“Sebaiknya langsung dibawa ke rumah sakit saja. Dia kena zat afrodisiak dosis tinggi yang dicampur narkob4. Jadi apa yang dia lakukan itu tidak sadar. Benar-benar tidak sadar. Ini dia tak pernah pakai narkob4 diberi sedikit saja ya fatal. Ditambah afrodisiak. Saya akan memberi surat keterangan bahwa dia diberi obat afrodisiak. Nanti juga minta surat keterangan dari rumah sakit apa yang dia alami. Serta minta surat keterangan laboratoriumnya agar dia tak kena masalah lain,” tengah malam dokter baru tiba. Di depan Hamid, sopir Déra, Mujiono, sopir Nazwa serta Nasti dan Warsih, dua pembantu yang tinggal di rumah itu karena Idah sudah pulang tadi, dokter menjelaskan apa yang Déra alami.
“Dan rasanya nanti agak lama sadar, karena sepertinya Tuan jadi depresi. Itu menyebabkan dia langsung pingsan begitu tahu apa yang dia lakukan pada gadis itu.”
Nazwa benar-benar tak percaya suaminya melakukan hal itu
Nazwa Hafizah adalah perempuan cantik sangat cantik berusia 27 tahun. Dia menikah dengan Déra atau Samudéra Ganendra Pusponegoro yang berusia 29 tahun. Pernikahan mereka sudah berlangsung 7 tahun karena mereka menikah saat Nazwa berumur 20 tahun dan Déra saat itu 22 tahun.
Pernikahan mereka sangat bahagia walau tak akan mungkin diberi keturunan sebab Déra pernah mengumumkan bahwa dia mandul pada semua orang, agar orang tidak bertanya mengapa mereka sudah menikah 7 tahun tapi tak juga ada momongan.
≈≈≈≈≈≈≈≈≈≈≈
“Bagaimana Dok, apa benar keterangan dokter pribadi kami bahwa suami saya diberi aphrodisiac?” kata Nazwa.
“Menurut pengamatan saya sangat benar dan dosisnya dosis tinggi. Untuk lebih akuratnya tunggu beberapa jam lagi hasil laboratorium akan keluar.”
“Ini saya beri infus untuk membuang semua sisanya dan dalam infus juga ada obat tidur agar dia sadarnya nanti setelah zat itu hilang.”
“Kalau saat dia sadar pengaruh obat belum hilang nanti dia masih tersiksa. Jadi saya biarkan dia tidur lebih lama. Ibu tak perlu takut,” kata dokter yang menangani Déra di rumah sakit.
Déra atau Samudéra adalah pengusaha batik di Cilacap yang cukup sukses. Dia punya tiga toko batik di Cilacap ini, batik yang diambil kebanyakan dari Solo dan Jogja juga Pekalongan serta Cirebon. Jadi dia sering berkelana untuk mengambil barang-barang tersebut.
Nazwa memandang suami tercinta. Banyak pengorbanan yang suaminya berikan untuknya. Dia sangat tahu itu karena mereka memang saling cinta.
“Masalahnya sekarang bagaimana dengan Titiek? Gadis yang baru saja lulus SMA. Tentu kasihan gadis itu harus terenggut kesuciannya gara-gara mas Déra melakukan hal kotor yang tidak disadarinya.”
“Mas Déra secara kedokteran tidak bersalah, tapi secara moral dia tetap bersalah kan? Aku harus bagaimana?” Nazwa bicara sendiri memandang kekasih hatinya yang terbaring tak sadarkan diri.
≈≈≈≈≈≈≈≈≈≈≈
“Mumpung masih lama, Mas Déra belum sadar, aku mending ke rumah mbok Idah untuk bertanya bagaimana kabarnya. Aku nggak mungkin melepaskan Titiek begitu saja. Gara-gara mas Déra dia menjadi seperti itu,” ucap Nazwa.
Hari ini sudah jam 12.00 siang dan Déra memang belum sadar. Nazwa minta pada Hamid, sopirnya Déra untuk menjaga Déra. Dia pergi bersama Mujiono sopirnya ke rumah mbok Idah orang tua Titiek.
≈≈≈≈≈≈≈≈≈≈≈
“Sejak subuh tadi sudah pergi Nyonya, apa nggak pamit sama Nyonya toh?” kata Mbok Nem, tetangga sebelah rumah Idah yang masih bersaudara dengan almarhum suami Idah.
“Enggak. Eh katanya ke mana ya?” tanya Nazwa.
“Wah mboten ngertos Nyonya. Wong dia pergi subuh itu nggak pakai motor kok. Naik angkot bawa tiga tas besar saja sama bawa koper satu terus juga satu tas punyanya Mbak Titiek. Jadi empat tas besar sama tas canglong yang mbak Titiek pakai.”
≈≈≈≈≈≈≈≈≈≈≈
“Lah dia pergi ke mana ya? Bawa bekal sebanyak itu pasti pergi lama atau menjauh. Aku jadi serba salah ini aku harus bagaimana? Padahal aku mau memberikan uang kompensasi.”
“Aku sadar, walau dibayar seberapa pun tetap saja nggak terbayar sih namanya keperawanan. Tapi kan setidaknya aku tidak nol besar. Sekarang bagaimana aku mau memberikan uang kalau dia sudah tidak ada di rumahnya?”
“Ya wis Mbok. Nanti kalau ada kabar dari mbok Idah kabari aku ya. Apa nggak suruh dia ngabari saya karena saya butuh banget sama Titiek,” pesan Nazwa.
“Injih Nyonya. Nanti tak kabari kalau mbak Titieknya pulang. Karena kan kemarin katanya mau kuliah di Semarang. Mungkin tadi pagi mereka berangkat ke Semarang Nya, saya juga nggak tahu. Nggak dipamiti.”
“Saya cuma melihat pas mereka naik angkot subuh-subuh. Angkot subuh kan biasanya bareng orang yang jualan ke pasar,” jelas mbok Nem.
“Ya Mbok ta’ pamit ya. Assalamu’alaykum,” kata Nazwa. Nazwa pun langsung pergi dari rumah mbok Idah. Dia bingung. Sangat bingung karena Titiek tidak ada di rumahnya lagi.
≈≈≈≈≈≈≈≈≈≈≈
“Pak Muji, besok tiap hari kontrol ke sini ya. Pokoknya harus kontrol. Begitu dia ada, pak Muji tahan dia, saya nyusul ke sini. Jangan sampai pak Muji pergi dia pergi lagi. Pokoknya begitu ada, tahan supaya saya sampai sini. Tapi pak Muji langsung kabari saya,” kata Nazwa pada sopirnya.
“Iya Nyonya, akan saya kabarin. Nanti saya akan pergi kalau pas Nyonya nggak sibuk.”
“Sekarang kita ke mana?” tanya pak Mujiono.
“Ke rumah dulu ngambil pakaian ganti aku sama pakaian gantinya mas Déra juga perlengkapan buat mandi.”
“Aku juga mau pesenin ke mbok di rumah suruh nanya ke mbok Idah. nomor HP-nya mbok Idah kan mereka punya, karena takutnya nomor aku sudah diblokir sehingga tidak bisa terima telepon atau pesan dari aku. Mungkin dari nomor mbok Nasti dan Warsih bisa.”
“Biar mereka ngabari aku kalau mereka bisa tahu posisi Idah ada di mana.”
“Injih Nyonya,” jawab pak Muji, dia pun langsung melajukan mobilnya ke rumah majikannya.
Mujiono juga tak percaya Tuannya melakukan hal buruk seperti itu, karena selama ini pak Déra itu orang yang sangat baik hati dan tidak pernah merugikan orang lain. Pak Déra tentu tak akan melakukan hal buruk seperti itu. Kalau mau melakukan tentu tidak di rumahnya, bahkan juga tidak di ruang makan seperti itu.
≈≈≈≈≈≈≈≈≈≈≈
Hampir 24 jam kemudian baru Déra sadar itu pun dia masih sangat lemah dan hanya diam. Kedua orang tuanya sudah diberitahu kalau Déra sakit, tapi tidak diberitahu apa penyebab Déra pingsan.
Mereka hanya dikasih tahu Déra pingsan tadi malam di ruang makan. Tentu saja Nazwa harus bertanya dulu bagaimana ceritanya pada mertuanya menurut Déra.
Nazwa tidak mau langsung menceritakan, dia hanya bilang bahwa Déra pingsan tadi malam dan langsung dibawa ke rumah sakit.
Orang tua Déra sore tadi sudah pulang, mereka masih tak percaya anaknya sudah sampai sore belum juga sadar sehingga mereka lebih baik pulang dulu menunggu kabar dari sopirnya yang sedang menunggu Déra dengan sabar.