluarganya sendiri yaitu seorang anak serta seorang istri. Sementara itu hanya terpaut antara kisaran angka sebelas dan dua belas dengan sang ayah. Ibu kandungnya sendiri adalah merupakan seorang w************n. Ia masih saja gemar untuk menjajakan tubuh ke para lelaki hidung belang. Sekalipun telah memiliki seorang anak yang harus diurusi dan juga seorang suami yang masih terikat dalam pernikahan resmi. Ketika anak itu baru saja menginjak usia lima tahun. Ayah kandungnya sendiri melakukan suatu hal yang sangat kejam serta tak bisa dibayangkan. Yaitu mencongkel sebelah mata Astin hingga ia nyaris kehilangan nyawa karena pendarahan hebat yang tidak segera ditangani oleh tenaga kesehatan terlatih. Dan itulah cerita soal sejarah singkat yang membuat Astin harus mengenakan penutup mata atau eyepatch hingga saat ini. Walau terlihat masih ada yang anak remaja laki-laki itu sembunyikan... setidaknya begitulah yang sudah ia ceritakan sejauh ini pada Sebastian. Sang sahabat. ^^^^^^^ Jam istirahat telah tiba. Hal itu ditandai oleh bel yang telah berdering sebanyak dua kali. KRIIING KRIIING. Astin dan Sebastian harus segera melesat menuju kantin. Karena jika mereka telat sebentar saja. Maka itu bermakna sama artinya dengan tak akan ada makan siang hari itu. Semua kursi yang ada di kantin sekolah pasti akan dipenuh-penuhkan. Sampai tak akan tersisa satu pun yang kosong. Semua itu dilakukan secara kompak oleh para anak lain yang selalu bersikap seragam dalam mengekspresikan ketidaksukaan, kebencian, maupun rasa terganggu mereka akan keberadaan seorang Astin (dan juga Sebastian karena bersahabat dengannya). Sebagian besar siswa dari Sekolah Menengah Atas Internasional Quentin Jaya Laga memang sangat tidak menyukai Astin. Mulai dari anak yang berasal dari satu angkatan kelas sampai yang dari tingkat kelas berbeda seperti adik maupun kakak kelas. Ia selalu dianggap sebagai anak yang aneh, eksentrik, menjijikkan, dan juga selalu tampak menyedihkan. Nyaris tidak pernah bisa diandalkan oleh orang lain. Sangat ceroboh dan pelupa juga. Organ yang ada dalam tempurung kepalanya tampaknya tidak begitu bekerja dengan optimal. Membuat kemampuan berpikirnya sangat minum. Ditambah sikapnya yang selalu saja seperti anak anti sosial. Selain itu juga sama sekali tidak macho. Karena postur tubuh yang ia gunakan selalu membungkuk seperti kakek-kakek. Memang hanya keajaiban entah dari mana yang membuat anak seperti dirinya sanggup masih bertahan menempuh pendidikan di sekolah seperti Sekolah Menengah Atas Internasional Quentin Jaya Laga. "Hei, bro Astin," panggil Sebastian saat keduanya masih berada dalam perjalanan menuju kelas. "Hmm," respon Astin pendek dilanjutkan menguap panjang, "HOAAAAMMM!!!" “Apa kamu tau suatu hal yang disebut dengan nama Dullahan the Grim Killer? Yang saat ini sedang banyak dibicarakan oleh orang-orang beberapa hari terakhir ini,” tanya Sebastian membuka obrolan pembuka pagi mereka. “Tentu saja aku tau soal hal itu. Aku ini kan bukan katak dalam tempurung seperti kamu, Sebby," balas Astin dengan raut wajah tidak peduli. "Seperti itu ternyata cara kamu memandang aku," balas Sebastian datar. "Ah, ya sudah, lah. Orang aku benar juga, kok. By the way runaway anyway subway, tumben sekali kamu peduli pada hal seperti itu, Sebby. Apa yang jadi alasannya?” respon Astin balik tanya. Itu semua karena ia paham betul kalau sobatnya satu itu merupakan seorang skeptis sejati. Hampir tidak pernah dia memperdulikan hal lain di luar kehidupan pribadinya yang shining, shimmering, dan juga splendid karena punya banyak sekali uang. “Kalau yang aku dengar dari supirku tadi... Dullahan the Grin Killer merupakan tipe pembunuh bayaran yang tidak akan pernah segan untuk membunuh siapa saja yang berani menghalangi pekerjaannya,” lanjut Sebastian. “Mencurigakan sekali, sih. Bagaimana bisa kamu sampai begitu peduli pada masalah mengenai pembunuh bayaran yang suka membunuh siapa pun yang menghalangi pekerjaannya?" tanya Astin mulai merasakan sedikit perasaan gelisah. Habisnya hal seperti ini sangat tidak biasa jika mengingat manusia seperti apa Sebastian Atmajaya Sudarga itu selama ini. "Memangnya kenapa juga, sih? Memangnya seaneh itu, ya? Wajar saja dong kalau sebagai manusia yang normal sekali waktu aku juga peduli pada hal yang tidak ada hubungan sama sekali dengan kehidupanku. Lagipula ini sama sekali bukan hal yang sederhana, bodoh. Ini adalah suatu fenomena nasional," balas Sebastian kesal. Ia merasa "sedikit" diremehkan. Astin langsung menepuk salah satu pundak sahabat satu itu. Ia berkata, "Bro, selama kita saling mengenal. Setahu Astin ada orang yang sedang meregang nyawa ditambang kejang dan juga muntah darah di depan mata kamu juga kamu itu akan tetap diam saja. Bahkan bersikap seolah tidak peduli.” Sebastian menaikkan sebelah alis karena heran mendengar pemikiran sang sahabat yang sangat tidak terduga. "Hah?" Dalam hati ia langsung membatin, apakah aku memang seacuh tidak acuh itu? Apakah aku memang setidak peduli itu pada lingkungan di sekitarku? "Iya, Sebby, iya. Apa kamu tidak pernah sadar betapa acuh tak acuhnya kamu pada lingkungan di sekitarmu selama ini? Kamu adalah makhluk paling tidak pedulian yang pernah Astin kenal selama hidup di dunia, Sebby. Bahkan Astin tau sekali kalau selusin perempuan telanjang pun tidak akan pernah membuat kamu menolehkan pandangan saat sedang serius pada sesuatu," ucap Astin membalas (dan juga) rasa terkejut sang sahabat. Sebastian menggaruk pipinya yang tak gatal menggunakan satu jari telunjuk. Berusaha mengalihkan pandangan karena tak bisa memberi satu pun pengelakan. "?" Yah, Sebastian memang secuek itu. Dalam waktu yang sekejap saja ia bahkan sudah tidak peduli pada ucapan panjang lebar yang baru saja Astin muntahkan. Dari rongga mulutnya. Ia hanya diam saja. Melihat respon anak itu pada akhirnya Astin pun bertanya, "Baiklah, baiklah, baiklah. Apa yang kiranya sudah membuat orang seperti kamu bisa sampai begitu peduli pada hal seperti itu, bro?" Sebastian menjawab dengan suara pelan, “Aku hanya sedang mengkhawatirkan sesuatu saat ini.” Astin bertanya lagi, "Apa objek yang kamu khawatirkan? Apa berhubungan dengan si pembunuh bayaran Dullahan the Sour Syrup yang tidak jelas itu?" Sebastian menunduk dan menggaruk belakang leher dengan raut wajah malu. Ia mengangguk pelan tanpa mengucapkan apa pun. "..." “Untuk apa kamu ambil pusing pada pembunuh bayaran terkenal yang memiliki level setinggi Dullahan the Grim Killer?" tanya Astin. "Entah makhluk macam apa dia sehingga bisa menebar teror sebesar ini dalam waktu terbilang singkat. Walau mengaku hanya membunuh ‘berdasarkan perintah’. Yang jelas dia pasti tidak akan peduli pada orang biasa seperti kita." Sebastian tetap terdiam seribu bahasa, "..." Astin melanjutkan, "Lagipula kamu ingat, ‘kan? Dia itu pembunuh bayaran, Sebby. HAA... SAA... SHIIN. HEET... MAAAN. Orang bodoh macam apa juga sih yang akan bersedia membayar sesuatu seperti itu hanya untuk menghabisi orang yang sangat biasa seperti kita? Ha ha ha ha ha ha ha,” tawanya geli menyadari pemikirannya sendiri. "Kita sama sekali tidak perlu merasa khawatir apalagi sampai parno soal itu, Sebby. Pokoknya santai saja, deh." Lagi-lagi Sebastian hanya terdiam seribu bahasa saat menyikapi ucapan dari sahabatnya, "..." Kediaman sang sahabat membuat Astin menyadari kekeliruan dari ucapannya sendiri. Ia berkata lagi, “Ah, Astin minta maaf ya, Sebby. Tidak seharusnya Astin mengatakan hal seperti itu. Dilihat dari mana pun juga kan hanya Astin yang orang biasa di sekolah ini. He he he he he he he,” tawanya lagi karena merasa lumayan canggung. Sebastian menghela nafas, haaakkhh... Kelemotan dari sang sobat yang semacam inilah yang harus sekali-kali diperbaiki. Logikanya saja dia punya ratusan musuh yang berasal dari kalangan high level. Niat iseng yang sangat sederhana saja. Bisa dengan “mudah” membuat anak "aneh" itu kehilangan nyawa. Bukankah seperti itu? Karena tak ada "satu orang pun" juga yang memikirkan keberadaan dirinya di dunia ini. Setiap yang hidup pasti akan mati. Pertanyaannya, apakah orang yang mengakhiri kehidupan orang lain. Maka itu akan termasuk di dalam rencana Tuhan? Astin adalah sahabat pertama Sebastian. Sebastian adalah sahabat pertama Astin. Mereka akan selalu bersama. Bersama-sama melakukan hal bodoh. Melakukan hal yang sulit dipahami oleh orang lain. Bertindak gila demi alasan mengisi masa muda. Apakah ada yang bisa memisahkan ikatan mereka berdua? Jika pun ada juga maka jawabannya adalah ”akhir” dari dunia. Alias kematian.
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD